Warta

Akhlak Terpuji, Siapa yang Lebih Utama?

Sabtu, 3 Juni 2017 | 22:15 WIB

Akhlak Terpuji, Siapa yang Lebih Utama? Oleh : Nindia Puspitasari (Alumnus Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)   “Sesungguhnya yang paling Aku cintai dan paling dekat tempat duduknya denganKu pada hari kiamat adalah yang paling baik akhlaknya”. -(HR. Bukhori)- Akhlak atau al-khuluq adalah as-sajiyyah wa ath-thoab’ yaitu perangai dan tabiat. Sebagaimana hakikatnya akhlak itu merupakan gambaran batin dari manusia, ia juga bisa diupayakan atau dilatih. Artinya, manusia diciptakan diatas akhlak yang baik dan indah, maka ia pun bisa berakhlak dengan akhlak yang baik melalui cara usaha dan latihan. Namun jika kemudian timbul pertanyaan demikian; mana yang lebih utama antara orang yang tercipta dengan akhlak yang terpuji (alami) dengan sesorang yang berusaha sungguh-sungguh dalam melawan hawa nafsunya agar memiliki akhlak yang terpuji? Mana yang lebih tinggi kedudukannya diantara keduanya? Jawabannya adalah, seseorang yang tercipta dengan akhlak yang terpuji sudah barang tentu lebih sempurna, karna ditinjau dari adanya akhlak yang baik pada dirinya tersebut, dia tidak perlu bersusah payah untuk memiliki sifat tersebut, tidak terasa berat untuk mempraktikkannya dan juga tidak kehilangan di manapun ia berada. Sebab, akhlak yang baik itu sudah menjadi perangai dan karakter yang melekat pada dirinya. Di setiap waktu, kita akan senantiasa menemukan dirinya berakhlak yang baik demikian juga disetiap tempat dan keadaanya. Akan tetapi, ini merupakan karunia dari Allah yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki oleh-Nya. Jika dilihat dari sudut ini, tentu dia (orang yang pertama) ini yang lebih sempurna. Sedangkan seseorang yang kedua, yang selalu bersungguh-sungguh didalam melatih dirinya agar berakhlak yang baik, sudah tentu dia mendapatkan pahala atas kesungguhannya. Dengan begitu ia lebih utama jika dilihat dari sudut ini. Akan tetapi, dari aspek kesempurnaan akhlak tentu memiliki kekurangan yang jauh dibanding dengan orang yang pertama. Nah, jika seseorang dianugrahi kedua macam akhlak tersebut yaitu akhlak yang alami dan akhlak yang merupakan hasil bentukan manusianya, maka tentu ia menjadi lebih sempurna. Dengan demikian, dalam hal ini sebenarnya kita manusia terbagi menjadi 4 kategori :
  1. Orang yang terhalang mendapatkan akhlak yang baik dari sudut karakter bawaanya maupun dari karakter bentukannya.
  2. Orang yang terhalang mendapatkan akhlak yang baik dari sudut pandang karakter bawaanya, namun mendapatkan karakter baik tersebut melalui upaya bentukannya sendiri.
  3. Orang yang dianugrahi akhlak yang baik dari sudut pandang bawaan maupun karakter yang ia bentuk sendiri.
  4. Orang yang dianugrahi akhlak yang baik dari sudut karakter bawaan, namun tadak dianugrahi akhlak baik melalui karakter yang ia bentuk. -(Ibnul Qoyyim Ra)-
Dengan demikian tentu kategori orang yang ketiga yang terbaik di antara keempat macam kategori tersebut. Karena dia menggabungkan karakter bawaanya dengan karakter bentukannya yang merupakan hasil upayanya untuk memiliki akhlak yang baik. Semoga kita semua termasuk kedalam golongan orang-orang yang senantiasa dikarunia akhlak yang terpuji dan mulia.. Aminn (*)      


Terkait