Kemuliaan Guru dalam Islam, Lebih dari Sekadar Profesi
Senin, 25 November 2024 | 12:05 WIB
Hari Guru Nasional (GN) diperingati setiap 25 November setiap tahunnya di Indonesia. Hari ini bertujuan untuk menghormati dan mengapresiasi jasa para guru dalam mendidik, membimbing, dan mencerdaskan generasi bangsa.
Tanggal ini juga bertepatan dengan hari berdirinya Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) pada tahun 1945. Tema Hari Guru Nasional berbeda setiap tahunnya, biasanya disesuaikan dengan isu pendidikan yang sedang diutamakan oleh pemerintah atau masyarakat.
Perayaan Hari Guru Nasional sering diisi dengan berbagai kegiatan seperti upacara bendera, penghargaan kepada guru, dan aktivitas lain yang melibatkan siswa, guru, dan masyarakat sebagai bentuk penghormatan kepada para pendidik.
Dilansir dari NU Online, dalam Islam, profesi guru merupakan sosok yang sangat mulia. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Mubarak dalam kitab Tahzibil al-Kamal, jilid XVI, halaman 20 yang menyebut bahwa setelah derajat kenabian, tidak ada derajat yang lebih tinggi daripada menyebarkan ilmu.
Hal ini karena ilmu adalah sumber kebaikan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Ilmu juga merupakan sarana untuk menegakkan kebenaran dan keadilan, serta untuk membimbing umat manusia menuju jalan yang diridhai Allah swt.
لاَ أَعْلَمُ بَعْدَ النُّبُوَّةِ دَرَجَةً أَفْضَلَ مِنْ بَثِّ الْعِلْمِ
Artinya: Aku tidak mengetahui setelah kenabian ada derajat yang lebih utama dari menyebarkan ilmu.
Sementara itu dalam kitab Siyar A'lam An-Nubala, jilid VIII, halaman 387 diceritakan bahwa Abdullah bin Mubarak membagi-bagikan harta di berbagai negeri untuk membantu para ulama dan orang-orang yang belajar hadits.
Melihat aksinya, Ibnu Mubarak pun ditegur oleh beberapa orang karena khawatir harta tersebut akan habis. Namun, tetap mengacuhkannya, dan menjawab bahwa ia tidak menyesal membantu para ulama hadits.
Menurutnya, para penuntut ilmu memiliki keutamaan dan kejujuran. Para ahli ilmu telah menuntut ilmu hadits dengan baik, dan masyarakat luas membutuhkan ilmu mereka. Jika para ulama hadits tidak dibantu, maka ilmu mereka akan hilang. Sebaliknya, jika para ulama hadits dibantu, maka mereka akan menyebarkan ilmu kepada masyarakat luas.
Pada sisi lain, dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda beliau senantiasa duduk bersama orang-orang yang sedang belajar karena beliau diutus sebagai pengajar. Hal ini menunjukkan bahwa Rasulullah saw sangat memperhatikan pentingnya pendidikan dan pengajaran.
Lebih lanjut, sebagai utusan Allah pada umatnya, salah satu tugas utama Rasulullah adalah mengajar dan mendidik umatnya. Rasulullah mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan, baik ilmu agama maupun ilmu duniawi. Simak Hadits Nabi riwayat Ibnu Majah berikut:
كُلٌّ عَلَى خَيْرٍ هَؤُلَاءِ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ وَيَدْعُونَ اللَّهَ فَإِنْ شَاءَ أَعْطَاهُمْ وَإِنْ شَاءَ مَنَعَهُمْ وَهَؤُلَاءِ يَتَعَلَّمُونَ وَإِنَّمَا بُعِثْتُ مُعَلِّمًا فَجَلَسَ مَعَهُمْ
Artinya: Semuanya berada di jalan kebaikan. orang-orang yang membaca Al-Qur'an dan berdoa kepada Allah, maka jika Allah menghendaki, Allah akan mengabulkan doa mereka, dan jika Allah menghendaki, Allah akan menolak doa mereka. Pun orang-orang yang belajar [dalam kebaikan], dan sesungguhnya aku hanya diutus sebagai pengajar, maka aku duduk bersama mereka.
Dalam hadits tersebut jelas dikatakan bahwa Rasulullah duduk bersama orang-orang yang sedang belajar untuk menunjukkan dukungan dan semangatnya terhadap pendidikan dan pengajaran.
Nabi ingin memberikan motivasi kepada umatnya untuk terus belajar dan menuntut ilmu. Sikap Rasulullah ini sangat patut kita teladani. Sebagai umat Islam, kita harus menyadari pentingnya pendidikan dan pengajaran. Pentingnya ilmu pengetahuan dijelaskan Allah dalam Q.S al-Mujadalah [58] ayat 11:
يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
Artinya: Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.
Abu Muzaffar as Sam'ani, di dalam kitab Tafsir as-Sam'ani Jilid V, halaman 389 menjelaskan bahwa Rasulullah sangat menghormati orang-orang yang memiliki ilmu. Bahkan saking cintanya Nabi kepada para ahli ilmu, ia menyuruh mereka duduk di dekat beliau, sehingga mereka dapat lebih mudah untuk belajar dan mengambil ilmu.
إِشَارَة إِلَى مَا كَانَ يرفعهم النَّبِي ويقعدهم بِالْقربِ. يَعْنِي: أَنهم أَصَابُوا مَا أَصَابُوا من الرّفْعَة والرتبة بِالْإِيمَان وَالْعلم
Artinya: Adalah isyarat kepada apa yang dilakukan Rasulullah dalam meninggikan mereka [orang berilmu dan beriman] dengan mendudukkan mereka di dekat Nabi.
Sebagaimana disabdakan Rasulullah berikut:
أَفْضَلُ الصَّدَقَةِ أَنْ يَتَعَلَّمَ الْمُسْلِمُ عِلْمًا، ثُمَّ يُعَلِّمَهُ أَخَاهُ الْمُسْلِمُ
Artinya: Sebaik-baik sedekah adalah seseorang muslim belajar ilmu, kemudian mengajarkannya kepada saudaranya sesama muslim.
Demikian penjelasan dari beberapa kemuliaan menjadi seorang guru dalam Islam. Guru bukan hanya sekadar memberikan ilmu, tetapi juga menjadi tiang dari peradaban suatu negeri. Jika gurunya hebat, maka daerahnya akan bercahaya.