Warta

Kesehatan Mental Remaja dalam Perspektif Pendidikan Islam

Jumat, 5 Februari 2016 | 12:08 WIB

Kesehatan Mental Remaja dalam Perspektif Pendidikan Islam Oleh: M.Misbahul Munir (Bendahara Lakpesdam NU Lampung Timur 2014-2019) TERHINDARNYA seseorang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychose) serta kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan di mana ia tinggal dinamakan kesehatan mental. Hal ini bisa terjadi karena sebagian besar para remaja banyak yang perilakunya menyimpang “Secara keseluruhan, semua tingkah laku yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku dalam masyarakat (norma agama, etika, peraturan sekolah dan keluarga, dan lain-lain) dapat disebut sebagai perilaku menyimpang (deviation) dan kaburnya nilai-nila agama, menyebabkan generasi muda kebingungan bergaul. Karena apa yang dipelajarinya di sekolah bertentangan dengan apa yang dialaminya dalam masyarakat, bahkan mungkin bertentangan dengan apa yang dilakukan oleh orang tuanya sendiri.” Padahal mereka sudah mendapatkan pembinaan dan pendidikan agama Islam, baik di lingkungan formal maupun informal. Jika kita melihat kenyataan ini, mengindikasikan seakan-akan pembinaan dan pendidikan yang selama ini diberikan belum membuahkan hasil yang maksimal. Untuk mewujudkan tersedianya generasi muda yang mempunyai semangat dan kompetensi yang tinggi untuk melanjutkan cita-cita perjuangan bangsa ini ke depan, dibutuhkan kerja keras dan usaha yang semaksimal mungkin. Karena hanya dengan tersedianya generasi muda yang kompeten dan memiliki mental yang sehat yang diharapkan dapat membawa pencerahan masa depan negeri ini di masa mendatang. Penulis menyadari bahwa pemerintah telah berusaha mewujudkan kesehatan mental remaja. Hal ini bisa diketahui dari usaha pendidikan yang senantiasa menekankan pada tujuan pendidikan nasional. Dalam UU No.20 Tahun 2003 pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi menusia yang beriman dan bertaqwa kepada TuhanYang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab. Jika upaya ini dapat tercapai secara maksimal niscaya usaha dalam mewujudkan kesehatan mental remaja tentunya akan tercapai. Namum ketika kita melihat informasi yang berkembang, baik dari media cetak ataupun elektroik maka akan kita ketahui angka peyimpangan remaja selalu meningkat. Dengan meningkatnya angka penyimpangan remaja hal ini mengindikasikan  bahwa usaha yang telah diusahakan selama ini belum membuahkan hasil yang maksimal. Sementara sebagaiman diketahui Pendidikan Islam adalah merupakan media yang sangat baik dan efektif dalam rangkan membangun dan mencetak generasi muda harapan bangsa. Penulis optimis jika pendidikan Islam benar-benar dikelola secara maksimal, dan semua lapisan masyarakat negeri ini mendukung, tentunya angka penyimpangan remaja akan dapat dikurangi, karena permasalahan penyimpagan remaja adalah menjadi tanggung jawab semua lapisan masyarakat yang mempunyai kepedulian dan perihatin melihat kenyataan nasib generasi muda yang kian memprihatinkan. Keberhasilan pendidikan Islam utamanya adalah pembentukan mental dan karakter remaja menjadi tanggungjawab dari pada orang tua, guru dan tenaga pendidik dan lingkungan masyarakat sekitar yang berpedoman kepada Alquran dan Assunnah, diantara konsep kesehatan mental dalam pendidikan Islam adalah sebagai berikut :
  • Kesehatan mental dalam Alquran
Alquran sebagai sumber ajaran Islam, kebenarannya bersifat hakiki dan tidak ada keraguan didalamnya karena ia diturunkan oleh Allah SWT. Oleh karena itu, apapun bentuk pengungkapan Alquran setiap orang beriman ataupun orang yang mempregunakan akal sehatnya pasti akan menerima dan mengaku kebenarannya. Sebagai kitab suci yang berisi petunjuk (hudan) dan penjelas. Bagi petunjuk itu sendiri (wa bayyin min al-Huda) di dalamnya banyak terdapat ayat-ayat yang berkaitan dengan kesehatan mental dengan berbagai istilah yang digunakan sebagai sesuatu yang hendak dicapai oleh setiap manusia yaitu kebahagiaan (sa’adal) keselamatan (hajat) kejayaan (fawz), kemakmuran (falah) dan kesempurnaan (al-kamal). Di dalam Alquran juga banyak terdapat ayat-ayat yang berkaitan dengan uraian definisi kesehatan mental, meliputi hubungan manusia dengan dirinya sendiri, sesame manusia, lingkungan, dan Tuhan, yang kesemuanya ditujukan untuk mendapatkan hidup bermakna dan bahagia di dunia dan akhirat. Alquran menyatakan dengan kalimat ama nu wa’amilu al-salihat di berbagai tempat. Lebih lanjut lagi Alqur’an telah menjelaskan sikap manusia dalam usahanya mengembangkan dan memanfaatkan potensi tersebut, yang secara makro dapat di klasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu  ashab al-yamin dan ashab alsyimal.
  • Kesehatan Mental dalam Hadits
Hadist sebagai sumber kedua ajaran Islam sesudah Al-Qur’an banyak pula menyinggung hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan mental. Dari uraian di atas dapat penulis jelaskan bahwa kesehatan mental dalam al-qur’an dan hadists, kalau kita jalankan dengan baik, maka mental kita yang kita gunakan akan selalu sehat, untuk bekal di dunia dan akhirat.   Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental Remaja dalam Perspektif Pendidikan Islam Faktor yang mempengaruhi kesehatan mental remaja terdiri dari 3 faktor yaitu : faktor intern, faktor ekstern dan faktor lingkungan.
  • Faktor Intern
Masalah penting yang dihadapi oleh anak-anak kita yang sedang berada dalam umur remaja cukup banyak. Yang paling kelihatan adalah pertumbuhan jasmani yang cepat, perubahan cepat yang terjadi pada fisik remaja, berdampak pula pada sikap dan perhatiannya terhadap dirinya. Ia menuntut agar orang dewasa memperlakukannya tidak lagi sepreti kanak-kanak. Sementara itu ia merasa belum mampu mandiri dan masih memerlukan bantuan orang tua untuk membiayai keperluan hidupnya. Perbuatan yang buruk dan tercela jika dilakukan akan menimbulkan rasa bersalah dalam diri pelakunya.
  • Faktor Ekstern
Dimana kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi benar-benar memukau dan membuat manusia terseret untuk ikut tenggelam dan berkecimpung di dunia yang transparan tanpa rahasia Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa yang paling berat dihadapi oleh manusia maju yang jauh dari agama, adalah kehidupan gelisah yang tidak mudah diatasi. Di saat sulit mencapai kepuasaan, manusia kehilangan kepercayaan diri, sehingga mereka mencari cara yang merusak diri sendiri.. “Potensi yang dimiliki manusia secara umum disebut fitrah keagamaan, yaitu berupa kecenderungan untuk bertauhid. Sebagai potensi maka perlu adanya pengaruh yang berasal dari luar diri manusia, pengaruh tersebut dapat berupa bimbingan, pembinaan, latihan, pendidikan dan sebagainya.
  • Faktor Lingkungan
Apabila kita memperhatikan remaja yang sedang mengalami kegoncangan emosi, angan-angannya banyak khayalan tentang yang terlarang dalam agama mulia muncul, akibat pertumbuhan jasmaninya yang mendekati ukurang orang dewasa, sedangkan kemampuan mengendalikan diri lemah, akibatnya terjadi kegoncangan emosi, walaupun kemampuan berfikir telah matang. Berbagai hal yang menggugah hatinya, akan dikejarnya sehingga hari depannya tersia-sia. Tidak jarang remaja terimpa perasaan murung, menjauh dari masyarakat karena kecewa, atau sebaliknya menjadi liar, berani dan menantang masyarakat, bahkan melawan orang tua dan gurunya. Sepintas lingkungan bukan merupakan yang mengandung unsur tanggung jawab, melainkan hanya merupakan unsur pengaruh. Dari uraian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan mental remaja di atas dapat penulis jelaskan bahwa apabila pertumbuhan dan perkembangan remaja terasa mencemaskan orang tua karena menemukan perubahan sikap dan perilaku yang kadang-kadang dratis. Misalnya malas belajar, lalai melaksanakan ibadah, menjadi pendiam, kadang-kadang terlihat murung, menjauh dari orang tua, menghindari pertanyaan orang tua, sudah mulai bergaul dengan teman-teman sebaya yang bukan teman sekolahnya, maka orang tua secapat mungkin memperhatikan remajanya supaya selalu diperhatikan dan dibimbing. (*)   DAFTAR PUSTAKA Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : Bulan Bintang,,1996) cet ke-15, hal. 132 UU Sisdiknas 2003, Cet Ke IV, Sinar Grafika 2007, hal. 5-6 Ramayulis, Psikologi Agama, (Jakarta : Kalam Mulia, 2002) cet. Ke 5 hal. 138