Yudi Prayoga
Penulis
Al-Qur’an merupakan salah satu kitab suci yang diturunkan oleh Allah swt kepada Rasul-Nya. Penurunan tersebut sebagai petunjuk dan pedoman bagi umat manusia di muka bumi.
Dalam agama Islam, kitab suci Al-Qur’an merupakan kitab yang sakral dan dimuliakan, sehingga tidak sembarangan bagi manusia untuk menyentuh dan membacanya.
Dalam ilmu fiqih, seseorang ketika ingin menyentuh, membawa, dan membaca Al-Qur’an harus suci dari hadats besar dan kecil. Sehingga jika berhalangan (berhadats) maka diharamkan untuk menyentuhnya.
Jika ada yang melanggar, maka akan dihukumi berdosa, dan segera bertaubat kepada Allah swt. Lalu, bagaimana jika ada yang berhalangan (berhadats), tetapi menulis ayat suci Al-Qur'an, apakah boleh atau tidak?
Dalam kitab Kaasyifatus Sajaa, halaman 27 diterangkan bahwa ada dua rincian jawaban:
Pertama, jika menulisnya dengan cara membawa serta memegang kertas yang ditulisinya, maka haram hukumnya.
Kedua, jika menulisnya dengan tanpa membawa serta memegang kertas yang ditulisinya, maka dalam hal ini ada 3 pendapat yakni, Pertama, pendapat yang sahih, diperbolehkan. Kedua, diharamkan, dan Ketiga, jika hadats kecil diperbolehkan dan jika hadats besar diharamkan.
Adapun keterangan redaksinya sebagai berikut:
كاشفة السجا ، ص: ٢٧.
وعبارتها: قال النووي اذا كتب الجنب اوالمحدث مصحفا ان كان يحمل الورقة ويمسها حال الكتابة فهو حرام وان لم يحملها ولم يمسها ففيه ثلاثة اوجه ، الصحيح جوازه والثاني تحريمه والثالث يجوز للمحدث ويحرم للجنب.
Wa ‘ibarotuha: qaala an-Nawawiyyu idzaa katabal junubu awilmuhditsu mushhafan in kaana yahmilul waraqata wa yamassuhaa haalal kitaabati fahuwa haraamun wa in lam yahmilha wa lam yamassahaa fafiihi tsalaatsatu aujuhin, as-shachiihu jawaazuhuu watssaanii tahriimuhuu watstsaalitsu yajuuzu lilmuhditsi wa yahrumu liljunubi.
Artinya: Imam Nawawi berkata, jika seorang hadats besar atau hadats kecil menulis mushaf (sesuatu yang di dalamnya tertulis ayat suci Al-Qur’an), apabila ia membawa serta memegang kertas sewaktu menulis maka haram hukumnya, dan apabila ia tidak membawa serta memegang kertas maka dalam hal ini ada tiga pendapat. Pertama, yakni pendapat yang sahih, boleh hukumnya; kedua, haram hukumnya; dan ketiga, boleh bagi yang hadats kecil dan haram bagi yang hadats besar (Kaasyifatus Sajaa, halaman 27).
Maka dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa ada tiga pendapat bagi orang yang menulis Al-Qur’an tetapi sedang berhalangan (hadats), ada beberapa pendapat sebagaimana keterangan rinci di atas.
(Yudi Prayoga)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Dalil dan Keutamaan Ziarah ke Makam Nabi serta Aulia saat Menunaikan Ibadah Haji
2
Napak Tilas Sejarah NU hingga Peluncuran PT Erindo, Semarakkan Pelantikan PW GP Ansor Lampung pada Akhir Mei 2025
3
Mandi Ihram bagi Jamaah Haji, Ini Keutamaan dan Lafal Niatnya
4
Prestasi Membanggakan, Gizqa Cornela Kader IPPNU Lolos Jadi Paskibraka Lampung Barat
5
Khutbah Jumat: Memahami Hikmah Manasik Haji di Tanah Suci
6
7 Tempat yang Dilarang untuk Mendirikan Shalat
Terkini
Lihat Semua