• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Sabtu, 27 April 2024

Warta

Ngaji Keluarga Maslahah, Ini Tiga Pola Asuh Anak yang Perlu Diketahui

Ngaji Keluarga Maslahah, Ini Tiga Pola Asuh Anak yang Perlu Diketahui
Wakil Ketua LKK PBNU, Nur Rofiah saat memberikan materi ngaji keluarga maslahat di Aula Saibatin Kanwil Kemenag Lampung, Jumat (1/12/2023). (Foto: Aziz/Kemenag).
Wakil Ketua LKK PBNU, Nur Rofiah saat memberikan materi ngaji keluarga maslahat di Aula Saibatin Kanwil Kemenag Lampung, Jumat (1/12/2023). (Foto: Aziz/Kemenag).

Bandar Lampung, NU Online Lampung

Wakil Ketua Lembaga Kemaslahatan Keluarga (LKK) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Nur Rofiah mengatakan, saat ini gadget memang sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap dan sifat anak. Karena itu orang tua harus bijak, dan pola pengasuhan yang diterapkan bukan dengan benar dan salah.


“Anak-anak sekarang cenderung akan protes bila orang tua mengatakan benar atau salah. Cara menghadapinya adalah dengan mengenali mana yang benar dan mana yang salah,” katanya. 


Hal itu disampaikan Nur Rofiah saat menjawab pertanyaan peserta Ngaji Keluarga Maslahat LKK Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Lampung bekerja sama dengan Kanwil Kemenag Lampung, Jumat (1/12/2023). 


Nur Rofiah mengatakan, ada tiga pola asuh yang dapat diterapkan orang tua di zaman kemajuan teknologi saat ini. Pertama, otoriter. Anak harus nurut orang tuanya, sehingga ketika di sekolah, anak akan bergantung pada teman-temannya, karena tidak biasa memutuskan masalah.

 

Kedua, permisif. Orang tua mengizinkan apa saja yang diinginkan oleh anak. Dia menjadi terbiasa mendapatkan apa yang dia inginkan, dan cenderung manja.


Pola asuh ketiga adalah pola parenting yang tawasuth. Ini adalah pengasuhan yang demokratis. Bukan orang tua yang menurut kepada anak, dan juga bukan sebaliknya, anak menurut kepada orang tua. Tapi orang tua dan anak berlatih bersama, menemukan hal-hal yang baik secara bersama, gadget bisa menjadi sarana kebaikan.


Alumnus Jurusan Tafsir Hadits UIN Sunan Kalijaga itu menambahkan, dengan pola pengasuhan yang tawasuth, gadget bisa ini menjadi sarana kebaikan.

 

“Prinsipnya sama, yaitu perubahan. Namun disikapi dengan nilai-nilai yang baik, karena kita tidak bisa menghindar dari penggunaan teknologi,” tuturnya.


Nur Rofiah menambahkan, terkait pola pengasuhan anak, di Kementrian Agama ada program Bimbingan Perkawinan dan Bimbingan Remaja Usia Sekolah (BRUS). Melalui program tersebut, pemahaman yang lebih baik di kalangan remaja terkait pernikahan diharapkan menjadi bekal mereka dalam membangun keluarga, termasuk menekan perkawinan anak.


“Melalui program BRUS ini memberi pemahaman tentang pendidikan keluarga bagi kalangan remaja, diantaranya terkait dampak penggunaan gadget. Di antaranya mendorong remaja untuk menghindari pergaulan bebas yang membuat mereka mempercepat menikah, namun secara mental sebenarnya belum siap,” tegasnya.

(Ila Fadilasari
 


Warta Terbaru