• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Senin, 1 Juli 2024

Pendidikan

Ayse Temukan Arti Toleransi Melalui Program Pertukaran Mahasiswa di Undiksha

Ayse Temukan Arti Toleransi Melalui Program Pertukaran Mahasiswa di Undiksha
Aysetu Sindana Mahia Kaputri, mahasiswa FKIP Unila yang mengikuti Program Pertukaran Mahasiswa di Undiksha
Aysetu Sindana Mahia Kaputri, mahasiswa FKIP Unila yang mengikuti Program Pertukaran Mahasiswa di Undiksha

Bandar Lampung, NU Online Lampung

 Mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknologi Informasi Fakultas Ilmu Pendidikan dan Keguruan (FKIP) Universitas Lampung (Unila) Aysetu Sindana Mahia Kaputri, berkesempatan mengikuti program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) di Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha), Bali.

 

PMM merupakan program mobilitas mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman belajar di perguruan tinggi yang ada di Indonesia selama satu semester. Keinginan Ayse untuk mengikuti PMM batch empat bermula karena ingin memperoleh relasi lebih luas dan belajar mengenai keberagaman di Indonesia.

 

“Sejujurnya saya sangat suka dengan budaya. Sejak SD, saya sangat suka pelajaran seni budaya. Saya ingin merasakan secara langsung seperti apa keberagaman budaya di Indonesia, apakah sesuai dengan buku atau tidak,” kata Ayse.

 

Selama mengikuti PMM, Ayse melaksanakan Modul Nusantara. Modul Nusantara adalah serangkaian kegiatan bertujuan untuk menciptakan pemahaman tentang kebhinnekaan, refleksi, inspirasi, dan kontribusi sosial. Semua program tersebut berhasil ia laksanakan dengan baik bersama rekan-rekannya.

 

Menurutnya, masyarakat Bali sangat ramah, toleransi, dan suka bergotong royong. Hal itu tampak ketika ada kegiatan adat, hampir seluruh masyarakat berpartisipasi aktif dan penuh antusias.

 

“Tantangan awal yang saya alami saat PMM adalah ketidakmampuan bersosialisasi dengan teman-teman lain karena perbedaan kultur. Akan tetapi, lambat laun semuanya bisa teratasi karena kami tinggal bersama sehingga kami bisa berbagi cerita mengenai daerah asal masing-masing,” ujarnya.

 

PMM mengajarkan Asye betapa indahnya keberagaman di Indonesia. Ia menyadari, keberagaman bukanlah suatu penghambat dalam kehidupan bernegara. Sebaliknya, keberagaman adalah peluang besar untuk menguatkan arti toleransi dalam kehidupan sehari-hari.

 

Ayse berharap, program PMM tetap diadakan di waktu mendatang karena PMM memberi kesempatan kepada mahasiswa di seluruh Indonesia untuk mengenalkan keberagaman dan kebudayaan daerah satu sama lain.


Editor:

Pendidikan Terbaru