• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Sabtu, 27 April 2024

Pendidikan

Dua Santri Ponpes Madarijul Ulum Raih Juara dalam MQK Tingkat Provinsi Lampung

Dua Santri Ponpes Madarijul Ulum Raih Juara dalam MQK Tingkat Provinsi Lampung
Inilah dua santri Ponpes Madarijul Ulum yang meraih juara dalam Musabaqah Qira'atil Kutub Tingkat Provinsi Lampung
Inilah dua santri Ponpes Madarijul Ulum yang meraih juara dalam Musabaqah Qira'atil Kutub Tingkat Provinsi Lampung

Bandar Lampung, NU Online Lampung
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Lampung menggelar Musabaqah Qira'atil Kutub (MQK). Acara dihelat di Ballroom Hotel Kurnia, Bandar Lampung, pada 26-27 September 2021.


"Kegiatan ini melibatkan pondok pesantren, kiai, dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten atau Kota se-Provinsi Lampung. Dengan peserta sebanyak 30 orang, terdiri putra dan putri yang mewakili kabupaten atau kotanya. Pendamping 15 orang, serta dewan hakim 6 orang (profesional) dan 4 orang panitia," ujar Kepala Bidang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan Islam (PAPKI) Kanwil Kemenag Lampung, Luqmanul Hakim.
 

Adapun cabang yang diperlombakan yaitu Ilmu Nahwu dengan Kitab Alfiyah Ibnu Malik dan Ilmu Fiqh dengan Kitab Fathul Qarib.
 

Terpisah, Kepala Bagian Tata Usaha, Marwansyah dalam sambutan yang mewakili Kepala Kemenag Lampung menyampaikan bahwa pengajaran Kitab Kuning di pesantren adalah dalam rangka maintenance of islamic knowledge and conservation of islamic legacies, yakni melestarikan warisan pengetahuan keislaman yang diperoleh secara turun temurun dari generasi salaf al-shalih.


"Di antara yang melatarbelalangi Kemenag melaksanakan kegiatan ini adalah penyelenggaraan pendidikan keagamaan yang semula berada di tempat-tempat pengajian yang mengajarkan dasar-dasar ilmu keislaman, seperti nahwu/sharf (Arabic grammar), Al-Qur’an, hadits, akidah/tauhid (Islamic theology), fiqh, dan akhlak. Bentuk ini kemudian berkembang dengan pendirian tempat-tempat menginap bagi para pelajar (santri), yang kemudian disebut pesantrian atau pesantren," ujar Marwansyah.


Menurutnya, secara kelembagaan, pesantren saat ini telah menjadi sebuah institusi atau 'kampus' yang memiliki potensi besar dalam penyelenggaraan pendidikan nasional. Di samping mempertahankan ciri khas dan keaslian isi (curriculum content)nya, seperti sorogan dan bandongan, kebanyakan pesantren telah mengadopsi sistem klasikal-formal, baik berbentuk Raudlatul Athfal (TK Islam), madrasah (MI, MTs, MA), pendidikan diniyah formal ( PDF ula, wustho, dan ulya), sekolah-sekolah umum (SD, SLTP, SMU), perguruan tinggi (agama dan umum), dan pendidikan tingkat tinggi (Ma'had Aly) dikutip dari lampung.kemenag.go.id.


Dalam acara ini, Pondok Pesantren Salafiyah dan  Tahfidzul Quran Madarijul Ulum asuhan KH Ihya Ulumudin yang juga sebagai Wakil Rais Syuriyah PWNU Lampung mengirimkan santri terbaiknya dalam Musabaqah Qira'atil Kutub mewakili Kemenag Kota Bandar Lampung. Mereka yang dikirim yakni Dina Safitri Aulia dan Rian Hidayat.
 

Kedua santri tersebut pada pengumuman pemenang meraih juara dalam dua cabang yang diperlombakan. Dina Safitra Aulia meraih juara 1 cabang Ilmu Nahwu kitab Alfiyah Ibnu Malik, sedangkan Rian Hidayat meraih juara 2 cabang ilmu fiqh kitab Fathul Qarib.
 

Ustadz Hidayatullah selaku pendamping santri tersebut mengatakan, musabaqah qira'atil kutub ini merupakan langkah konkret dalam upaya peningkatkan kualitas santri, khususnya di Provinsi Lampung.

 

"Karena dengan adanya MQK ini dapat mengukur sejauh mana kemampuan santri selama belajar di pesantren," ungkapnya.


Menurutnya, di sisi lain juga dapat mengobarkan semangat santri untuk lebih giat belajar muthola'ah (menelaah secara teliti dan mendalam), munadzoroh (diskusi dan bertukar pikiran tentang suatu masalah) dan mudzakaroh (mengorasikan materi kajian dengan pola ceramah). Karena dengan diuji, bagaimana cara membaca kitab kuning yang benar, setelah itu mereka harus mempertanggung jawabkan bacaannya, mulai dari segi i'robul kalimat, kedudukan kalimat, ngi'lal dan juga pemahaman serta eksplorasi wawasan mereka tentang maqolah atau maqra (soal) yang dibaca.


"Dengan begitu event ini sangat membantu mengobarkan semangat santri dalam berjuang dan bersungguh-sungguh dalam menggapai kesuksesan," ujar Ustadz Hidayatullah yang juga Ketua Lembaga Bahtsul Masail PCNU Bandar Lampung saat dihubungi NU Online Lampung.


Seperti yang diketahui di masyarakat bahwa lulusan Pondok Pesantren dianggap generasi yang ahli hukum, taat beragama yang dilandasi dengan referensi-referensi yang sudah diyakini kebenerannya. Sehingga pendalaman dan pemahaman terhadap kitab kuning ini, sangat dibutuhkan.
 

Karena dengan adanya MQK ini dapat memotivasi dan memicu andrenalin santri untuk menghafal dan tampil baik ketika akan menghadapi perlombaan. Namun jika tidak ada pemicu tersebut, pembelajaran santri cenderung monoton.
 

Harapannya Kemenag kabupaten atau kota, maupun Kanwil Kemenag Lampung agar kegiatan ini bisa dilakukan secarutin. Baik per semester ataupun tahunan.

 

(Dian Ramadhan)

 


Editor:

Pendidikan Terbaru