Yusuf al-Qardhawi membagi lingkungan pada dua yaitu al-hayyat (dinamis), yang meliputi manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Kemudian, lingkungan yang bersifat al-jamidah (statis), seperti alam semesta dan berbagai bangunan.
Lingkungan yang al-jamidah (statis) mencakup dua kategori, al-tabi’iyyah (natural), lingkungan yang berkembang secara alami. Sedangkan al-shana’iyyah (lingkungan buatan), perkembangan lingkungan yang melibatkan manusia. Seperti halnya pembuatan kanal, irigasi, perkebunan, dan pemukiman.
Yusuf al-Qardhawi menjelaskan bahwa penciptaan lingkungan memiliki dua dasar penciptaan, yaitu:
Baca Juga
Abaikan Ekologi, Jadi Musuh Alam Semesta
أَنَّ هَذِهِ البِيْئَةَ مُهَيِّئَةٌ بِكُلِّ مَا فِيْهَا لِمَصْلَحَةِ الإِنْسَانِ وَخِدْمَةِ الإِنْسَانِ وَتَوْفِيْرِ حَاجَةِ الإِنْسَانِ
Artinya: Penciptaan lingkungan serta semua perkara yang di lingkupinya berevolusi pada kepentingan manusia dan memenuhi kebutuhan manusia.
Dalam hadits lain dijelaskan
أَنَّ هَذِهِ البِيْئَةَ كُلُّهَا بِجَوَانِبِهَا المُخْتَلِفَةِ يَتَفَاعَلُ بَعْضُهَا مَعَ بَعْضٍ وَيَتَكَامَلُ بَعْضُهَا مَعَ بَعْضٍ وَيَتَعَاوَنُ بَعْضُهَا مَعَ بَعْضٍ وِفْقَ سُنَنِ اللهِ نَعَالَى فِى الكَوْنِ
Baca Juga
Fiqih Ekologi: Bersikap Baik Pada Hewan
Artinya: Semua komponen dan unsur lingkungan ini sangat bergantung pada yang lain. Hubungan antar ketergantungan antara komponen dengan lingkungan di sekitarnya sangat menentukan kesinambungan antara keduanya (simbiosis kosmik), sesuai dengan desain sunatullah.
Dengan begitulah maka komponen yang terstruktur akan senantiasa tersusun secara rapi, memiliki peranan penting tanpa batas peranan yang lain. Saling memberi dan menerima, serta saling melaksanakan tugasnya masing-masing. Dalam suatu kaidah dikatakan:
لِكُلِّ عَنَاصِرَ وَظِيْفَةٌ وَلِكُلِّ وَظِيْفَةٍ عَنَاصِرَ
Artinya: Setiap unsur dari alam (lingkungan) memiliki peranannya masing-masing, dan setiap peran yang tersistem dalam alam (lingkungan) memiliki unsur yang memerankannya.
Begitu indah, Allah menciptakan alam semesta ini yang senantiasa berjalan sesuai dengan kehendaknya. Sehingga Allah benar-benar memberikan skenario yang proporsional terhadap hal yang diciptakannya. Semua tatanan alam ini berputar sesuai porosnya, yang semua ini sejatinya Allah ciptakan untuk manusia agar nyaman hidup di buminya Allah swt..
Namun disayangkan, terkadang manusia rakus, sehingga kenikmatan itu tidak hanya dinikmati dengan kebutuhan sesuai akal dan ajaran agama yang arif, serta dengan keserakahannya manusia sombong.
Sehingga alam semesta ini rapuh dan keseimbangan yang telah terbangun serta ekosistem yang seharusnya berjalan sesuai dengan sunnatullah justru mengalami kegoncangan akibat keteledoran manusia.
Agus Hermanto, Dosen Fakultas Syariah UIN Raden Intan Lampung
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Pentingnya Merawat Hati
2
Anggota DPRD Lampung: Jalur Domisili SPMB Lampung Harus Berdasarkan Jarak, Bukan Nilai Rapor
3
Ini Khasiat Alysha, Sabun Herbal Produk UMKM Mitra Binaan LAZISNU Pringsewu
4
Khutbah Jumat: Menggunakan Waktu Hidup untuk Kebaikan dan Ibadah
5
Kesahihan Dalil Jual Beli Kepada Non-Muslim
6
Dorong UMKM dan Wisata Lokal, Sasa Chalim Hadiri Peresmian Pasar Tematik Jelajah Danau Ranau
Terkini
Lihat Semua