Warta

Rais ‘Aam PBNU: Program Empat Grand yang Dapat Dilakukan oleh Pengurus NU

Ahad, 22 September 2024 | 20:00 WIB

Rais ‘Aam PBNU: Program Empat Grand yang Dapat Dilakukan oleh Pengurus NU

Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar saat memberikan mauidzah hasanah pelantikan PCNU Lampung Selatan, Ahad (22/9/2024). (Foto: Aziz/Humas Kemenag Lampung)

Lampung Selatan, NU Online Lampung

Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Miftachul Akhyar mengatakan, NU era saat ini memiliki program, yang bisa diringkas menjadi empat grand (4G). Kita mengenal di dunia industri dan lembaga dengan sebutan Revolusi Industri 4.0, yang saat ini sudah 5.0. 


Hal tersebut disampaikan pada pelantikan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Lampung Selatan masa khidmah 2024-2029 di Pondok Pesantren Roudotul Ulum, Kecamatan Tanjung Bintang, Ahad (22/9/2024). 


Nahdlatul Ulama juga punya seperti itu program 4.0, Pertama, yaitu grand idea, mengenal mengenai siapa itu NU, yang sampai saat ini tumbuh, dan pertumbuhannya luar biasa.  


“Diperkirakan menurut data survei dalam negeri, warga NU sudah mencapai 150 juta, bahkan luar negeri menyatakan sudah lebih dari 150 juta warga NU yang usia baligh. Ada yang berpendapat juga 75 persen muslim di Indonesia itu warga NU,” kata Kiai Miftah. 


Saat ini di era Ketua Umum Gus Yahya, ingin NU menjadi organisasi yang sistematik atau sesuai aturan, karena dalam Al-Qur’an dijelaskan liyahlika man halaka ‘am bayyinatiw wa yaḫyâ man ḫayya ‘am bayyinah, wa innallâha lasamî‘un ‘alîm (yaitu agar orang yang binasa itu binasa dengan bukti yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidup dengan bukti yang nyata pula).


“Agar semua apa pun yang Allah janji, sukses atau pun sebaliknya, semua ada bayyinah (bukti dan saksi). Oleh karena itu manajemen keorganisasian, mulai saat ini harus secara rigid ditingkatkan, jangan seperti manajemen takmir masjid. Maka grand idea ini yaitu identitas keagungan NU, harus dijaga,” tuturnya. 


Kemudian kedua, yaitu grand strategis, karena kaderisasi sudah berjalan, maka perlu peningkatan kapasitas. Kesungguhan dalam menjadikan NU benar-benar menjadi organisasi yang sistematik, seperti ada Rais Syuriyah dan Tanfidziyah. Kalau di negara ada presiden yang tanfidziyahnya, kemudian ada MPR DPR yang merupakan syuriyahnya. 


“Struktur itu sama mulai dari PBNU sampai ranting, maka tinggal bagaimana sami’na wa atha’na merupakan pusaka yang benar-benar keramat harus dijaga oleh warga NU,” katanya. 


Maka dalam grand strategis ini, kaderisasi kalau sudah berhasil nanti berjalan dengan baik, lalu ada distribusi. Jika ada kader-kader terbaik, maka agar didistribusikan untuk perjuangan dan agama. 


Ketiga, yaitu grand control yang bernilai agung, karena banyak kader luar biasa, setelah diajak dan didorong maka agar dikontrol serta ingat rumahnya yaitu di Nahdlatul Ulama. 


“Itu juga seperti yang diisyaratkan oleh Syaikhona Kholil dengan tongkat, tasbih, dan Al-Qur’an Surat Thaha ayat 17-23,” ungkapnya. 


Keempat, yaitu grand sami’na wa atha’na, di situ ada mahabbah (kecintaan) pada ulama dan NU. Jika ada isu-isu yang tidak sesuai mengenai NU atau PBNU, maka agar warga NU dan pengurus dapat melakukan tabayun. 


“Jangan lalu ikut-ikutan menyebarkan isu yang tidak benar, yang kemudian dapat melemahkan. Maka kekuatan kita adalah sami’na wa atha’na (patuh dan taat), yang jika dilakukan akan menjadikan kita kuat dan mapan,” ungkapnya. 


Kiai Miftah berharap pengurus yang baru dilantik bisa melaksanakan program-program unggulan yang berdayaguna, kemudian langkah dan keputusannya maslahat serta manfaat bagi umat.