Menipisnya Makna NU di Kalangan Muda, KH Miftachul Akhyar Soroti Lunturnya Sami’na wa Atha’na
Senin, 23 September 2024 | 06:00 WIB
Lampung Selatan, NU Online Lampung
Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Miftachul Akhyar dalam mauidzah hasanah pelantikan PCNU Lampung Selatan 2024-2029 menyoroti menipisnya makna Nahdlatul Ulama di kalangan generasi muda NU. Menurutnya, hal ini bisa terjadi akibat dari lunturnya pusaka keramat yang selama ini dipegang teguh oleh Nahdliyin.
Pusaka keramat yang dimaksud adalah Sami’na wa atha’na. Makna dari kalimat tersebut ialah mendengar dan menaati, hal itu juga bisa diartikan sebagai mahabbah (kecintaan) dan kesatuan yang sering disebut sebagai prinsip tegak lurus.
“Makna NU ya tasamuh, tawazun, i’tidal. Sekarang mulai berubah wajah, banyak anak-anak kita wajahnya kereng (pemarah), padahal Islam diturunkan sebagai rahmatan lil alamin,” ujarnya di Pondok Pesantren Roudotul Ulum, Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan, Ahad (22/9/2024).
Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah tersebut juga menyampaikan, mengenai pentingnya kaderisasi di kalangan generasi muda NU sebagai salah satu upaya menjaga pusaka keramat. Hal itu dinilai penting agar makna dari NU dapat selalu eksis di tengah kencangnya arus globalisasi yang terjadi. Terlebih lagi, Sami’na wa atha’na merupakan perilaku yang sudah pernah dicontohkan oleh para nabi dan rasul.
Tahap selanjutnya setelah kaderisasi adalah distribusi kader-kader NU terbaik ke berbagai lini sektor strategis di Indonesia. Hal ini bertujuan agar kader-kader NU terbaik bisa semakin menyebar, serta dapat semakin bermanfaat sesuai dengan bidang dan keahliannya masing-masing.
“Kalau kaderisasi sudah berjalan dengan baik, lalu didistribusikan. Jangan hanya di Kementerian Agama (Kemenag) saja, ada yang jadi tentara, polisi, karena niatnya untuk perjuangan (agama)” ujarnya.
Setelah semua tahapan tersebut dilalui, memasuki tahap terakhir Kiai Miftach mengingatkan perihal pentingnya grand kontrol yang baik kepada kader-kader NU. Hal ini bertujuan agar mereka tidak lupa kepada Nahdlatul Ulama selaku rumah yang sudah turut membesarkan mereka.
“Jadi mereka (kader-kader terbaik) kita dorong, tapi tetap melekat. Jangan sampai sudah kita distribusikan, kita carikan tempat-tempat strategis, kemudian pergi (lupa),” tuturnya.
Di akhir mauidzah hasanah, Kiai Miftach juga berpesan kepada seluruh hadirin. Jika terdapat hal-hal yang dinilai ganjil di dalam tubuh PBNU, Kiai Miftach mempersilakan untuk melakukan tabayun terlebih dahulu.
Ia juga mengimbau kepada kader-kader NU untuk tidak ikut-ikutan memviralkan dan menyebarkan isu yang tidak bagus sebelum melakukan tabayun. Terlebih lagi, hal tersebut menjadi contoh dari sami’na wa atha’na sebagai pusaka keramat Nahdlatul Ulama.
(Yoga Pratama)
Terpopuler
1
KH Saifuddin Zuhri dan KH Muhtar Ghozali Terpilih Jadi Rais dan Mudir JATMAN Lampung pada Muswil 2025
2
GP Ansor Way Kanan Gelar PKD, Tingkatkan Kapasitas dan Kualitas Kader
3
Ketua PWNU Lampung: Santri Harus Siap Menanggung Pahitnya Belajar Demi Terangnya Masa Depan
4
Ketua PWNU Lampung: Thariqah Jadi Penyejuk dan Penuntun Umat dalam Menjawab Keresahan Zaman
5
Sosialisasi PIP dan Wawasan Kebangsaan, Fauzi Heri Ajak Masyarakat Amalkan Nilai Pancasila
6
Memaknai Doa Nabi Musa Minta Jodoh, KH Sujadi: Ciptakan Suasana Surgawi dalam Rumah Tangga
Terkini
Lihat Semua