Syiar

Apakah Perempuan Haid Bisa Mendapatkan Malam Lailatul Qadar

Selasa, 25 Maret 2025 | 17:44 WIB

Apakah Perempuan Haid Bisa Mendapatkan Malam Lailatul Qadar

Cara wanita yang haid tetap mendapatkan lailatul qadar (Foto: Istimewa)

Bulan Ramadhan telah memasuki sepuluh malam terakhir, di mana sebagian umat Islam mulai memperbanyak ibadah di malam-malam tersebut untuk memperoleh malam Lailatul Qadar. Keutamaan Lailatul Qadar dapat diperoleh dengan cara menghidupkan malam-malam Ramadhan dengan beribadah seperti berdzikir, melakukan shalat sunah, dan shalat berjamaah.

 

Lalu, bagaimana dengan wanita yang sedang haid di waktu seperti ini?

 

Kita ketahui bersama, Lailatul Qadar adalah malam yang sangat istimewa dan penuh berkah dibandingkan malam-malam lainnya. Malam ini bahkan sering disebut sebagai malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Hal ini karena pada malam Lailatul Qadar, Al-Qur’an pertama kali diturunkan.

 

Mengenai perempuan haid ini terdapat keterangan menarik yang disampaikan oleh pakar hadits terkemuka Imam Ad-Dhahak (wafat 212 H):

 

قَالَ جُوَيْبِرْ: قُلْتُ لِلْضَّحَاكِ: أَرَأَيْتَ الْنُّفَسَاءَ وَالْحَائِضَ وَالْمُسَافِرَ وَالْنَّائِمَ لَهُمْ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدَرِ نَصِيْبٌ؟ قَالَ: نَعَمْ كُلُّ مَنْ تَقَبَّلَ اللهُ عَمَلُهُ سَيُعْطِيْهِ نَصِيْبُهُ مِنْ لَيْلَةِ الْقَدَرِ

 

Artinya: Jubair berkata: “Aku pernah bertanya kepada Imam Ad-Dhahak, bagaimana pendapatmu mengenai perempuan yang sedang nifas, haid, orang yang tengah bepergian (musafir) dan orang yang tidur, apakah mereka bisa memperoleh bagian dari Lailatul Qadar?” Lantas oleh Imam Ad-Dhahak dijawab: “Ya, mereka masih bisa memperoleh bagian. Setiap orang yang diterima amalnya, maka Allah swt akan memberikan bagiannya dari Lailatul Qadar (Ibn Rajab Al-Hanbali, Lathaiful Ma’arif, [Beirut: Dar Ibn Hazm], halaman 192).

 

Selain itu, keutamaan Lailatul Qadar dapat diperoleh dengan cara menghidupkan malam ini seraya beribadah seperti berdzikir, melakukan shalat sunah, dan shalat berjamaah. Dengannya Allah swt akan mengampuni dosa-dosa yang terdahulu, sebagaimana disampaikan oleh Rasulullah saw:

 

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

 

Artinya: Barangsiapa beribadah pada malam Lailatul Qadar karena iman dan mengharapkan pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lampau (HR Al-Bukhari).

 

Perihal makna hadits ini Syekh Ibnu Hajar Al-Asqalani (wafat 852 H) dalam kitabnya Fathul Bari menerangkan:

 

وَفِي حَدِيْثِ مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ مَعْنَاهُ مَنْ قَامَهُ وَلَوْ لَمْ يُوَافِقْ لَيْلَةَ الْقَدْرِ حَصَلَ لَهُ ذَلِكَ وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فَوَافَقَهَا حَصَلَ لَهُ وَهُوَ جَارٍ عَلَى مَا اخْتَارَهُ مِنْ تَفْسِيرِ الْمُوَافَقَةِ بِالْعِلْمِ بِهَا وَهُوَ الَّذِي يَتَرَجَّحُ فِي نَظَرِيْ

 

Artinya: Dalam redaksi hadits tersebut maknanya ialah barangsiapa menghidupkan malam Lailatul Qadar dan tidak menemukan Lailatul Qadar, maka akan tetap mendapatkan pahalanya. Dan barangsiapa yang menghidupkan malam ini lantas menemukan Lailatul Qadar, maka juga akan mendapatkan pahala. Inilah kemudian yang berlaku dan dipilih dalam mengartikan maksud ‘mengetahui’ dan yang dipilih menurut pandanganku (Ahmad Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bari Syarhu Shahihil Bukhari, (Beirut: Dar Al-Ma’rifah), juz IV, halaman 267).

 

Menurut syariat, perempuan yang sedang haid tidak diperbolehkan untuk melaksanakan beberapa ibadah tertentu, namun ia tetap memiliki kesempatan untuk meraih pahala di malam Lailatul Qadar. Bagi perempuan yang sedang haid dan berniat untuk mengikuti aturan syariat (dengan menghindari perbuatan yang dilarang), maka ia tetap akan mendapatkan pahala.

 

Perempuan yang mengalami haid dapat menghidupkan dan mengisi malam Lailatul Qadar dengan cara yang dipaparkan oleh Syekh Nawawi Al-Bantani (W: 1316 H) berikut ini:

 

وَمَرَاتِبُ إِحْيَائِهَا ثَلاَثَةٌ عُلْيَا وَهِيَ إِحْيَاءُ لَيْلَتِهَا بِالْصَّلَاةِ وَوُسْطَى وَهِيَ إِحْيَاءُ مُعْظَمِهَا بِالْذِّكْرِ وَدُنْيَا وَهِيَ أَنْ يُصَلِّيَ الْعِشَاءَ فِيْ جَمَاعَةٍ وَالصُّبْحِ فِيْ جَمَاعَةٍ وَالْعَمَلِ فِيْهَا خَيْرٌ مِنَ الْعَمَلِ فِيْ أَلْفِ شَهْرٍ وَيَنَالُ الْعَامِلُ فَضْلَهَا وَإِنْ لَمْ يَطَّلِعُ عَلَيْهَا عَلَى الْمُعْتَمَدِ

 

Artinya: Tingkatan dalam menghidupkan Lailatul Qadar ada tiga (3). Yang tertinggi adalah menghidupkan Lailatul Qadar dengan melakukan shalat. Sedangkan, tingkatan yang sedang ialah menghidupkan Lailatul Qadar dengan dzikir. Adapun tingkatan terendah ialah dengan melaksanakan shalat Isya dan Subuh secara berjamaah. Melakukan hal tersebut pada malam Lailatul Qadar lebih baik ketimbang malam lainnya selama 1000 bulan, dan orang yang melakukannya akan mendapatkan keutamaan meski tidak menyaksikan Lailatul Qadar menurut pendapat mu’tamad (Muhammad bin Umar Nawawi Al-Bantani, Nihayatuz Zain fi Irsyadil Mubtadiin, [Beirut: Dar Al-Fikr], juz I, halaman 198).

 

 

Jadi, bagi wanita yang sedang haid atau nifas, menerima dan ridha terhadap takdir Allah bahwa dia sedang dalam kondisi tersebut sudah menjadi pahala. Allah memerintahkan untuk meninggalkan shalat saat haid atau nifas, sehingga ketika seorang wanita meninggalkan shalat sesuai dengan perintah Allah swt, itu sudah dianggap sebagai amal yang mendatangkan pahala.

 

Wanita yang sedang haid atau nifas, selama memiliki amal yang diterima di sisi Allah, tetap berpeluang mendapatkan keutamaan Lailatul Qadar. Ukurannya adalah apakah amal tersebut diterima oleh Allah atau tidak.

 

Maka perempuan haid dianjurkan untuk memperbanyak amalan-amalan ini agar memperoleh Lailatul Qadar:

 

1. Berzikir ini bisa dilakukan oleh orang-orang yang sedang haid atau nifas. Berzikir bisa dengan membaca kalimat thayyibah seperti bismillah, ta’awudz, tasbih, takbir, tahlil. Itu boleh dilakukan oleh orang-orang sedang haid.

2. Memperbanyak istighfar.

3. Memperbanyak membaca surat-surat pendek Al-Qur’an, yang sudah masyhur dipakai berdzikir, seperti surat Al-Ikhlas dan surat Al-Fatihah.

4. Memperbanyak membaca shalawat Nabi saw.

5. Bangun sahur dan menyiapkan makanan sahur untuk keluarga yang berpuasa.

6. Memperbanyak bersedekah.

7. Melakukan diskusi keilmuan dengan orang-orang saleh.

 

Pada Hakikatnya meskipun seseorang tidak sedang dalam keadaan beribadah, mereka tetap memiliki kesempatan untuk meraih keutamaan dan kemuliaan Lailatul Qadar. Kemuliaan malam tersebut tidak hanya diperuntukkan bagi mereka yang beribadah di malam itu, tetapi juga bagi setiap orang yang beribadah sepanjang bulan Ramadhan dengan amal yang diterima oleh Allah swt.

 

Nabilla Zainuri, M.Pd., CDAI, Dosen Pendidikan Agama Islam Fakultas Kedokteran Universitas Lampung