Warta

Muhasabah Diawal 2019

Kamis, 3 Januari 2019 | 11:55 WIB

Oleh: Rudy Irawan wakil ketua PCNU Bandar Lampung/ dosen UIN Lampung Hari ini 01/01/2019 adalah awal buku yang akan menjadi rekam jejak kita satu tahun ke depan. penggal waktu yang dianugerahkan pada kita, adalah satuan waktu terkecil, yang bisa kita hitung dari setiap hembusan nafas kita. Jika hembusan nafas kita itu, kita hitung dari satuan waktu untuk memberi kesempatan untuk selalu memperbaiki diri. Mari kita sama-sama memanfaatkan awal tahun 2019 ini, di tengah hiruk pikuk perpolitikan yang cenderung membuat suasana panas, untuk sejenak melakukan muhasabah, evaluasi diri, introspeksi diri, agar kita bisa melakukan yang terbaik dan menorehkan tinta emas di dalam record amalan kita di 2019. Bertambah tahun, hakikatnya umur kita berkurang. Hanya memang kita tidak ada yang mengetahui persis berapa jatah umur kita. Manusia diciptakan dan diberi hidup dan mati oleh Allah, untuk berkontestasi mana di antara kita yang amal perbuatan kita terbaik (QS. AL-Mulk:2). Karena itu diberi amanat menjadi khalifah-Nya, agar dapat menunjukkan mana kinerja kita yang terbaik dalam melakukan dakwah kebaikan, amar ma’ruf, nahi munkar, dengan basis keimanan yang kuat kepada Allah dan Rasul-Nya (QS. Ali ‘Imran: 104). Para Malaikat pun pernah mengungkapkan keberatan dan protes, atas penugasan manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi (QS. Al-Baqarah: 30). Dan Allah menegaskan, bahwa Allah lebih mengetahui dari apa yang para Malaikat ketahui. Yang jelas, penugasan kita sebagai hamba-Nya, adalah bernilai ibadah. Ini karena Allah tidak menciptakan jin dan manusia, kecuali agar beribadah kepada-Nya (QS. Al-Dzariyat: 56). Dalam menjalankan tugas pengabdian (ibadah) manusia, dapat dipastikan tidak dapat menghindari terjadinya kesalahan. Bahkan salah dalam berbuat itu lebih baik daripada tidak pernah berbuat salah, karena tidak pernah berusaha berbuat yang terbaik. Rasulullah saw menegaskan: “Kullu banii Aadama khaththaaun wa khairu l-khaththaain at-tawwabuuna” artinya “seluruh anak cucu Adam biasa berbuat khilaf/salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat khilaf/salah adalah mereka yang bertaubat” (Riwayat At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Al-Hakim, dan dishahihkannya). Agar manusia sebagai hamba Allah dalam menjalankan amanat kekhalifahannya dapat berjalan dengan baik, maka mereka harus membekali diri dengan ilmu pengetahuan, baik urusan dunia maupun akhirat. Tanpa ilmu pengetahuan, tidak akan mampu mencapai derajat kehidupan sesuai dengan yang direncanakan (QS. Al-Mujadalah: 11). Bekal ilmu saja ternyata tidak cukup, tetapi harus disertai dengan aktifitas senantiasa berdzikir kepada Allah dalam setiap keadaan, berdiri, duduk, berbaring, dan senantiasa berfikir tentang penciptaan langit dan bumi. Karena tak ada satu pun ciptaan Allah di muka bumi ini yang sia-sia (QS. Ali Imran: 191). Untuk mendapatkan hidup bahagia dunia dan kesejahteraan akhirat, selain menjalani amanat kekhalifahan dan hidup kita dengan baik, dan sebanyak-banyaknya apa yang kita lakukan itu bermanfaat bagi orang banyak. Rasulullah saw mengingatkan “khairu n-naasi anfa’uhum li n-naas” artinya “sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain” (Riwayat Ahmad, Ath-Thabrani, dan Ad-Daruquthny). Implikasi dari hidup berkompetisi dan kontestasi (musabaqah), pasti tidak bisa dihindari adanya gesekan, konflik, pertentangan, karena itu Allah memberi rambu yang sangat detail. Jika detail tata cara (kaifiyat) shalat saja, tidak diatur dalam Al-Qur’an, tetapi dijelaskan dalam Hadits atau Sunnah Rasulullah saw. Dalam QS. Al-Hujurat (kamar-kamar): 10-13, Allah menegaskan secara detail tentang hubungan sosial manusia (human relations). Bahwa “sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara, sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”. Karena itu, pertama, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka (yang merendahkannya). Jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Kedua, janganlah suka mencela dirimu sendiri; ketiga, janganlah memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Keempat, jauhilah kebanyakan purbasangka (kecurigaan) karena sebagian purbasangka itu dosa. Kelima, janganlah mencari-cari keburukan orang; keenam, janganlah menggunjingkan satu sama lain. Allah mengumpamakan, orang-orang yang melakukan enam hal tersebut, laksana orang yang memakan daging saudaranya yang sudah menjadi mayat, yang pasti akan merasa jijik kepadanya (QS. Al-Hujurat: 10-13). Allah memberi kesempatan kepada manusia untuk berbuat yang terbaik, dan sekaligus bertaubat atas semua kesalahan yang mungkin dilakukannya. Sudah barang tentu taubatan nashuha dengan cara menghentikan perbuatan salahnya, menyesali, dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi (QS. Al-Maidah: 39). Dalam dialog malaikat Jibril dan Rasulullah saw terkait dengan taubat, bahwa taubat umat Nabi Muhammad saw, akan diterima oleh Allah, apabila taubat dilakukan satu tahun sebelum meninggal. Rasulullah saw mendapat informasi itu, keberatan, dan bersabda: “Satu tahun itu waktu yang sangat lama. Umatku itu banyak lalai dan panjang angan-angannya”. Jibril menjawab: “Akan aku sampaikan kepada Allah”. Tidak lama kemudian, Jibril datang dan menyampaikan : “Allah akan menerima taubat umatmu, apabila bertaubat sebulan sebelum kematiannya”. Rasulullah saw pun mengatakan: “Satu bulan itu waktu yang lama untuk umatku”. Jibril menjawab : “Akan aku sampaikan kepada Allah”. Tidak lama kemudian, Jibril datang dan menyampaikan : “Allah akan menerima taubat umatmu, jika taubat dilakukan satu hari sebelum kematiannya”. Rasulullah saw bersabda : “Wahai Jibril, satu hari itu masih terlau lama untuk umatku”. Jibril pun menjawab : “Akan aku sampaikan kepada Allah”. Tidak lama kemudian Jibril datang dan mengatakan: “Wahai Muhammad, Allah akan mengampuni dosa umatmu, apabila bertaubat satu jam sebelum kematiannya”. Rasulullah saw bersabda: “Wahai Jibril, waktu satu jam itu lama bagi umatku”. Jibril pun melaporkannya kepada Allah, dan tidak lama kemudian Jibril datang dan mengatakan: “Wahai Muhammad, Tuhanmu menyampaikan salam kepadamu dan berfirman: “Barangsiapa dari umatmu yang menghabiskan semua umurnya dengan kemaksiyatan, dan ia belum bertaubat kepada-Ku, kecuali setahun, atau sebulan, atau sehari, atau satu jam sebelum kematiannya, atau bahkan sebelum ruhnya sampai di tenggorokannya, dan tidak memungkinkan baginya bertaubat atau meminta maaf dengan lidahnya, kecuali hatinya yang menyesal (atas dosa-dosa yang telah dilakukannya), maka sungguh Aku akan mengampuninya”. Begitu Maha Besar, Maha Pengampun, dan Maha Pemurahnya Allah kepada kita sebagai hamba-hamba-Nya. Kita tidak tahu kapan umur kita akan sampai. Janganlah tunda untuk beristighfar dan memohon ampun. Setidaknya tiga kali setelah shalat, atau jadikan wirid istighfar itu setiap saat. Terlalu banyak dosa dan kesalahan kita. Jangan lupa urusan utang kepada sesama. Bayarlah sebelum semuanya berakhir. Karena utang harta kepada siapapun, tidak akan terampuni, sebelum dibayar, atau dibebaskan oleh orang yang mengutangi. Semoga tahun 2019 menjadi tahun penuh prestasi dan torehan tinta mas bagi perjalanan hidup kita, dan sebagai hamba-Nya, semoga Allah senantiasa menunjukkan jalan dan kemurahan-Nya, sehingga kita mampu menambah bekal taqwa kita untuk sowan menghadap-Nya dan diberi husnul khatimah. Allah a’lam bi sh-shawab.