Syiar

Jokowi Takziah ke Vatikan: Begini Hukum Takziah Kepada Mayit Non-Muslim

Ahad, 27 April 2025 | 14:40 WIB

Jokowi Takziah ke Vatikan: Begini Hukum Takziah Kepada Mayit Non-Muslim

Jokowi bertakziah ke vatikan. hukum bertakziah kepada non-Muslim. (Foto: NU Online Lampung)

Presiden ke-7 RI Joko Widodo, Menteri HAM Natalius Pigai, Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono, dan Ignasius Djonan melayat (takziah) di pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan, Jumat (25/4/2025) waktu setempat atau Sabtu (26/4/2025) waktu Indonesia Barat.

 

Takziah tersebut menjadi viral di media sosial Indonesia, lantaran Joko Widodo yang notabene beragama Islam, mentakziahi non-Muslim. Netizen bertanya-tanya, apakah boleh orang Islam bertakziah kepada non-Muslim?, Serta apakah boleh juga mendoakan mayit yang ditakziahi?

 

Menurut keterangan dalam kitab Fathul Wahhab karya Syaikhul Islam Zakariya al-Anshari, mengatakan bahwa menziarahi kuburan orang non-Muslim itu diperbolehkan. Begitu juga dengan takziah ketika wafatnya:

 

 أَمَّا زِيَارَةُ قُبُورِ الْكُفَّارِ فَمُبَاحَةٌ --زكريا الأنصاري، فتح الوهاب، بيروت-دار الكتب العلمية، 1418هـ، ج، 1، ص. 176

 

Artinya: Bahwa berziarah ke kuburan orang-orang kafir itu mubah (diperbolehkan) (Zakariya al-Anshari, Fathul Wahhab, Bairut-Darul Kutub al-‘Ilmiyyah, 1418 H, juz, 1, halaman 176).

 

Senada dengan di atas, Imam an-Nawawi dalam kitab Syarh Muslim-nya juga berpendapat demikian:

 

  إِذَا جَازَتْ زِيَارَتُهُمْ بَعْدَ الْوَفَاةِ فَفِي الْحَيَاةِ أَوْلَى (محي الدين شرف النووي، شرح  النووي، على صحيح مسلم، بيروت-دار إحياء التراث العربي، الطبعة الثانية، 1392 هـ، ج، 8، ص. 45)

 

Artinya: Jika boleh menziarahi mereka (non-muslim) setelah meninggal dunia, maka menziarahi mereka ketika masih hidup itu lebih utama (Muhyiddin Syaraf an-Nawawi, Syarhun Nawawi ala Shahihi Muslim, Bairut-Daru Ihya`it Turats al-‘Arabi, cet ke-II, 1392 H, juz, VIII, halaman 45).
 

 

Menshalati dan mendoakan non-Muslim

Menshalati mayit non-Muslim dan memintakan ampun kepadanya hukumnya haram sebagaimana ditegaskan Al-Qur`an dan ijma’ para ulama. Demikian sebagaimana keterangan yang terdapat dalam kitab al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab:

 

 وَأَمَّا الصَّلَاةُ عَلَي الْكَافِرِ وَالدُّعَاءِ لَهُ بِالْمَغْفِرَةِ فَحَرَامٌ بِنَصِّ الْقَرْآنِ وَالْاِجْمَاعِ

 

Artinya: Adapun menshalati jenazah orang kafir dan memintakan ampun untuknya, hal itu adalah haram sebagaimana ketetapan nash Al-Qur`an dan ijma` ulama,” (Muhyiddin Syarf an-Nawawi, al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab, Kairo-Dar al-Hadits, 1421 H/2010 M, juz, V, halman 190).

 

Adapun memandikan, mengiringi jenazahnya dan ikut memakamkannya hukumnya diperbolehkan.  Ini merupakan pendapat dalam madzhab Syafi’i, yang sebagaimana dikemukakan oleh Imam An-Nawawi dalam kitab al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab:

 

 فيِ غُسْلِ الْكَافِرِ ذَكَرْنَا أَنَّ مَذْهَبَنَا أَنَّ لِلْمُسْلِمِ غُسْلَهُ وَدَفْنَهُ وَاتِّبَاعَ جَنَازَتِهِ وَنَقَلَهُ ابْنُ الْمُنْذِرِ عَنْ أَصْحَابِ الرَّأْىِ وَأَبِى ثَوْرٍ وَقَالَ مَالِكٌ وَأَحْمَدُ لَيْسَ لِلْمُسْلِمِ غُسْلُهُ وَلَا دَفْنُهُ لَكِنْ قَالَ مَالِكٌ لَهُ مُوَارَاتُهُ

 

Artinya: Tentang memandikan jenazah orang kafir, kami telah menyebutkan bahwa pendapat madzhab kami menyatakan, orang Muslim boleh memandikan jenazah orang kafir, mengubur, dan mengiringi jenazahnya. Ibnul Mundzir menukilnya dari kelompok rasionalis (ashhab ar-ra’y) dan Abi Tsaur. Sedangkan menurut Imam Malik dan Ahmad, orang muslim tidak boleh memandikan dan menguburkan jenazah orang kafir. Tetapi Imam Malik menyatakan, ia (Muslim) boleh ikut menguburnya (Lihat Muhyiddin Syaraf An-Nawawi, al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab, juz, V, halaman 195).

 

Demikianlah penjelasan tentang bagaimana hukumnya mentakziahi, menshalati dan berdoa minta ampun untuk mayit non-Muslim. Dari beberapa redaksi di atas, maka hukum mentakziahi mayit non-Muslim diperbolehkan, begitu juga dengan memandikan, mengiring jenazahnya, menguburnya, serta menziarahi makamnya. Akan tetapi jika menshalati dan berdoa minta ampun untuk mereka maka hukumnya haram.