Syiar

Puasa Bukan Sekedar Nahan Lapar dan Haus

Senin, 13 Juni 2016 | 21:28 WIB

Puasa Bukan Sekedar Nahan Lapar dan Haus Oleh:  KH.Ihya `Ulumuddin (Katib Syuriah PWNU, Pengasuh Ponpes Madarijul Ulum) BULAN ramadhan sebagai bulan yang penuh berkah, bulan yang penuh ampunan dan juga bulan yang istimewa. Di dalam bulan ini, semua Islam yang sudah akil baligh diwajibkan tanpa terkecuali untuk melaksanakan puasa. Hal itu juga sebagai pembuktian kita umat Islam atas keimanan kita kepada Allah SWT. Perintah kewajiban puasa tersebut juga diterangkan dalam Q.S: Al Baqoroh 183 : “Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu menjadi orang yang bertaqwa”. Islam mengajarkan dan memerintahkan kepada kita umat islam berpuasa, adalah supaya kita menjadi golongan orang yang dicintai Allah, orang yang bertaqwa yang nantinya dijanjikan kebahgiaan syurga oleh Allah. Namun demikian, puasa yang bagaimana yang bisa memenuhi criteria agar kita menjadi orang yang bertaqwa, sebagaimana yang tertera dalam Alquran. Puasa secara bahasa adalah “ Menahan”. Secara istilah umum puasa adalah menjaga dari hal-hal yang dapat membatalkan puasa dari mulai terbit fajar hingga terbenam matahari. Ini pemknaan puasa secara umum yang kita ketahui. Secara umum dan yang kebanyakan umat islam menjalani ibadah puasa asalkan tidak makan, minum atau berhubungan badan di siang hari.apakah hanya sebatas itu kita memaknai ibadah puasa yang bisa menjadikan kita orang yang bertaqwa? Pada hakikatnya ibadah puasa bukan hanya sebatas menahan haus dan lapar semata atau hal yang dapat membatalkan puasa. Namun lebih dari itu yang paling penting dan utama adalah bagaimana agar puasa kita diterima Allah, dengan cara menjaga dari perbuatan–perbuatan yang dapat menghilangkan atau membatalkan nilai dari puasa tersebut. Itu yang terpenting. Nabi Muhammad juga telah mewarning kita dalam menjalankan ibdah puasa agar berhati, sehingga tidak menjadi sia-sia ibadah puasa kita. Nabi bersabda “Banyak diantara orang yang berpuasa, namun mereka tidak mendapatkan apapun dari puasanya tersebut kecuali hanya rasa lapar dan haus.” Peringatan Nabi Muhammad di atas harusnya menjadi perhatian bagi kita, agar ketika berpuasa bukan hanya sekedar dhohirnya saja yang berpuasa , tetapi juga batin kita ikut berpuasa. Bukan sekedar menjaga dari makan minum, tapi yang terpenting adalah menjaga agar pahal puasa kita tidak hilang. Sehingga puasa kita menjadi benar-benar berkualitas. Saat berpuasa kita menjaga mata kita, tangan, kaki, pikiran dan juga syahwat kita. Kita jaga dengan sebaik mungkin agar selama berpuasa lisan kita tidak mengucapkan kata-kata kotor, mencela orang lain, lisan digunakan untuk ghibah, hasud ataupun namimah. Karena perbuatan-perbuatan tersebut dapat menghilangkan nilai pahala ibadah puasa kita. Bulan Ramadhan juga kita diajarkan untuk mengikat seerat mungkin hawa nafsu kita. Nafsu kepada harta yang berlebihan, syahwat kita terhadap kekuasaan. Melakukan perbuatan apa saja demi tujuan yang diinginkan tanpa memikirkan apakah itu baik atau buruk. Apabila kita menjaga puasa kita dari perbuatan-perbuatan tersebut, barulah ibadah puasa tersebut akan memberikan dampak yang positif bagi yang menjalani, sehingga pada akhirnya bisa termasuk golongan orang-orang yang bertaqwa sebagaiman yang dijanjikan Allah dalam Alquran. Bila semua umat islam bisa menjalani puasa dengan baik niscaya kebaikan dalam diri setiap muslim pun akan selalu betambah. Wallahua`lam. ( Sunarto)


Terkait