• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Jumat, 3 Mei 2024

Warta

Tantangan Para Penyuluh Agama di Era Digital

Tantangan Para Penyuluh Agama di Era Digital
Kepala Kanwil Kemenag Lampung, H Puji Raharjo saat membuka Rapat Kerja Ikatan Penyuluh Agama Republik Indonesia (IPARI) Provinsi Lampung di Taman Wisata Muara Indah, Kota Agung, Tanggamus, Senin (19/2/2024). (Foto: Istimewa).
Kepala Kanwil Kemenag Lampung, H Puji Raharjo saat membuka Rapat Kerja Ikatan Penyuluh Agama Republik Indonesia (IPARI) Provinsi Lampung di Taman Wisata Muara Indah, Kota Agung, Tanggamus, Senin (19/2/2024). (Foto: Istimewa).

Kota Agung, NU Online Lampung 

Penyuluh agama memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam memberikan pencerahan kepada umat tentang cara beragama dengan mengedepankan esensi dari agama itu sendiri. 

 

Terlebih di era digital, di mana umat saat ini ‘dibanjiri’ dengan berbagai informasi dan paham keagamaan yang tak bisa dibendung akibat perkembangan teknologi dan media sosial.

 

“Penyuluh agama di era saat ini harus ikut hadir di ruang-ruang digital dengan kreatif, mengemas konten-konten keagamaan yang menyejukkan sesuai kompetensi dan passion yang dimiliki dengan mengusung sikap moderat dalam beragama,” kata Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Lampung H Puji Raharjo saat membuka Rapat Kerja Ikatan Penyuluh Agama Republik Indonesia (IPARI) Provinsi Lampung di Taman Wisata Muara Indah, Kota Agung, Tanggamus, Senin (19/2/2024).

 

Tantangan lain bagi para penyuluh agama, lanjutnya adalah sikap beragama di era saat ini yang cenderung tidak moderat dengan mengedepankan casing dari pada esensinya. Saat ini bisa dilihat di masyarakat, ada yang terlalu semangat dan taat dalam beragama namun terkadang mengesampingkan nilai-nilai luhur dari agama itu sendiri seperti abai terhadap kemanusiaan.

 

“Banyak yang melihat perang Palestina atas nama agama, tetapi saling membunuh antarumat beragama. Yang seperti ini kita pahami sebagai semangat keagamaan yang tinggi, namun tidak memiliki pemahanan agama yang luas sehingga menimbulkan interpretasi dalam bentuk perbuatan yang jauh dari esensi agama,” ungkapnya.

 

Oleh karena itu, ia berharap para penyuluh dan seluruh ASN Kementerian Agama hadir bersama di ruang digital untuk menghalau ujaran-ujaran kebencian dengan menguatkan narasi-narasi positif dan pesan keagamaan yang moderat. Sehingganya para penyuluh agama pun harus mahir digital dengan memiliki akun medsos dan menviralkan konten-konten menyejukkan dan bertanggung jawab.

 

“Umat kita, apalagi orang Indonesia saat ini separuh hidupnya ada di layar handphone. Itu yang menjadi tantangan, sasaran, dan perhatian kita bersama,” ungkap Ketua PWNU Lampung ini.

 

Ia pun menilai bahwa perubahan pola beragama ini disebabkan di antaranya oleh kurangnya literasi digital masyarakat di dunia maya. Untuk mengatasi hal ini, Kanwil Kemenag Lampung telah menerbitkan surat edaran Nomor: 1 Tahun 2024 tentang Penggunaan Akun Media Sosial di Lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Agama Povinsi Lampung.

 

Hal ini merupakan upaya Kemenag Lampung untuk hadir di dunia digital dan mendorong seluruh Satker dan ASN di lingkungan Kanwil Kemenag Lampung dengan baik dan bijak dalam menggunakan medsos.

 

Dakwah digital ini lanjutnya bukanlah hal yang mudah. Mengutip surat An-Nahl 125 yang dibaca pada acara tersebut, Kakanwil mengingatkan bahwa sangat berat mengimplementasikan pesan-pesan suci Al-Qur'an dalam kehidupan. Namun ia mengajak para penyuluh untuk terus berdakwah untuk kebaikan dengan cara yang baik.

 

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk,” katanya tentang terjemah ayat tersebut.

(Muhammad Faizin)


Warta Terbaru