Mengenang KH M Imam Aziz, KLASIKA Lampung Gelar Refleksi 40 Hari Wafat Pendiri LKiS
Sabtu, 23 Agustus 2025 | 15:08 WIB

Klasika Lampung saat menggelar kegiatan mengenang 40 hari wafatnya KH M Imam Aziz, di Rumah Ideologi KLASIKA, Bandar Lampung, Jumat (22/8/2025) malam. (Foto: Istimewa)
Bandar Lampung, NU Online Lampung
Kelompok Studi Kader (KLASIKA) Lampung bersama Komunitas Jaringan Gusdurian Lampung menggelar acara “Membaca Keheningan KH M Imam Aziz” untuk memperingati 40 hari wafatnya Pendiri Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKiS) sekaligus pengasuh Pesantren Bumi Cendikia Yogyakarta.
Acara tersebut berlangsung di Rumah Ideologi KLASIKA, Bandar Lampung, Jumat (22/8/2025) malam. Acara ini dirancang sebagai ruang hening dan refleksi atas kiprah serta pemikiran almarhum yang selama ini menginspirasi gerakan intelektual Islam dan aktivisme sosial di Indonesia.
Rangkaian kegiatan meliputi pembacaan yasin, tahlil, doa bersama, dan diskusi reflektif tentang warisan pemikiran Imam Aziz.
Wakil Rektor II UIN Raden Intan Lampung, Prof Safari Daud mengenang Imam Aziz sebagai sosok yang visioner dan sederhana, berpikir besar dan tampilan sederhana adalah dua hal yang melekat pada Imam Aziz.
"Pemikiran Islam yang beliau gagas mengajarkan kami untuk selalu kritis dan membebaskan akal, namun tetap berpijak pada nilai-nilai keislaman yang tulus. Semakin sadar keagamaan, semakin tinggi kemanusiaan. Itulah perkawinan agama dengan ilmu-ilmu sosial," ujarnya.
Prof Safari menekankan, ciri utama seorang pemimpin sejati adalah kegelisahan. Kalau pemimpin tidak punya kegelisahan, itu bukan pemimpin. Dia harus gelisah dan harus berbuat apa.
Hal senada disampaikan Anggota DPRD Provinsi Lampung, Fatikhatul Khoiriyah kegelisahan Imam Aziz justru menjadi tanda kepekaan dan keberpihakan kepada masyarakat kecil.
“Mas Imam adalah sosok yang selalu gelisah melihat ketidakadilan. Kegelisahan itu bukan kelemahan, tetapi tanda kepekaan dan keberpihakan kepada mereka yang lemah. Beliau juga humble, dengan keilmuan luas, baik di bidang keagamaan maupun sosial. Itulah yang patut kita teladani,” ujarnya.
Khoir mengatakan, pemikiran Imam Aziz menjadi teladan bagi generasi sekarang. Banyak tokoh yang bisa menjadi gambaran ideal, salah satunya Imam Aziz. Dari beliau, belajar bagaimana membangun nilai dan arah untuk masa depan.
Tokoh Nahdlatul Ulama Lampung, H Khaidir Bujung, menyoroti kesederhanaan Imam Aziz sebagai ciri khas yang melekat sepanjang hidupnya.
“Kiai Imam selalu tampil sederhana, baik dalam keseharian maupun dalam memimpin gerakan. Kesederhanaan itulah yang membuatnya begitu dekat dengan banyak kalangan, dari santri, aktivis, hingga masyarakat akar rumput,” ungkapnya.
Sementara itu, Founder KLASIKA, Chepry Chairuman Hutabarat mengaitkan pemikiran Imam Aziz dengan filsafat Plato.
"Mas Imam mengajarkan bahwa manusia saling terhubung oleh kepentingan, namun selalu berlandaskan kebajikan. Dalam pandangan Plato, jiwa manusia terdiri dari logistikon (akal), thumoes (semangat), dan epithumia (hasrat)," ungkapnya.
Ia mengatakan Imam Aziz mengutamakan logistikon akal sehat dalam setiap gerak kemanusiaannya, namun tetap seimbang dengan keberanian dan kesederhanaan. Itulah mengapa kiprah beliau membumi sekaligus bernilai universal.
Chepry juga mengingatkan pandangan filsuf Jürgen Habermas tentang pentingnya aspek emansipatoris dari pengetahuan.
“Bagi Mas Imam, pengetahuan tidak berhenti pada aspek teknis, melainkan harus menjadi kegelisahan personal yang membebaskan dan memanusiakan,” katanya.