Pringsewu, NU Online Lampung
Sedekah adalah amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Sedekah bukan hanya bentuk kepedulian sosial, tetapi juga ibadah yang mampu menyucikan harta dan hati. Namun, muncul pertanyaan dalam pelaksanaannya: lebih baik ditampakkan atau dirahasiakan?
Terkait hal ini, Wakil Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Lampung KH. Sujadi Saddad menjelaskan bahwa dalam bersedekah, seseorang perlu memperhatikan etika. Hal ini karena sedekah memiliki nilai spiritual yang tinggi dan harus dilakukan dengan tata cara yang disesuaikan dengan jenis dan niatnya.
Menurutnya orang yang akan bersedekah perlu membedakan antara zakat yang bersifat wajib dan sedekah sunnah. Zakat menurutnya memiliki aturan yang baku terkait jumlah, waktu, dan sasaran penerima. Karena sifatnya wajib, ia mengatakan agar zakat ditampakkan.
Baca Juga
Bolehkan Sedekah Tanpa Izin Suami?
“Penampakan ini bertujuan sebagai bentuk teladan sosial agar orang lain termotivasi menunaikannya,” katanya Pengasuh Pesantren Nurul Umah Pagelaran ini dalam Kajian Tafsir Online yang dilaksanakan pada Selasa (15/7/2024).
Selain itu lanjutnya, penampakan zakat juga penting untuk menghindari prasangka buruk, terutama terhadap orang-orang yang dianggap mampu tetapi tidak tampak menunaikan zakat. Zakat yang ditampakkan juga dapat menjadi bagian dari syiar Islam, menunjukkan bahwa umat Islam memiliki sistem distribusi kekayaan yang adil dan terorganisir.
Berbeda halnya dengan sedekah sunnah. Menurut Abah Sujadi, sapaan karibnya, sedekah ini lebih utama dilakukan secara rahasia. Dengan merahasiakan sedekah, seseorang akan terhindar dari riya’ atau keinginan dipuji oleh orang lain, serta lebih menjaga keikhlasan karena hanya Allah yang mengetahui.
“Sedekah yang dilakukan secara rahasia lebih tepat sasaran, karena penerima bantuan tidak merasa malu atau terpojok,” katanya dalam kajian Tafsir Jalalain ini.
Dalam Al-Qur’an jelasnya, Allah menyatakan bahwa jika kita menampakkan sedekah, maka itu baik, tetapi jika menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang-orang fakir, maka itu lebih baik bagi kita.
Ketepatan sasaran dalam bersedekah menurutnya juga perlu diperhatikan. Tidak semua yatim piatu atau janda otomatis tergolong mustahik atau penerima zakat. Misalnya, ada yatim piatu dari keluarga kaya, atau janda yang memiliki usaha dan hidup berkecukupan.
Baca Juga
Mencari Nafkah Merupakan Ibadah Sedekah
“Penting untuk memahami siapa yang memang benar-benar membutuhkan bantuan. Sedekah yang tidak tepat sasaran justru bisa melenceng dari maksud syariat. Oleh karena itu, kepekaan sosial dan pengetahuan terhadap lingkungan menjadi bagian dari etika bersedekah,” jelasnya.
Selain sebagai bentuk kepedulian, sedekah juga menurutnya berfungsi sebagai penyuci harta dan penutup dosa. Seperti proses penggilingan beras, harta yang dicampur dengan hak orang lain akan lebih bersih jika bagian tersebut dikeluarkan dalam bentuk zakat atau sedekah.
Ia menegaskan bahwa Allah akan menghapus sebagian kesalahan hamba-Nya melalui sedekah yang tulus, sebagaimana dalam ayat yang menyebutkan bahwa Allah akan menutupi sebagian dari dosa-dosa kita dan bahwa Dia Maha Mengetahui apa yang kita kerjakan.
“Setiap amal tergantung pada niat. Baik ditampakkan maupun dirahasiakan, sedekah tetap akan menjadi amalan besar jika dilakukan karena Allah semata. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, baik yang tampak maupun yang tersembunyi,” pungkasnya.
Kegiatan pengajian tafsir ini dilaksanakan setiap pagi pada pukul 05.30 – 06.00 WIB. Bagi yang akan bergabung bisa mengikutinya via zoom dengan mengklik tautan ini: https://us06web.zoom.us/j/87090712416?pwd=MNbSHGDH62NUWjzwDBm4xGjcVo7MYl.1 .
Jamaah juga bisa bergabung di grup Yuk WA Ngaji Tafsir dengan mengklik tautan ini: https://chat.whatsapp.com/G92Nj2PYtUD4DYpSn1WUj7