Terjadi Hujan Es di Lampung Barat, Simak Penyebabnya Berikut Ini
Kamis, 31 Oktober 2024 | 11:24 WIB
Dua hari yang lalu atau Selasa 29 Oktober 2024, wilayah Kecamatan Batu Ketulis, Kabupaten Lampung Barat, diguyur hujan es. Fenomena cuaca yang jarang terjadi ini mengejutkan warga sekitar karena di saat yang sama sebagian besar wilayah Lampung merasakan panas yang cukup menyengat.
Turunnya hujan es ini, sebelumnya BMKG Lampung telah mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem 40 menit sebelum kejadian, memberi waktu bagi warga untuk bisa melakukan antisipasi.
Hujan es disertai angin kencang dengan kecepatan mencapai 37,44 km/jam ini berlangsung singkat. Meski berlangsung singkat, dampaknya terasa kuat. Apakah fenomena ini pertanda pergantian musim? Simak penjelasan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Lampung berikut ini.
Analisis pertumbuhan awan, awan konvektif mulai terbentuk pada pukul 13:20 WIB. Dalam waktu kurang dari dua jam, awan ini berkembang dengan cepat dan mencapai puncaknya pada pukul 15:10 WIB, saat kejadian hujan es terjadi.
Pertumbuhan awan yang cepat ini mengindikasikan adanya pembentukan awan cumulonimbus (Cb) yang kuat, didorong oleh kondisi atmosfer yang mendukung konveksi yang intens. Awan Cb ini kemudian mengalami pertumbuhan yang cepat lalu pada pukul 15:30 WIB, awan tersebut telah bergeser ke arah perbatasan Sumatera Selatan.
Waktu kejadian hujan es ini diprediksi sangat singkat, sekitar 20 menit (antara pukul 15:10 hingga 15:30 WlB), menunjukkan bahwa fenomena ini merupakan hasil dari ledakan konvektif intens, di mana aktivitas presipitasi berangsur-angsur berkurang seiring pergerakan awan menjauh dari wilayah terdampak. Namun perlu menjadi perhatian bahwa tidak semua Cb akan menghasilkan hujan es.
Analisis citra radar, grafik intensitas reflektivitas radar (dBZ) pada 29 Oktober 2024, yang menggambarkan intensitas presipitasi di area terdampak hujan es di wilayah Lampung Barat. Secara umum, grafik ini memperlihatkan pola nilai dBZ yang rendah pada malam hari, namun mulai meningkat tajam sekitar pukul 14:00 hingga 16:00 WIB dengan puncak mencapai sekitar 55 dBZ.
Nilai tinggi tersebut mengindikasikan adanya presipitasi kuat, yang mungkin berupa hujan lebat atau hujan es, mengingat intensitas dBZ yang mencapai level tinggi dalam waktu singkat. Setelah puncak ini, nilai dBZ menurun drastis, menunjukkan bahwa presipitasi ekstrem berakhir, dan aktivitas cuaca kembali mereda.
Berdasarkan analisis citra satelit, memperlihatkan grafik suhu puncak awan dari satelit Himawari, yang juga diambil pada 29 Oktober 2024, grafik menunjukkan suhu puncak awan yang sangat rendah, turun ke sekitar -50°C hingga -60°C antara pukul 14:00 hingga 15:00 WIB.
Suhu puncak awan yang rendah ini mengindikasikan adanya puncak awan yang tinggi, biasanya berasal dari awan cumulonimbus, yang seringkali terkait dengan fenomena cuaca ekstrem seperti hujan es.
Suhu yang sangat rendah ini mendukung adanya aktivitas konvektif yang kuat pada saat itu, sesuai dengan intensitas presipitasi yang terdeteksi oleh radar. Setelah periode suhu rendah ini, suhu puncak awan kembali naik, mengindikasikan berakhirnya aktivitas konvektif yang intens.
Adapun kecepatan angin, terlihat bahwa kecepatan angin bervariasi dengan arah yang dominan dari barat hingga barat daya. Kecepatan angin tertinggi terdeteksi mencapai lebih dari 37,4 km/jam, awan Cumulonimbus tidak hanya memicu terjadinya hujan es, tetapi juga menyebabkan angin kencang di sekitar lokasi kejadian.
Kecepatan angin sebesar itu mampu menimbulkan gangguan pada aktivitas sehari-hari, seperti merusak tanaman kopi, menerbangkan objek ringan, dan mengganggu stabilitas kendaraan bermotor terutama ketika angin bertiup dari dari sisi samping. Dampak dari angin kencang ini memperparah situasi cuaca ekstrem yang terjadi meskipun dengan waktu yang relatif singkat dan lokal.
Peringatan dini cuaca ekstrem BMKG, sebelumnya BMKG Lampung telah mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem untuk wilayah Kecamatan Batu Ketulis pada pukul 14.50 WIB, yaitu 40 menit sebelum terjadinya hujan es. Peringatan dini disebarkan melalui semua media sosial BMKG Lampung dan juga aplikasi infoBMKG.
Mengapa es dari awan cumulonimbus tidak mencair?
Es dari awan cumulonimbus (Cb) tidak mencair saat mencapai permukaan karena beberapa alasan. Pertama, es terbentuk di ketinggian sangat tinggi dengan suhu ekstrem hingga -40°C, sehingga menjadi padat dan besar.
Kedua, es jatuh dengan cepat, sehingga hanya sedikit waktu bagi udara hangat di bawah untuk mencairkannya. Jika lapisan udara dekat permukaan cukup dingin, es tetap beku sampai turun ke tanah. Karena suhu permukaan di Lampung biasanya panas, fenomena hujan es ini cukup jarang terjadi.
Hujan es dapat menjadi salah satu tanda pancaroba, yaitu peralihan musim dari kemarau ke musim hujan atau sebaliknya, ketika kondisi atmosfer cenderung tidak stabil.
Pada masa pancaroba, suhu udara di permukaan sering kali lebih panas dari biasanya, sementara di lapisan atas atmosfer suhunya tetap dingin. Kondisi ini menciptakan perbedaan suhu yang signifikan, memicu pembentukan awan konvektif kuat seperti cumulonimbus.
Arus udara naik yang intens membawa partikel air ke ketinggian yang lebih tinggi dari biasanya, sehingga uap air membeku dan membentuk es. Saat butiran es jatuh ke permukaan sebagai hujan es, fenomena ini sering terjadi secara singkat dan lokal.
Meski hujan es lebih umum terjadi selama pancaroba, kehadirannya dipengaruhi oleh kondisi atmosfer yang mendukung, sehingga tidak selalu muncul setiap kali pergantian musim.
Ketika hujan es terjadi, sangat penting untuk segera mengambil langkah mitigasi demi keselamatan diri dan juga lingkungan sekitar. Langkah pertama adalah mencari perlindungan di dalam bangunan yang kokoh dan aman karena butiran es yang jatuh bisa melukai atau merusak properti jika ukurannya cukup besar.
Jauhi jendela atau area dengan atap kaca yang rentan pecah akibat hantaman es. Jika sedang berada di dalam kendaraan, tetaplah di dalam dan parkir di tempat aman, hindari di bawah pohon atau tiang yang mungkin tumbang.
Setelah hujan es mereda, cek kondisi sekitar untuk memastikan tidak ada kerusakan atau bahaya lanjutan, seperti cabang pohon yang patah atau kabel listrik yang putus.
Langkah-langkah ini dapat membantu meminimalkan risiko cedera dan kerusakan saat terjadi fenomena cuaca ekstrem seperti hujan es jika kembali terjadi di kemudian hari.