• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Kamis, 25 April 2024

Syiar

Tercapainya Haji Mabrur Bermula dari Niat dan Modal Takwa

Tercapainya Haji Mabrur Bermula dari Niat dan Modal Takwa
Bandar Lampung—Semua orang  yang menunaikan ibadah haji, berharap dapat menjadi haji yang mabrur. Namun sayangnya, tak semua bisa mendapatkan kemabruran tersebut. Demikian disampaikan ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) PWNU Lampung, Ustad Suparman Abdul Karim, Jumat (11/08/2017), malam. Dia menyampakan tausyiah itu dalam acara walimatus safar (syukuran keberangkatan)  sekretaris PWNU Lampung, Aryanto Munawar, yang hendak menunaikan ibadah haji.  Walimatus safar itu yang digelar kediaman Aryanto, Jalan Karimun Jawa, Sukarame, Bandar Lampung. “Orang Indonesia itu banyak yang  tidak istiqomah. Ibadah haji selesai, ketika kembali ke Indonesia, perbuatan buruk tetap dilakukan. Puasa ramadhan tamat, tapi maksiat kembali dilanjutkan,  Pengajian rajin, tetapi menggosip juga rajin,” katanya dalam acara yang dihadiri oleh para tetangga, pengurus PWNU, dan kerabat dekat Aryanto itu. Ustad Suparman mengungkapkan, syarat menjadi haji yang mabrur,  diantaranya adalah dengan meluruskan niat.  Berangkat haji harus semata-mata karena Allah. Segala amal ibadah itu tergantung niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan pahala sesuai dengan niatnya. Banyak orang yang ketika pulang haji, dipanggil dengan sebutan  “pak” saja, atau nama saja  tidak mau menoleh dan pura-pura tidak dengar. Maunya dipanggil “pak haji” atau “haji”. “Saya jadi bertanya-tanya, ini naik haji niatnya untuk apa. Niat berangkat karena semata-mata karena Allah, menjadi diragukan,” tuturnya.  Selain niat, menjadi haji yang mabrur juga harus berbekal taqwa. “Kalau membawa modal takwa, insya Allah akan menjadi haji yang mabrur,” tegasnya. Sementara dalam sambutannya, Aryanto yang biasa disapa bang Ary itu, meminta maaf kepada para tetangga, pengurus PWNU, sahabat, kerabat, dan keluarga yang hadir,  bila selama ini dalam bertetangga, bersahabat, dan bersilaturahmi, ada yang tidak berkenan dengan perbuatan dan perkataannya. “Jangan sampai kesalahan saya membuat saya menjadi berat dalam melaksanakan rukun Islam kelima di tanah Haramain kelak,” ujarnya. Dia pun meminta kepada hadirin untuk mendoakan dirinya agar bisa melaksanakan seluruh rukun haji dan bisa kembali lagi dalam keadaan sehat wal afiat. “Perjalanan ini bukan hanya begitu jauh dan berat. Tapi juga merupakan upaya melaksanakan rukun Islam kelima.  Mohon keikhlasan bapak dan ibu untuk mendoakan saya. Saya ingin kembali lagi ke Lampung untuk melanjutkan bertetangga, bersahabat, dan berkawan dengan bapak ibu,” katanya dengan penuh haru. (Ila Fadilasari)


Editor:

Syiar Terbaru