Warta

Keragaman Merupakan Kehendak Tuhan

Kamis, 31 Maret 2016 | 17:27 WIB

Keragaman Merupakan Kehendak Tuhan Oleh: Edi Susilo JIKA Tuhan berkehendak menjadikan satu umat saja dimuka bumi ini, tentu akan terwujud. Tetapi, kenyataanya tidak demikian. Tuhan menciptakan bermacam-macam umat beragama. Ada Islam, Kristen, Hindu, Budha, dan kepercayaan lainnya. Tuhan juga menjadikan bermacam-macam suku, ras, dan kebudayaan, yang tersebar di seluruh penjuru dunia. Diciptakannya keragaman, bukan berarti tanpa tujuan. Disinilah tugas manusia sebagai seorang hamba berkewajiban mencari hikmah di balik keberagaman tersebut. Diantara hikmahnya adalah agar manusia saling mengenal satu sama lain, saling menghormati, dan saling menyayangi. Jika perbedaan ini difahami sebagai keragaman ciptaan Tuhan, tentu tidak akan terjadi prilaku membeda-bedakan satu sama yang lain. Misalnya warna kulit hitam dan kulit putih, Suku Jawa, Suku Madura, Suku Sumatra, agama Kristen dan agama Islam. Sayangnya, tidak semua orang memiliki pandangan demikian. Sebagian orang beranggapan, perbedaan difahami sebagai permusuhan, sehingga menjadikan sentimen antara golongan satu dengan golongan yang lain. Jika pemahaman ini dipelihara, dapat dipastikan kelanjutannya adalah pertikaian dan menimbulkan ketidak harmonisan. Karena yang tertanam dalam pikiran adalah stigma negatif terhadap perbedaan itu sendiri. Apalagi menyinggung tentang agama, suku, ras, dan budaya. Sangat sensitif jika menyangkut persoalan tersebut. Seseorang akan mudah tersulut amarah jika merasa agamanya dilecehkan, sehingga buntut panjangnya adalah mengajak, dan juga memprofokasi kelompok agamanya untuk membalas perbuatan tersebut. Tidak hanya itu, pertikaian antar sekte di dalam agama-pun kerap terjadi. Seperti kelompok yang cenderung radikal dengan kelompok yang moderat, mereka selalu memperdebatkan pemahamannya, sehingga masing-masing mengklaim bahwa apa yang mereka fahami sesuai dengan misi agama itu sendiri. Pada akhirnya, bersitegang-pun terjadi. Bahkan, tidak sedikit perdebatan tersebut, berujung pada tindakan kekerasan. Banyak bukti pertikaian anatar suku yang telah terjadi, misalnya kasus Sampit, antara Suku Dayak Kalimantan dan Suku Madura. Pertikaian yang dipendam sejak lama akhirnya pecah pada tahun 2001 hingga menewaskan ratusan jiwa, dan ribuan orang kehilangan tempat tinggal. Kemudian kasus di Kalianda Lampung, antara Suku Lampung dan Suku Bali, bentrok terjadi pada tahun 2012. Sehingga dari kasus tersebut, terjadi pembakaran rumah hingga 70 unit, belum lagi korban jiwa yang meninggal dunia, dan beberapa kasus lain yang belum disebutkan. Selain itu, sering terjadi perasaan tersinggung disebabkan prilaku membeda-bedakan ras tertentu. Sebut saja orang yang memiliki warna kulit hitam dan rambut keriting, mereka merasa kurang mendapatkan tempat di luar kelompok dan wilayahnya. Baik dalam mencari pekerjaan maupun dalam pergaulan di masyarakat. Banyak orang yang masih beranggapan meraka adalah berbeda dan cenderung dijauhi. Sehingga, biasanya mereka membuat kelompok sendiri, sebuah komunitas yang membuat mereka nyaman didalamnya. Inilah beberapa kasus contoh yang pernah terjadi, diakui atau tidak fakta tentang permusuhan dan pertikaian yang disebabkan dari perbedaan yang dibesar-besarkan masih sering ditemukan di Masyarakat. Sehingga, terkadang banyak pihak yang tidak terlibat ikut menjadi korban. Perbedaan Tanpa Harus Dimaknai Perpecahan Jika perbedaan selalu dimaknai sebagai perpecahan, permusuhan, dan pertikaian,  maka ketentraman-pun sulit terwujud. Perbedaan sejatinya untuk melengkapi kekurangan satu dengan yang lain. Dapat dibayangkan, jika kehidupan didunia hanya dihuni hanya satu kelompok, satu profesi, satu suku, satu bahasa. Maka hidup akan terasa monoton dan menjenuhkan. Adanya keragaman justru membuat kehidupan menjadi indah, saling membantu, saling memberi manfaat anatara golongan satu dengan yang lain. Andai saja tak ada perbedaan warna pada pelangi maka tak akan ada keindahan pada pelangi. Sebagaimana Allah menciptakan manusia berbeda-beda agar terciptanya keindahan dalam hidup manusia. (F Ferdifiansyah) Allah SWT berfirman di dalam Alquran. “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang lali-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS Al Hujuraat : 13). Ayat diatas semakin menegaskan bahwa, Allah SWT saja menghendaki adanya keragaman. Lantas, mengapa kita sebagai manusia terkadang menunjukan sifat egois, kesombongan, dan keangkuhan. Merasa golongannya lebih baik, lebih sempurna,  dari pada yang lain. Sehingga, terkesan anti terhadap perbedan. Keragaman merupakan sunatullah yang tidak bisa dihindari. Kesadaran ini harus terus dipupuk berkelanjutan. Sehingga tertanam menjadi sebuah kebiasaan dalam masyarakat yang memiliki jiwa besar, untuk saling menghormati, dan toleransi terhadap golongan yang lain. Selanjutnya, sudah tidak lagi mempersoalkan kelompok mayoritas maupun minoritas. Kelompok mayoritas harus mengayomi kelompok minoritas. Begitu-pun sebaliknya, kelompok minoritas seyogyanya menjaga setiap tidakan yang dapat memicu perselisihan. *(Penulis adalah Alumni Pondok Pesantren Bustanul Ulum, Jayasakti, Anak Tuha, Lampung Tengah)