• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Sabtu, 4 Mei 2024

Syiar

Cara Meminta Hujan Selain Shalat Istisqa

Cara Meminta Hujan Selain Shalat Istisqa
Cara Meminta Hujan Selain Shalat Istisqa Foto dari: NU Online
Cara Meminta Hujan Selain Shalat Istisqa Foto dari: NU Online

Sudah beberapa bulan ini mayoritas daerah Indonesia sedang mengalami kemarau  yang panjang. Kemarau ini menjadikan warga Indonesia kesulitan dalam beraktivitas dan bekerja, terutama yang berkaitan dengan air seperti para petani.

 

Beberapa waduk atau bendungan debit airnya berkurang, sungai-sungai mulai mengering, dan beberapa sumber mata air lainnya tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari. 

 

Ketika kemarau panjang dan tidak kunjung hujan, Islam mengajarkan umatnya agar shalat Istisqa (shalat meminta hujan), yakni beribadah kepada Allah agar Allah mengabulkan permintaan hambanya. Hal ini sebagaimana yang dicontohkan dan diajarkan oleh Rasulullah saw.

 

 Akan tetapi dalam Islam tidak hanya shalat Istisqa cara meminta hujan, tetapi bisa juga dengan berdoa secara berjamaah, membaca shalawat, dan berzikir istighfar.

 

Syekh Nawawi Al-Bantani (w 1316) dalam kitabnya Nihayatuzain menyatakan berkenaan dengan meminta hujan terdapat tiga cara. Di antaranya dengan yang paling minimalis berupa berdoa meminta hujan saja sampai yang paling sempurna dengan mengerjakan shalat dan dua khutbah. Berikut pernyataannya: 

 

والاستسقاء ثلاثة أنواع: أدناها أن يكون بالدعاء مطلقا فرادى ومجتمعين وأوسطها يكون بالدعاء خلف الصلوات فرضها ونفلها وفي خطبة الجمعة وخطبة العيدين ونحو ذلك، وأكملها يكون بالصلاة على الوجه الآتي   

 

Artinya: Istisqa atau meminta hujan ada tiga macam-macam caranya, (1) cara paling minimalis adalah hanya berdoa baik sendirian atau secara berjamaah; (2) cara pertengahan atau sedang adalah dengan berdoa setelah shalat fardhu atau sunnah, dalam khutbah Jum’at, khutbah hari raya, dan semisalnya; (3) adapun yang paling sempurna adalah dengan melaksanakan shalat (dan khutbah) sebagaimana nanti dijelaskan. (Muhammad Umar Nawwi al-Jawi, Nihayatuzzain, [Bairut, Darul Fikr: t.t], halaman 111). 

 

Dalam kitab Tausyikh ala Fathil Qarib al-Mujib yang dikarang oleh Imam Nawawi juga menyebutkan bahwa batu yang berjumlah 70 ribu dibacakan suatu ayat dan doa, kemudian setelah selesai berdoa batunya dilontarkan ke dalam air yang mengalir ataupun air yang tenang dapat digunakan untuk istisqa' atau meminta hujan. Berikut redaksinya: 

 

 (فائدة) والقراءة على الأحجار للاستسقاء أمر مستحسن مروي عن الحسن البصري وابن سيرين وغيرهما، يقرأ على سبعين ألف حصاة على كل واحدة مرة قوله تعالى: ﴿وَهُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ الغَيْثَ مِنْ بَعْدِ مَا قَنَطُوا وَيَنْشُرُ رَحْمَتَهُ وَهُوَ الوَليُّ الحَمِيدُ) [سورة الشورى: الآية، ۲۸] ويقرأ الدعاء في رأس كل مائة. اللهم لا تهلك بلادك بذنوب عبادك ، ولكن برحمتك الشاملة اسقنا ماء غدقاً تحيا به الأرض وتروى به العباد إنك على كل شيء قدير. ثم ترمي الحصيات في ماء جار أو راكد  

 

Artinya: (Faedah) membaca (ayat dan doa) pada bebatuan untuk istisqa' adalah perkara yang dianjurkan, diriwayatkan dari Al-Hasan al-Bashri dan Ibnu Sirin dan dari selain keduanya: "Dibacakan masing-masing pada 70 ribu batu kerikil firman Allah pada surat as-Syuro ayat 28: 

 

 وَهُوَ الَّذِيْ يُنَزِّلُ الْغَيْثَ مِنْۢ بَعْدِ مَا قَنَطُوْا وَيَنْشُرُ رَحْمَتَهٗ ۗوَهُوَ الْوَلِيُّ الْحَمِيْدُ 

 

Artinya: Dialah yang menurunkan hujan setelah mereka berputus asa dan (Dia pula yang) menyebarkan rahmat-Nya. Dialah Maha Pelindung lagi Maha Terpuji.

 

Dan dibacakan doa pada setiap permulaan 100, doanya adalah:

 

  اَللَّهُم لا تَهْلِكْ بِلادَكَ بِذُنُوْبِ عِبَادَكَ ، وَلَكِنْ بِرَحْمَتِكَ الشَّامِلَةِ اِسْقِنَا مَاءً غدقاً تُحْيَا بِهِ الأَرْضُ وَتُرْوَى بهِ العِبَادُ إِنَّكَ عَلَى كُلِ شَيْءِ قَدِيْرٌ 

 

Artinya: Ya Tuhan, jangan Engkau hancurkan negara-Mu sebab dosa-dosa hamba-hamba-Mu, tetapi dengan rahmat-Mu yang melimpah, berikan kami air yang melimpah sehingga bumi dapat hidup dan hamba-hamba-Mu segar (tidak dahaga) sesungguhnya Engkau mampu melakukan segala hal.

 

Sedangkan penduduk Maghrib (sekarang Maroko dan sekitarnya) dalam kitab Tausyekh juga disebutkan bahwa dahulu pernah mengarjakan ibadah meminta hujan dengan cara membaca shalawat Nariyah 4444 kali. Berikut redaksinya:

 

واهل المغرب يستسقون باالصلاة النارية وهي هذه اَللّٰهُمَّ صَلِّ صَلَاةً كَامِلَةً وَسَلِّمْ سَلَامًا تَامًّا عَلىٰ سَيِّدِنَا مُحَــمَّدِ ࣙالَّذِيْ تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضٰى بِهِ الْحَوَائِجُ وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ وَحُسْنُ الْخَوَاتِمِ وَيُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَعَلىٰ اٰلِهِ وِصَحْبِهِ فِيْ كُلِّ لَمْحَةٍ وَ نَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلُوْمٍ لَكَ فاءنهم يقرء ونها في مجلس واحد بعدد أربعة آلاف واربعماءة وأربع وأربعين مرة قال بعضهم يستحب الاستسقاء بهذه الصلاة كما تستحب قراءة هذه الصلاة لقضاء الحواءج ومما ينفع للاستسقاء أيضا التوسل بالاستغفار والاحسن مع الجماعة بأن يذكر ماءة ألف أستغفر الله وأتوب إليه كما قال بعضهم من أراد أن يرزق مالا أو بستانا أو غير ذلك فليكثر من الاستغفار كما دلت عليه الآية الكريمة.

 

Artinya: Penduduk Maghrib meminta hujan dengan membaca Shalawat Nariyah dalam satu majlis sejumlah 4.444 kali.  Sebagian ulama mengatakan: "Dianjurkan meminta hujan dengan Shalawat Nariyah ini seperti dianjurkannya membaca shalawat Nariyah untuk terpenuhinya hajat."  Dan yang juga mempunyai manfaat untuk meminta hujan adalah tawasul dengan istighfar, yang lebih baik dikerjakan secara berjamaah dengan membaca: "Astaghfirullah waatubu ilaihi" sebanyak 100.00 kali. (Muhammad Umar Nawwi al-Jawi, Tausyekh ala Fathil Qarib al-Mujib, [Bairut, Darul Kutub Ilmiyah: 1418 H], halaman 140-141). 

 

Demikianlah cara-cara yang dilakukan dan dianjurkan para ulama untuk meminta hujan ketika musim kemarau yang panjang. Dan meminta hujan juga boleh dilakukan perorangan maupun berjamaah. Wallahu a'lam bisshawab.

 

(Yudi Prayoga)


Syiar Terbaru