Pemerintahan

Sambut Ramadhan, Pemprov Lampung Gelar Tradisi Blangikhan

Sabtu, 1 Maret 2025 | 09:05 WIB

Sambut Ramadhan, Pemprov Lampung Gelar Tradisi Blangikhan

Tradisi blangikhan kali ini diikuti oleh juga oleh empat mahasiswa Yaman yang sedang kuliah di Lampung

Bandar Lampung, NU Online Lampung

Dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung bersama Lampung Sai dan Majelis Penyimbang Adat Lampung (MPAL) menggelar tradisi Lampung Blangikhan di Kolam Renang Pahoman Enggal, Jumat (28/02/2025).

 

Tradisi Blangikhan atau Blangiran merupakan tradisi adat Lampung untuk menyucikan diri dengan mandi bersama di sungai sebelum memasuki Bulan Suci Ramadhan.

 

Blangikhan biasanya dilakukan di sungai atau kolam pemandian. Namun mandi yang dimaksud bukan mandi pada umumnya melainkan mandi yang disyaratkan dengan beberapa peralatan ritual yakni air langir dari 7 sumber mata air yang bermakna penyatuan, bunga 7 rupa yang bermakna kesucian, ketentraman dan kasih sayang serta kerukunan, daun pandan, jeruk nipis, serta setangkai padi.

 

Blangikhan mengandung makna filosofi tentang penyucian diri, membersihkan diri dari segala macam kotoran baik jasmani maupun rohani, agar mampu menjalankan ibadah puasa dengan baik dan lancar.

 

Kegiatan Blangikhan dimulai dengan ritual pembacaan doa dan memecahkan kendi berisi air dan kembang, yang kemudian setelah itu puluhan muli mekhanai secara simbolis disiram dengan air langir, tangkai padi, kembang setaman. Usai prosesi siraman, satu persatu muli mekhanai masuk ke dalam kolam untuk mandi bersama.

 

Pelaksanaan Blangikhan kali ini juga berlangsung spesial karena selain muli dan mekhanai (gadis dan pemuda) asal Lampung yang ikut serta dalam kegiatan ini, juga terdapat 4 mahasiswa asing yang berasal dari negara Yaman, Jepang dan Kamboja.

 

Gubernur Lampung dalam sambutan tertulis yang dibacakan oleh Pj Sekretaris Daerah Provinsi Lampung, Fredy dalam kesempatan tersebut mengungkapkan bahwa tradisi Blangikhan bukan sekadar sebuah acara, namun merupakan simbol kekuatan dari kekayaan budaya dan kearifan lokal yang telah diwariskan oleh nenek moyang masyarakat Lampung. 

 

"Tradisi ini mengandung nilai-nilai luhur yang mengajarkan kita untuk selalu menjaga hubungan baik antar sesama, serta sebagai wujud rasa syukur dan persiapan menyambut datangnya bulan Ramadan dengan hati yang suci dan penuh keikhlasan," katanya.

 

Menurut Gubernur, tradisi ini juga merupakan sebuah upaya konkrit untuk memastikan bahwa budaya Lampung tidak hanya dikenang, tapi juga terus hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat, khususnya generasi muda.

 

"Kita memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya ini. Tradisi Blangikhan mengajarkan kita pentingnya kebersamaan, gotong royong, dan sikap saling menghormati, yang merupakan cerminan dari nilai-nilai kehidupan yang sangat relevan dengan jati diri kita sebagai orang Lampung," paparnya.

 

Melalui Tradisi Blangikhan, ia mengajak seluruh masyarakat untuk berkomitmen dalam menjaga tradisi ini agar terus lestari ditengah kemajuan teknologi saat ini.

 

"Saya mengajak seluruh masyarakat Lampung untuk terus berkomitmen dalam menjaga dan memperkenalkan tradisi ini kepada dunia, agar keberadaannya tetap lestari dan dapat dinikmati oleh generasi mendatang," katanya.