Warta

Shalawat Sebagai Dakwah yang Efektif

Senin, 10 Oktober 2016 | 13:26 WIB

Shalawat Sebagai Dakwah yang Efektif Oleh: Egi Putra Setiawan (Mahasiswa STAIN Metro dan Santri PonPes Al Falah Sukaraja Nuban) PERKEMBANGAN shalawat di tanah air kian hari makin pesat, bahkan shalawat dibuat menjadi kekinian. Kepopuleran shalawat di tanah air ini sampai ke pelosok-pelosok tidak terlepas dari dakwah Habib Syech Bin Abdul Qodir Assegaf. Beliau adalah dzurriyat Rasulullah SAW bermarga Assegaf. Dakwah beliau melalui shalawat dengan iringan musik hadroh dinilai efektif, sehingga banyak membuat masyarakat tertarik, bahkan tak sedikit kalangan premanisme yang bertaubat setelah mendengar lantunan shalawat beliau. Shalawat yang dibawakan Habib Syech dengan iringan-iringan musik hadroh dinilai sangat efektif. Penggemarnya yang diberi nama Ā ā€œSyekhermaniaā€ sangat banyak dan menyebar dimana-mana. Entah kenapa jenis hadroh beliau lebih menarik daripada lainnya. Meskipun ada majelis yang bernama Majelis Rasulullah SAW yang dipimpin oleh Habib Munzir al Musawwa yang dakwahnya juga melalui shalawat dengan iring-iringan musik hadroh. Dakwah beliau juga efektif sampai-sampai jamaah beliau memenuhi Monas kota Jakarta. Namun, dakwah beliau dinilai tidak seefektif Habib Syech, dakwah beliau hanya terdengar ramai di ibukota saja. Jamah beliau merupakan jamaah terbanyak kedua di Indonesia setelah majelis Ahbabu al Mustofa pimpinan Habib Syech. Saking pesatnya perkembangan shalawat, alih-alih terdapat calon bupati yang berkampanye melalui media shalawat dengan mendatangkan Habib Syech. H. Mustafa, salah satunya. Beliau menghadirkan Habib Syech di Lampung saat akan mencalonkan diri menjadi Bupati Lampung Tengah. Dan luar biasa, ribuan jemaah memenuhi Kota Kalirejo Lampung Tengah. Bukan hanya penduduk lokal namun juga dari daerah lain. Jamaah Syekhermania di Indonesia sangat banyak, sampai-sampai mengalahkan banyaknya ā€˜Slanker’ fans grub band Slank. Cara kampanye model ini dinilai efektif, sehingga membuat masyarakat berasumsi baik terhadap calon bupatinya. Banyak juga masyarakat beranggapan negatif bahwa beliau menggunakan shalawat sebagai ajang politik. Namun, prasangka tersebut dapat ditepis. Terbukti setelah beliau menjadi bupati tetap mau bershalawat dengan juga mendatangkan Habib Syech di Lampung Tengah pada 22 September 2016 lalu. Hal ini juga dinilai efektif, karena dapat membuat masyarakat berargumen baik terdapat bupatinya yang mencintai shalawat. Entah beliau bershalawat karena politik atau memang benar-benar niat dari hati itu semua wa Allahu A’lam kita tetap harus berhusnudzon. Karena shalawat juga merupakan ibadah yang paling efektif disisi Allah, hal itu senada dengan perkataan syair ulama: ā€œSenantiasalah membaca shalawat, sebab shalawat pasti diterima. Adapun amalan lain mungkin saja diterima atau ditolak, kecuali shalawat pasti diterima.ā€ Oleh karena itu mari tetaplah kita perbanyak shalawat, mengingat shalawat merupakan ibadah yang sangat utama dan paling efektif disisi Allah. Shollu Ala Muhammad!. (*)