• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Selasa, 7 Mei 2024

Syiar

Lafal Niat dan Tata Cara Shalat Gerhana Matahari 2023

Lafal Niat dan Tata Cara Shalat Gerhana Matahari 2023
Gerhana matahari hibrid akan terjadi di Indonesia pada Kamis, 20 April 2023. Umat Islam dianjurkan shalat gerhana (Ilustrasi Foto: NU Online)
Gerhana matahari hibrid akan terjadi di Indonesia pada Kamis, 20 April 2023. Umat Islam dianjurkan shalat gerhana (Ilustrasi Foto: NU Online)

Gerhana matahari campuran (hibrid) akan terjadi di wilayah Indonesia pada Kamis, 20 April 2023 pagi hingga menjelang siang. Gerhana matahari itu dapat diamati secara total dan sebagian. Ada wilayah yang akan mengalami gerhana matahari total dan ada yang akan mengalami gerhana sebagian.


Pada saat gerhana matahari terjadi, umat Islam disunnahkan untuk melaksanakan shalat gerhana matahari (kusuf al-syams). Shalat itu dapat dilakukan secara berjamaah maupun sendiri. Shalat gerhana matahari dilaksanakan di waktu-waktu terjadinya gerhana di tempat masing-masing.


Tata Cara Shalat Gerhana Matahari


Tata cara shalat sunnah gerhana  matahari sedikit berbeda dari shalat sunnah pada umumnya. Berikut  rangkaian pelaksanaan shalat sunnah gerhana matahari dilansir dari NU Online.


Shalat gerhana matahari dilakukan tanpa didahului dengan adzan atau iqamah. Yang disunnahkan hanyalah panggilan shalat dengan lafal “ashshalâtu jâmi‘ah.”   


Dalam kitab Syarah Yaqutun Nafis disebutkan bahwa shalat gerhana bisa dilakukan dengan salah satu dari tiga cara, yaitu: 


1. Shalat dua rakaat seperti shalat sunnah tahiyatul masjid, dengan memperpendek bacaan-bacaannya. Cara ini merupakan cara paling gampang dan ringan.


2. Shalat dua rakaat dengan dua kali berdiri dan dua kali ruku’ dalam setiap rakaat, tanpa memperpanjang bacaan-bacaannya. 


3. Shalat dua rakaat dengan dua kali berdiri dan dua kali ruku’ dalam setiap rakaatnya, serta memperpanjang bacaan-bacaan di dalam shalat. Cara inilah yang paling utama.   


Teknis pelaksanaan shalat gerhana matahari dengan cara yang pertama adalah sebagaimana shalat biasanya yang terdiri dari dua rakaat, yaitu dimulai dengan niat.


Adapun lafal niatnya, yaitu:  


 أُصَلِّيْ سُنَّةً لِكُسُوْفِ الشَّمْسِ رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى


Ushallî sunnatan likusûfisy syamsi rak’ataini lillâhi ta’âlâ   


Artinya: Saya niat shalat sunnah gerhana matahari dua rakaat karena Allah ta’âla.


Setelah itu takbiratul ihram, membaca doa iftitah, membaca ta’awudz, dan Surat al-Fatihah, dilanjut dengan mambaca surat-surat pendek, ruku’, i’tidal, sujud, duduk, lalu sujud lagi.


Selanjutnya berdiri lagi untuk melanjutkan rakaat kedua sebagaimana rakaat pertama, kemudian disambung tahiyat, membaca dua kalimat sahadat, membaca shalawat ibrahimiyah, dan diakhiri dengan salam.  


Adapun teknis pelaksanaan shalat gerhana dengan cara yang kedua yaitu melaksanakan shalat dengan cara dua rakaat dengan dua kali berdiri dan dua kali ruku’. 


Penjelasannya, setelah melaksanakan ruku’ (sebagaimana teknis awal), melakukan i’tidal dan kembali pada posisi tegak (berdiri) serta kedua tangan ditaruh kembali di bawah dada dan di atas pusar untuk berdiri yang kedua kalinya.   


Setelah itu, kembali membaca surat Al-Fatihah kedua kalinya serta membaca surat pendek sebagaimana bacaannya yang pertama. Dilanjut dengan ruku’ dan i’tidal lagi, kemudian sujud dua kali dengan thuma’ninah (tenang, diam sejenak) di setiap sujudnya. 


Setelah tahapan ini selesai, kembali berdiri untuk mengerjakan rakaat yang kedua, sesuai dengan cara yang telah dijelaskan.  


Begitupun dengan teknis yang ketiga, sebenarnya cara yang ini sama dengan cara yang kedua, hanya saja yang membedakan adalah bacaan-bacaannya dalam pelaksanaan shalat, yaitu:


1. Setelah membaca Surat al-Fatihah pada rakaat yang pertama, membaca surat al-Baqarah. Namun, jika tidak memungkinkan dibaca secara keseluruhan, maka cukup membaca separuhnya. 


2. Ketika melaksanakan ruku’ yang pertama, membaca tasbih yang banyaknya kira-kira sesuai dengan membaca seratus ayat Al-Qur’an. 


3.  Ketika berdiri untuk kedua kalinya (setelah melakukan ruku’) dan membaca al-Fatihah maka membaca surat Ali Imran.  


4. Ketika melaksanakan ruku’ yang kedua, membaca tasbih yang banyaknya kira-kira sesuai dengan membaca delapan puluh ayat Al-Qur’an.   


5. Ketika berdiri untuk ketiga kalinya, setelah membaca surat al-Fatihah membaca surat An-Nisa’.   


6. Ketika melaksanakan ruku’ yang ketiga, membaca tasbih yang banyaknya kira-kira sesuai dengan membaca tujuh puluh ayat Al-Qur’an.   


7. Ketika berdiri untuk terakhir kalinya (yang keempat), setelah membaca surat al-Fatihah membaca surat al-Maidah.  


8. Dan ketika melaksanakan ruku’ yang terahir (keempat), membaca tasbih yang banyaknya kira-kira sesuai dengan membaca lima puluh ayat Al-Qur’an.   


9. Ketika sujud yang pertama membaca tasbih yang banyaknya kira-kira sesuai dengan membaca seratus ayat Al-Qur’an, sujud kedua delapan puluh ayat, sujud ketiga tujuh puluh, dan sujud keempat lima puluh ukuran ayat Al-Qur’an. 


Syiar Terbaru