Syiar

Lupa Niat Puasa tapi Makan Sahur, Apakah Puasanya Sah?

Ahad, 2 Maret 2025 | 15:33 WIB

Lupa Niat Puasa tapi Makan Sahur, Apakah Puasanya Sah?

tidak niat puasa tapi makan sahur, itu sudah dianggap sebagai niat, dan sah puasanya (Ilustrasi: NU Online)

Puasa Ramadhan merupakan ibadah wajib bagi umat Islam yang dilakukan selama bulan Ramadhan. Puasa ini melibatkan menahan diri dari makan, minum, serta segala hal yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari.

 

Puasa harus disertai dengan niat berpuasa, sebagaimana ibadah-ibadah lainnya, karena jika tidak disertai niat maka tidak sah ibadahnya, alias batal. Akan tetapi dalam puasa ada sedikit pengkhususan niat. Meski lupa niat puasa, namun makan sahur untuk puasa, maka hal tersebut dianggap sudah niat dan sah puasanya.

 

Hal tersebut sebagaimana dijelaskan pada redaksi Bujairami ala Minhaj di bawah ini:

 

البجيرمي على المنهج
وَمِنْ النِّيَّةِ مَا لَوْ تَسَحَّرَ لِيَصُومَ، أَوْ شَرِبَ لِدَفْعِ الْعَطَشِ عَنْهُ نَهَارًا أَوْ امْتَنَعَ مِنْ الْأَكْلِ أَوْ الشُّرْبِ، أَوْ الْجِمَاعِ خَوْفَ طُلُوعِ الْفَجْرِ إنْ خَطَرَ الصَّوْمُ بِبَالِهِ بِصِفَاتِهِ الشَّرْعِيَّةِ لِتَضَمُّنِ كُلٍّ مِنْهَا قَصْدَ الصَّوْمِ وَالْمُرَادُ أَنْ يُحْضِرَ ذَاتَ الصَّوْمِ فِي ذِهْنِهِ، ثُمَّ صِفَاتِهِ، ثُمَّ يَقْصِدُ الْإِتْيَانَ بِذَلِكَ وَصِفَاتُ الصَّوْمِ كَوْنُهُ مِنْ رَمَضَانَ أَوْ غَيْرَهُ كَالْكَفَّارَةِ وَالنَّذْرِ وَذَاتُهُ الْإِمْسَاكُ جَمِيعَ النَّهَارِ.

 

Jadi, seseorang yang sahur dengan tujuan supaya besok kuat, tidak makan dan minum seharian, atau menghindari makan, minum atau jima’ (hubungan suami istri) karena khawatir imsak, khawatir terbit fajar, khawatir masuk subuh, ini sudah termasuk niat puasa.

 

Juga disebutkan dalam redaksi lain di bawah ini:

 

وتصح النية بكل عمل يدل عليها كما لو تسحر ليصوم، أو شرب لدفع العطش نهارا، أو امتنع من الأكل أو الشرب أو الجماع خوف طلوع الفجر إن خطر بباله الصوم.

 

Artinya: Niat puasa sah dengan aktifitas apapun yang mengindikasikannya seperti orang sahur supaya kuat puasa, atau minum supaya tidak haus di siang hari, atau menahan diri tidak makan atau tidak minum atau tidak jima' (berhubungan suami istri) karena khawatir fajar terbit, jika memang di hatinya terbersit puasa.

 

Maka dari itu, ketentuan makan sahur di atas sudah cukup sebagai niat puasa:

1) Ingat bahwa besok berpuasa, berarti menahan tidak makan, minum dan pembatal puasa lainnya seharian (disebut dzat dalam kitab Syafi'iyah).

2) puasanya adalah puasa Ramadhan (disebut sifat).

 

Makanya Habib Salim Asy-Syathiri dalam Fawaid-nya heran sama orang yang bilang "aku sahur, tapi tidak niat". Padahal sahur itu juga sudah termasuk niat.

 

Pernyataan-pernyataan di atas telah disampaikan oleh banyak ulama madzhab Syafi'i dalam kitabnya, diantaranya Imam Nawawi dalam Majmu' dan Raudhoh, Imam Rofi'i dalam Fathul Aziz, Syaikh Zakaria Al-Anshori dalam Asnal Matholib, Imam Ramli dalam Nihayatul Muhtaj, Habib Salim Asy-Syathiri dalam Fawaid Syathiriyyah, Dr. Muhammad Az-Zuhaili dalam Al-Mu'tamad Fil Fiqh Asy-Syafi'i, dan masih banyak lagi.