Yudi Prayoga
Penulis
Setiap manusia pada umumnya pernah memiliki sifat riya (pamer), dan terkadang atau bahkan sering mempraktikkannya. Hal ini merupakan naluri dasar manusia. Akan tetapi, Islam mewanti-wanti untuk tidak terjerumus ke dalam sifat riya, karena itu merupakan penyakit hati.
Jika dilakukan terus-menerus, maka yang akan terganggu dan rusak adalah mentalnya. Dan ini lebih berbahaya dari penyakit fisik.
Riya sendiri berasal dari bahasa Arab ra’a-yara-ruyan-wa ru’yatan yang artinya melihat. Sedang menurut istilah riya adalah memperlihatkan diri kepada orang lain agar keberadaannya baik ucapan, tulisan, sikap, maupun amal perbuatannya diketahui.
Riya sebagai penyakit hati akan menyerang siapapun tanpa pandang bulu, entah santri, kiai, pelajar, pejabat, dosen, guru besar, dan sebagainya. Meskipun tingkatan riya (pamernya) berbeda-beda setiap orang.
Orang yang terjangkit penyakit riya, tidak akan merasa puas jika hasil kerjanya tidak ditampilkan ke khalayak umum untuk dipuji. Sampai ia bahagia jika ada yang memberikan apresiasi.
Jika riyanya seseorang menjadikan kemaslahatan bagi umat sekelilingnya, maka itu termasuk baik. Tetapi jika hanya menjadikan malapetaka, dan kepuasan nafsu, maka segera dihindari. Atau istilah saat ini sering disebut dengan kerja butuh pencitraan.
Sayyidina Ali bin Abi Thalib mengklasifikasikan empat perbuatan manusia yang termasuk ke dalam perbuatan riya (pamer).
Pertama, malas ketika sendirian.
Banyak orang berperilaku baik ketika berada di khalayak umum dan berperilaku buruk ketika sendiri. Itulah kenapa ada perkataan ulama yang mengatakan bahwa manusia akan sanggup tidak bermaksiat di depan umum. Tetapi sanggup bermaksiat ketika sedang sendiri.
Jika dilihat orang, ia akan beribadah dan bekerja dengan tekun. Tetapi ketika sedang sendiri, ia akan bermalas-malasan dalam beribadah, ditunda-tunda, bahkan ditinggalkannya.
Begitupun dengan bekerja, ia akan bersantai sampai tugasnya bertumpuk-tumpuk dan menjadi tidak selesai. Kalau istilah anak sekolah menjadi pekerjaan rumah (PR).
Kedua, rajin saat di tengah banyak orang.
Memang kadang pencitraan sangat membahagiakan bagi kalangan tertentu, akan tetapi hal tersebut menjadikan manusia haus akan pujian dan rasa tenar. Sehingga, terkadang mengganggu kesehatan mental, karena ketika satu hari tidak tampil, ia akan merasa ada yang kurang di dalam dirinya.
Maka rajinlah, di saat sedang bersama orang lain ataupun sendiri. Cukuplah Allah sebagai hakimmu, dan jangan sampai manusia-manusia mendikte jiwamu.
Ketiga, amalnya meningkat kala dipuji.
Naluri dasar manusia, ia akan sangat senang ketika dipuji, dan sedih ketika dicaci maki. Hal ini tidak akan hilang sampai kapanpun, kecuali orang tersebut mengubah sudut pandangnya terhadap penilaian.
Pengguna media sosial saat ini sangat menikmati perilaku tersebut. Sering kita melihat seseorang memposting kecantikannya, kemudian dipuji di kolom komentar dengan kata-kata yang indah, maka ia akan membalas serupa. Tetapi jika dikomen dengan hal-hal yang buruk ia akan membalas buruk juga dan mendoakan yang jelek.
Keempat, menurun kala dicaci.
Memang, umumnya manusia akan semangat jika terus dipuji dan kendur ketika dicaci. Karena memang cacian bisa melemahkan mental seseorang.
Berbeda hal dengan orang yang cuek dan ikhlas, ia akan tetap istikamah dengan perbuatan baiknya. Dan tidak akan menghiraukan pujian atau cacian manusia.
Ketika manusia sudah yakin dengan perintah Allah swt, maka ia tidak akan menghiraukan perilaku manusia. Ketika baik dengan orang, dan orang tersebut justru membalas dengan buruk, ia akan cuek, karena yang menyuruh berbuat baik adalah Allah, bukan manusia.
Jadi ia tidak akan terganggu jiwanya karena sikap manusia. Akan tetapi hal ini sangatlah sulit. Jika ada yang sampai di tahap ini berarti mereka merupakan orang-orang yang ikhlas, istikamah, dan memiliki jiwa yang lemah lembut.
Kita sebagai hamba Allah swt, sudah sepantasnya untuk selalu ikhlas dan ucapan dan perbuatan, sehingga hidup kita tidak akan sampai terdikte oleh manusia dan keadaan sosial.
(Yudi Prayoga)
Terpopuler
1
Keutamaan Hari Tasyrik dan Amalan yang Dapat Dilakukan
2
Resmi Dilantik, Berikut Susunan Kepengurusan PW GP Ansor Lampung Masa Khidmah 2024-2028
3
Bolehkah Menerima Kurban dari Non-Muslim?
4
GP Ansor Lampung Gelar Pelantikan Pengurus 2024-2028 di UIN Raden Intan, Tandai Kebangkitan Baru
5
Saat Kang Jalal Pringsewu Robohkan Sapi Presiden Prabowo
6
Hukum Daging Kurban Disimpan Terlalu Lama
Terkini
Lihat Semua