• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Selasa, 7 Mei 2024

Keislaman

Cara Mendapatkan Rezeki Berupa Anak yang Saleh

Cara Mendapatkan Rezeki Berupa Anak yang Saleh
Anak yang saleh adalah harta paling berharga bagi kedua orang tuaya
Anak yang saleh adalah harta paling berharga bagi kedua orang tuaya

Rezeki merupakan pemberian dari Allah swt kepada makhluk-Nya, baik berupa lahiriyah (kasat mata) seperti harta benda maupun batiniyah (tidak kasat mata) seperti kebahagiaan, kesehatan dan ketentraman. 

 

Salah satu rezeki yang diidamkan oleh manusia selain dari harta benda dan sehat adalah rezeki berupa anak dan keturunan yang saleh-salehah. Sehingga banyak orang tua yang berdoa dan berusaha meminta anak yang baik. 

 

Ada banyak beragam cara mendapatkan anak yang saleh, diantaranya  dengan memperhatikan beberapa aspek kehidupan, seperti pasangan hidupnya dan pendidikannya. 

 

Mulai memperhatikan bagaimana memilih pasangan hidup yang dianjurkan oleh agama Islam dan dicontohkan oleh Rasulullah saw serta para ulama salafus saleh.  

 

Karena umumnya anak yang baik akan lahir dari orang tua yang baik, dan sebaliknya. Meskipun ada juga yang mafhum mukhalafah (berbeda dengan yang biasanya) tetapi hanya sedikit.  

 

KH Maimun Zubair menganalogikan pasangan suami istri dengan bibit padi dan sawah. Jika bibitnya (laki-laki) baik tetapi sawahnya (perempuan) buruk, tandus, maka hasilnya kurang subur tanamannya. Dan sebaliknya jika sawahnya bagus tetapi bibitnya jelek, maka juga tidak akan menghasilkan padi yang bagus. 

 

Tetapi jika sudah terjadi dengan tidak semestinya, maka hal tersebut bisa ditanggulangi dengan yang namanya pupuk (saling memperbaiki) dan belajar bersama untuk menghasilkan bibit yang baik. 

 

Selain memperhatikan pasangan, untuk mendapatkan rezeki anak yang saleh adalah memperhatikan bagaimana pendidikan anaknya. Apakah pendidikannya baik atau buruk. 

 

Pertama adalah pendidikan karakter (akhlak) dari keluarganya, kemudian pendidikan  agamanya (ilmu hal). 

 

Apakah sang anak sudah dididik dengan baik oleh keluarganya, kedua orang tuanya, terutama ibunya karena seorang ibu adalah madrasatul ula (madrasah pertama). Maka kelak dewasa, anak akan berjiwa seperti apa yang diajarkan ibunya ketika di rumah. 

 

Anak bisa saja dididik baik di sekolah--di luar rumah-- dengan metode yang baik dan sempurna. Tetapi jika di rumahnya tidak dibimbing, diarahkan dan dikontrol maka hasilnya akan bertepuk sebelah tangan. 

 

Selanjutnya perhatikan ilmu agamanya. Apakah ilmu agamanya sudah tercukupi atau belum. Karena ilmu agama adalah pondasi dari kokohnya keimanan sang anak. 

 

Rasulullah saw bersabda ajarilah anakmu shalat ketika berumur 7 tahun. Dan pukullah dia ketika umur 10 tahun tidak shalat. 

 

Hadits di atas menunjukkan bahwa pendidikan agama anak sangat diperhatikan sejak usia dini, terutama shalat. Karena shalat 5 waktu merupakan kewajiban bagi umat Islam dalam sehari semalam.  

 

Sudah menjadi kewajiban kalau anak mengetahui ilmu tentang shalat, syarat rukun shalat, sunnah-sunnah shalat, dan sesuatu yang membatalkan dan mengesahkan shalat.

 

Setelah ilmu tentang shalat selesai, maka ajarilah ilmu agama yang lainnya sampai ia benar-benar matang. Seandainya tidak bisa mengajarkan sendiri ilmu agama, maka orang tua wajib mencarikan guru agama bagi anak-anaknya. 

 

Ketika orang tua sukses mendidik dan memperoleh hasil rezeki yang memuaskan berupa anak-anak yang saleh dan salehah, maka kebahagiaan akan selalu didapatkan oleh orang tua baik di dunia maupun di akhirat. 

 

Dan salah satu bukti kesalehan anak kepada orang tuanya adalah, dengan tetap mendoakan ketika orang tuanya sudah tiada. Karena doa anak yang saleh tidak akan pernah terputus. Hal ini sesuai dengan perintah Nabi Muhammad saw. 

(Yudi Prayoga)


Keislaman Terbaru