Syiar

Puasa Tasu’a Sabtu 5 Juli 2025, Ini Bacaan Niat dan Dalilnya

Kamis, 3 Juli 2025 | 15:18 WIB

Puasa Tasu’a Sabtu 5 Juli 2025,  Ini Bacaan Niat dan Dalilnya

lafal niat puasa tasu'a dan asyura (Kaligrafi: NU Online)

Bulan Muharram merupakan salah satu bulan yang dimuliakan Allah swt. Hal ini sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an surat At Taubah ayat 36:

 

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah 12 bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram (suci). Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu” (QS At Taubah [9]: 36).

 

Salah satu kemuliaan di bulan Muharram tersebut, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, salah satunya berpuasa sunnah. Terkait hal ini, Rasulullah saw bersabda:

 

 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمُ، وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعدَ الفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ. (رواه مسلم) 

 

Artinya: Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, ia berkata, Rasulullah saw bersabda, puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah, Muharram, dan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat malam (HR Muslim).

 

Puasa sunnah Muharram bisa dilakukan sebulan penuh yang dinamakan puasa sunnah muthlak. Atau bisa pada tanggal 9 Muharram (disebut Tasu’a), tanggal 10 Muharram (disebut Asyura) dan puasa tanggal 11 Muharram.

 

Pada tahun 2025 ini, 9 Muharram bertepatan dengan hari Sabtu, 5 Juli 2025.

 

Puasa Tasu’a dan puasa tanggal 11 Muharram merupakan puasa yang menjadi pembeda dengan umat Yahudi yang hanya puasa pada tangga 10 Muharram (Asyura).

 

 عَنِ ابْنِ عَبَّاس رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا مَرْفُوعًا: صُومُوا يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَخَالِفُوا الْيَهُودَ، صُومُوا يَوْمًا قَبْلَهُ أَوْ يَوْمًا بَعْدَهُ (رواه أحمد) 

 

Artinya: Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra dengan status marfu (Rasulullâh bersabda), puasalah kalian pada hari Asyura dan bedakan dengan kaum Yahudi, puasalah kalian sehari sebelum atau sesudahnya (HR Ahmad)

 

Niat puasa Tasu’a

Dalam menjalankan ibadah puasa ini, umat Islam harus melakukan niat pada malam hari atau pagi harinya. Berikut lafal niat puasa Tasu‘a.

 

 نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ التَّا سُوْعَاءِ لِلّٰهِ تَعَالَى

 

Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnatit Tasû‘â lillâhi ta‘âlâ.

 

Artinya: Aku berniat puasa sunah Tasu‘a esok hari karena Allah swt.

 

Niat puasa Asyura

Selain puasa Tasu'a, kita juga dianjurkan untuk berpuasa Asyura. Berikut lafal niatnya:

 

 نَوَيْتُ صَوْمَ عَاشُورَاءَ لِلّٰهِ تَعَالَى

 

Nawaitu shauma Âsyûrâ-a lilâhi ta’âlâ.

 

Artinya: Saya niat puasa Asyura karena Allah ta’âlâ.

 

Selain niat di dalam hati juga disunnahkan mengucapkannya dengan lisan. Sebagaimana puasa sunnah lainnya, niat puasa Muharram dapat dilakukan sejak malam hari hingga siang sebelum masuk waktu zawâl (saat matahari tergelincir ke barat), dengan syarat belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar atau sejak masuk waktu subuh. (Al-Malibari, Fathul Mu’în, juz II, halaman 223).

 

Dalam konteks puasa sunah Tasu‘a (9 Muharram) ini, ulama berbeda pendapat perihal ta‘yin (penyebutan nama ibadahnya). Sebagian ulama menyatakan bahwa seseorang harus mengingat puasa sunah Tasu’a’ saat niat di dalam batinnya. Namun, ada sebagian ulama lain yang menyatakan bahwa tidak wajib ta’yin.

 

Imam Ibnu Hajar Al-Haitami menjelaskan bahwa semestinya disyaratkan ta’yin (penyebutan nama puasa di niat) dalam puasa rawatib seperti puasa ‘Arafah, puasa Asyura, puasa bidh (13,14, 15 setiap bulan Hijriah), dan puasa enam hari Syawwal seperti ta’yin dalam shalat rawatib’. Jawabnya, puasa pada hari-hari tersebut sudah diatur berdasarkan waktunya.