Warta

Khadijah R.A dan Pengorbanannya dalam Berdakwah

Senin, 9 Januari 2017 | 12:18 WIB

Khadijah R.A dan Pengorbanannya dalam Berdakwah Oleh: Nindia Puspitasari “SEBAIK-baik wanita ialah Maryam binti Imran. Sebaik-baik wanita dalam masanya ialah Khadijah binti Khuwailid”(HR. Muslim) Khadijah binti Khuwailid R.A merupakan istri Rasulullah SAW yang pertama. Ia lahir pada tahun 68 sebelum Hijriah. Ia hidup, tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga yang terhormat, terpandang, berakhlak mulia, berkemauan tinggi dan mempunyai akal yang suci, sehingga pada zaman jahiliyah ia diberi gelar “Ath-Thahirah”. Khadijah adalah wanita kaya yang hidup dari usaha perniagaan. Dan untuk menjalankan perniagaannya itu ia memiliki beberapa karyawan laki-laki, diantaranya adalah Muhammad SAW (sebelum beliau menjadi suaminya). Sebenarnya Khadijah R.A adalah janda yang telah menikah dua kali. Pertama ia menikah dengan Zurarah At-Tamimi, dan yang kedua menikah dengan Atid bin Abid Al-Makhzumi. Dan masing-masing wafat dengan meninggalkan seorang putra. Pada masa jandanya, banyak tokoh Quraisy yang ingin mempersuntingnya, namun ia selalu menolaknya. Di balik semua itu, Allah SWT telah mempersiapkan Khadijah binti Khuwailid R.A untuk menjadi pendamping Rasul-Nya yang terakhir, yakni Muhammad bin Abdullah SAW dengan tujuan sebagai pembela dan penolong risalah yang Rasulullah SAW sampaikan. Pada usia Khadijah yang ke 40 tahun, beliau menikah dengan Nabi Muhammad SAW, yang pada waktu itu Nabi Muhammad SAW belum diangkat menjadi Rasul dan baru berusia 25 tahun. Adanya perbedaan usia tidaklah menimbulkan permasalahan bagi rumah tangga Rasul. Bahkan, Rasulullah SAW pada waktu membangun biduk rumah tangga dengan Khadijah tidak mempunyai istri yang lainnya. Pernikahannya dengan Rasulullah SAW dikaruniai beberapa orang anak oleh Allah SWT yaitu Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayah, Ummu Kultsum, dan Fatimah. Namun putra beliau yang laki-laki meninggal dunia sebelum dewasa. Dikisahkan suatu hari Khadijah R.A mendapatkan suminya pulang dalam keadaan gemetaran. Terpancar dari raut wajahnya kekhawatiran dan ketakutan yang sangat besar. “Selimuti aku....! Selimuti aku....! “seru Rasulullah SAW kepada istrinya. Demi melihat kondisi yang seperti itu, tidaklah membuat Khadijah R.A menjadi panik. Ia kemudian menyelimuti dan menenangkan perasaan suaminya. Rasul pun segera ceritakan pada istrinya, setelah mereka berdua berkonsultasi kepada paman Khadijah yaitu Waroqoh bin Naufal, tahulah ia bahwa suaminya adalah utusan Allah SWT. Dengan tenang dan lembut, Khadijah berkata : “Wahai putra pamanku, Demi Allah, Dia tidak akan menghinakan selama-lamanya. Karena sesungguhnya engkau termasuk orang yang selalu menyambung tali persaudaraan, berkata benar, setia memikul beban, menghormati dan suka menolong orang lain”. Tutur kata manis dari sang istri menjadikan beliau lebih percaya diri dan tenang. Khadijah sungguh mulia akhlakmu. Di awal permulaan Islam, peranan Khadijah R.A tidaklah sedikit. Dengan setia ia menemani suaminya dalam menyampaikan risalah yang diemban oleh beliau dari Allah SWT. Wanita pertama yang beriman kepada kepada Allah ketika Rasulullah SAW mengajaknya menuju jalan Rab-Nya. Dia yang membantu Rasulullah dalam mengibarkan bendera Islam. Bersama Rasulullah sebagai angkatan pertama, dengan penuh semangat, Khadijah R.A turut berjihad dan berjuang, mengorbankan harta, jiwa dan berani menentang kejahilan kaumnya. Khadijah R.A seorang yang senantiasa menentramkan dan menghibur Rasul SAW disaat kaumnya mendustakan risalah yang dibawa. Seorang pendorong utama bagi Rasul SAW untuk selalu giat berda’wah, bersemangat dan tidak pantang menyerah. Ia juga selalu berusaha meringankan beban berat di pundak Rasul SAW. Sabda Rasulullah: “Dia (Khadijah) beriman kepadaku disaat orang-orang mengingkari. Ia membenarkanku di saat orang mendustakanku. Dan ia membantuku dengan harta ketika orang-orang tiada mau.” (HR. Ahmad). Kebijakan, kesetiaan dan berbagai kebaikan Khadijah R.A tidak pernah lepas dari ingatan Nabi SAW. Bahkan sampai Khadijah meninggal. Ia benar-benar seorang istri yang mendapat tempat tersendiri di dalam hati Rasulullah SAW. Betapa kasih beliau kepada Khadijah, dapat kita simak dari ucapan Aisyah R.A “Belum pernah aku cemburu terhadap istri-istri Nabi SAW sebagaimana cemburuku pada Khadijah R.A. Padahal aku tidak pernah melihatnya tetapi Nabi SAW selalu menyebut-nyebut namanya, bahkan adakalanya menyembelih kambing dan dibagikannya kepada kawan-kawan Khadijah RA. Bahkan pernah saya tegur, seakan-akan di dunia tidak ada wanita selain Khadijah R.A. Lalu Nabi menyebut beberapa kebaikan Khadijah, dia dahulu begini dan begitu. Selain itu, aku mendapat anak daripadanya.” Khadijah binti Khuwailid R.A, wafat tiga tahun sebelum hijrah dalam usia 65 tahun. Kepergiannya membuat kesedihan yang sangat mendalam di hati Rasulullah SAW maupun umat Islam. Ia pergi menghadap Rab-nya dengan meninggalkan banyak kebaikan yang tak terlupakan. Itulah Khadijah binti Khuwailid R.A, yang Allah SWT pernah sampaikan penghormatan (salam) kepadanya dan Allah SWT janjikan untuknya sebuah rumah di Surga. Sebagaimana telah disebut dalam hadis dari Abu Huarirah R.A: “Jibril datang kepada Nabi SAW dan berkata : “Wahai Rasulullah, ini Khadijah datang kepada engkau dengan membawa bejana berisi lauk pauk atau makanan atau minuman. Apabila ia datang kepadamu, sampaikanlah salam kepadanya dari Rabnya Yang Maha Mulia lagi Maha Agung dan juga darimu dan kabarkanlah berita gembira kepadanya mengenai sebuah rumah di surga yang terbuat dari mutiara di dalamnya tidak ada keributan dan kepenatan.” (HR. Muslim) Sungguh, istana tersebut lebih baik dari pada gemerlapnya dunia yang telah memperdayakan manusia. Dan itu adalah sebaik-baik kabar gembira dibanding dunia dan segala isinya. Tidaklah manusia ingin mendapatkannya pula? Semoga Allah SWT memberikan balasan kepada Khadijah R.A atas jasa dan kebaikannya dalam mebela agama dan Rasul-Nya dengan balasan yang sebaik-baiknya, penuh kenikmatan dan kecemerlangan di dalam istananya. *(Penulis adalah Dosen di Pendidikan Guru Sekolah Islam Terpadu (PG-SIT)Kautsar Ilmi Prabumulih)