• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Sabtu, 20 April 2024

Kiai Menjawab

Kenapa Imam Sholat Dzuhur dan Ashar Tidak Mengeraskan Suara

Kenapa Imam Sholat Dzuhur dan Ashar Tidak Mengeraskan Suara
Assalamualaikum. Pak Kiai Saya ingin bertanya, mengapa Sholat Dzuhur dan Ashar membaca ayat tidak dikeraskan seperti Sholat Subuh, Magrib, dan Isya? Wassalamualaikum Wr. Wb. (Sutrisno, Pahoman)   Waalaikumsalam Pak Sutrisno Kenapa Sholat Dzuhur dan Ashar bacaannya tidak dikeraskan seperti Sholat Shubuh, Maghrib, dan Isya’ adalah karena itba’ Rasul, mengikuti cara Rasul sholat. “Sholluu kamaa roaitumuunii usholli” (“sholatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku sholat.” (Muttafaqun ‘alaihi)). Dalam kitab I’anah at-Thalibin di uraikan alasannya dengan jelas, sebagaimana teks berikut قَوْلُهُ: (يُسَنُّ الْجَهْرُ) أَيْ وَلَوْ خَافَ الرِّيَاءَ قال ع ش وَالْحِكْمَةُ فِي الْجَهْرِ فِي مَوْضِعِهِ أَنَّهُ لَمَّا كَانَ اللَّيْلُ مَحَلَّ الْخَلْوَةِ وَيَطِيْبُ فِيْهِ السَّمْرُ شُرِعَ الْجَهْرُ فِيهِ طَلَبًا لِلَذَّةِ مُنَاجَاةِ الْعَبْدِ لِرَبِّهِ، وَخُصَّ بِالْأَوَّلَيَيْنِ لِنَشَاطِ الْمُصَلِّي فِيهِمَا وَالنَّهَارُ لِمَا كَانَ مَحَلَّ الشَّوَاغِلِ وَاْلاِخْتِلاَطِ بِالنَّاسِ طُلِبَ فِيهِ الْإِسْرَارُ لِعَدَمِ صَلَاحِيَّتِهِ لِلتَّفَرُّغِ لِلْمُنَاجَاةِ، وَأُلْحِقَ الصُّبْحُ بِالصَّلَاةِ اللَّيْلِيَّةِ لِأَنَّ وَقْتَهُ لَيْسَ مَحَلاًّ لِلشَّوَاغِلِ (إعانة الطالبين، ج 1 ص 179، دار ابن عصاصه) Perkataan Mushannif, (disunnahkan mengeraskan bacaan) meskipun kuatir riya’. Imam Ali Syibramalisy berkata “Adapun hikmah mengeraskan bacaan pada tempatnya yaitu; Bahwasanya malam itu waktu kholwat (menyepi) dan enak dibuat ngobrol, maka disyari’atkan mengeras-kan bacaan untuk mencari nikmatnya munajat seorang hamba kepada Tuhannya, dan dikhususkan pada dua rakaat pertama karena semangatnya orang yang shalat berada di dalam dua rakaat tersebut. Sedangkan siang hari itu waktu sibuk dan berkumpul dengan manusia, maka dianjurkan membaca dengan suara lirih karena memang waktu itu tidak nyaman digunakan munajat. Adapun shalat shubuh disamakan dengan shalat malam, karena waktunya bukan tempat sibuk”. Dalam Kitab  Al-Muntaqo Syarah Muwatho’ (1/225) dijelaskan bahwa hukum mengeraskan dan memelankan “melirihkan” (Jahr dan Sir) bacaan dalam sholat itu sunnah. المنتقى - شرح الموطأ - (ج 1 / ص 252) وَقَدْ قَالَ الشَّيْخُ أَبُو الْقَاسِمِ إِنَّ الْجَهْرَ فِيمَا يُجْهَرُ فِيهِ وَالْإِسْرَارَ فِيمَا يُسَرُّ فِيهِ مِنْ سُنَنِ الصَّلَاةِ وَهَذَا مُقْتَضَى هَذِهِ الرِّوَايَةِ وَوَجْهُ الرِّوَايَةِ الثَّانِيَةِ أَنَّ تَعَمُّدَهُ لِلْجَهْرِ لَا يُفْسِدُ صَلَاتَهُ لِأَنَّهَا صِفَةٌ لِلْقِرَاءَةِ مَشْرُوعَةٌ فَلَمْ تَمْنَعْ صِحَّةَ صَلَاةِ الْإِمَامِ وَإِذَا لَمْ تَمْنَعْ صِحَّةَ صَلَاتِهِ لَمْ تَمْنَعْ صِحَّةَ صَلَاةِ مَنْ وَرَاءَهُ Jika seandainya ada orang Sholat Dzuhur atau Ashar dengan bacaan keras (jahr) misalnya, atau Sholat Maghrib, Isya’ atau Shubuh dengan bacaan pelan (sir), maka sholatnya tetap sah, hanya saja dia telah melakukan kemakruhan. Seperti di sebutkan oleh imam Nawawi dalam kitabnya al-Adzkar. Wallahualam. (Dijawab oleh Ustad Mahfudz/Sekretaris Lembaga Bahtsul Masail NU Lampung)  


Editor:

Kiai Menjawab Terbaru