Nasehat Idul Fitri
Nasehat Idul Fitri
Oleh: Ust. Suparman Abdul Karim
Ketua Lembaga Dakwah PWNU Lampung
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى(14) وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى(15) بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا(16) وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى(17) (الاعلى: 14-17)
Artinya: “Sungguh beruntunglah orang yang mensucikan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia mengerjakan shalat. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal” (QS. Al-A'la: 14-27).
Dari Ibnu Mas`ud ra., bahwa Nabi SAW bersabda: “Apabila mereka itu berpuasa Nulan Ramadhan dan keluar untuk menunaikan Shalat Id (shalat hari raya), maka Allah Ta`ala berfirman: “Hai para malaikat Ku, tiap-tiap orang yang beramal akan mendapatkan upahnya; dan para hamba-Ku yang berpuasa pada Bulan Ramadhan dan keluar menunaikan Shalat Id ,juga mengharapkan pahalanya. Maka oleh karena itu saksikanlah, bahwa sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka”.
Banyak orang yang salah kaprah dalam menyikapi Idul-Fitri. Secara lahiriah seolah-olah hari raya adalah pesta pora, bersenang-senang bahkan berpoya-poya. Lebaran dilakukan dengan “lebar kabeh”, yakni habis semuanya, menghambur-hamburkan uang dan menghambur-hamburkan waktu untuk bersenang-senang. Padahal tidaklah demikian cara umat Islam dalam merayakan Idul-Fithri.
Dari Wahab bin Munabbib bahwa Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya Raja Iblis berteriak-teriak marah ketika hari raya Idul Fitri, hingga suaranya memenuhi seantero langit dan bumi. Mendengar teriakan itu seluruh pengikut dan kawan si Raja Iblis berkumpul, mereka bertanya: “Wahai baginda, siapa yang telah membuat anda marah?, akan kami musnahkan ia”. Si Raja Iblis menjawab: “bukan apa-apa, akan tetapi Allah Taala telah mengampuni umat Islam pada hari Idul-Fitri ini, sehingga aku sangat jengkel dan bingung”.
Kemudian Raja Iblis menugaskan kepada seluruh pengikutnya: “Wahai pengikutku, tugas kalian semua adalah membuat umat Muhammad lalai kembali, goda mereka dengan berbagai kelezatan, kenikmatan syahwat, terlena dengan kegembiraan dan bahkan minuman keras sehingga Allah akan murka lagi dengan mereka”.
Jadi apabila kita berlebaran dengan kesia-siaan, terlena, melupakan ibadah dan berfoya-foya maka justeru Iblis yang berlebaran.
Coba kita renungkan kelalaian kita, salah satu contohnya, banyak orang yang berbondong-bondong mendatangi shalat sunah Idul Fitri, namun melupakan shalat wajib lima waktu. Padahal tidak ikut serta dalam shalat Id tidaklah berdosa, sedangkan tidak ikut serta shalat lima waktu sekali saja sama seperti kehilangan langit dan bumi dan seiisinya.
Pada Hari Raya Idul-Fitri kita memang mesti bahagia karena pada hari itu umat Islam mendapatkan ampunan dari Allah Taala.
Untuk merayakannya kita dianjurkan oleh Nabi SAW untuk memakai baju baru, saling berkunjung maaf-memaafkan, bahkan boleh (atau jaiz) menghidangkan makanan atau kue kepada saudara muslim yang datang berkunjung. Tetapi kita juga harus bersedih di Hari Rraya Idul Fitri jika ternyata kita belum mendapatkan ampunan dari Allah.
Ada beberapa golongan manusia yang tidak akan mendapatkan ampunan pada hari raya Idul Fitri, yakni antara lain:
- Orang yang memelalaikan shalat lima waktu
- Orang yang tidak berpuasa pada Bulan Ramadhan
- Orang yang tidak menunaikan zakat
- Orang yang meminum khamer (minuman keras)
- Orang yang durhaka dan belum berbakti kepada kedua orang tua
- Orang yang memutuskan tali silaturahmi dan suka bermusuhan
- Orang yang enggan memaafkan
- Orang yang ucapan dan tingkah lakunya suka menyakiti orang lain.
- Orang yang banyak mengingat Allah
- Orang yang sabar terhadap musibah
- Orang yang berbakti kepada kedua orang tua
- Orang yang meninggalkan perbuatan aniaya dan sia-sia
- Orang yang meninggalkan ghibah
- Orang yang menunaikan zakat
- Orang yang senantiasa dituntun oleh Alquran
- Orang yang beramal dengan ikhlas
- Orang yang menahan diri dari hawa nafsu. (*)
Editor: