Warta

NU dan Muhammadiyah Ajak Umat Kedepankan Kearifan dan Toleransi Meski Berbeda Pilihan Politik  

Kamis, 1 November 2018 | 19:10 WIB

Jakarta:  Gesekan dan konflik horisontal di tengah masyarakat kerap terjadi hanya karena perbedaan pilihan politik. Menyikapi kondisi  perpolitikan nasional yang makin memanas tersebut, membuat dua ormas Islam terbesar di Indonesia, yakni Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan Pimpinan Pusat Muhammadiyah,  bertemu di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Menteng Jakarta Pusat, pada Rabu (31/10). Pertemuan yang diawali dengan jamuan makan malam itu menghasilkan empat poin pernyataan sikap bersama. Hal ini didasari atas kesadaran pentingnya kedaulatan dan kemajuan bangsa dan negara. Komitmen menjaga kebersamaan tersebut ditegaskan oleh NU dan Muhammadiyah dalam pernyataan bersama yang ditandatangani oleh Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dan Ketua Umum PP Muhammadiyah H Haedar Nashir. Pertama, berkomitmen kuat menegakkan keutuhan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan atas Pancasila sebagai bentuk dan sistem kenegaraan yang Islami. Bersama dengan itu menguatkan dan memperluas kebersamaan dengan seluruh komponen bangsa dalam meneguhkan integrasi nasional dalam suasana yang damai, persaudaraan, dan saling berbagi untuk persatuan dan kemajuan bangsa. Kedua, mendukung sistem demokrasi sebagai mekanisme politik kenegaraan dan seleksi kepemimpinan nasional yang dilaksanakan dengan professional, konstitusional, adil, jujur, dan berkeadaban. Semua pihak agar mendukung proses demokrasi yang substantif serta bebas dari politik yang koruptif dan transaksional demi tegaknya kehidupan politik yang dijiwai nilai-nilai agama, Pancasila, dan kebudayaan luhur Indonesia Ketiga, meningkatkan komunikasi dan kerjasama yang konstruktif untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, membangun masyarakat yang makmur baik material maupun spiritual, serta peran politik  kebangsaan melalui program pendidikan, ekonomi, kebudayaan, dan bidang-bidang strategis lainnya. Komunikasi dan kerjasama tersebut sebagai perwujudan ukhuwah keumatan dan kebangsaan yang produktif untuk kemajuan Indonesia. Keempat, pada tahun politik ini semua pihak agar mengedepankan kearifan, kedamaian, toleransi, dan kebersamaan di tengah perbedaan pilihan politik. Kontestasi politik diharapkan berlangsung damai, cerdas, dewasa, serta menjunjung tinggi keadaban serta kepentingan bangsa dan negara. Hindari sikap saling bermusuhan dan saling menjatuhkan yang dapat merugikan kehidupan bersama. Kami percaya rakyat dan para elite Indonesia makin cerdas, santun, dan dewasa dalam berpolitik.  “Ada beberapa hal lain yang kami diskusikan tentang bagaimana merekatkan kebersamaan di tubuh bangsa kita di tengah suasana tahun politik,  yang merupakan bagian hajat kita sebagai bangsa," kata Haedar Nashir usai pertemuan. (Rafa)