Imam Masjid Nabawi: Syekh Nawawi Banten, Mahaguru yang Mengajar dan Menulis hingga Wafat
Rabu, 9 Oktober 2024 | 16:54 WIB

Pertemuan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf dengan Imam Masjid Nabawi Madinah Syekh Ahmad bin Ali Al-Hudzaifi, Rabu (9/10/2024). (Foto: NU Online/Suwitno)
Jakarta, NU Online Lampung
Imam Besar Masjid Nabawi Madinah, Syekh Ahmad bin Ali Al-Hudzaifi mengatakan, terdapat salah satu Ulama Makkah, yaitu Syekh Muhammad Yasin bin Isa al-Fadani al-Makki yang memiliki hubungan dengan tradisi keilmuan Islam di Indonesia dan juga dengan Kiai-Kiai NU.
Hal tersebut disampaikan Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Ahmad Ginanjar Sya’ban usai pertemuan antara Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf dengan Imam Besar Masjid Nabawi Madinah, Syekh Ahmad bin Ali Al-Hudzaifi di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Rabu (9/10/2024).
“Selain itu, Syekh Ahmad juga menyebut salah satu karya Tafsir Munir yang dikarang oleh Syekh Nawawi Banten. Syekh Nawawi ini Mahaguru Ulama Nusantara pada zamannya yang mengajar dan menulis karya hingga wafat di Makkah,” ujarnya.
Melalui Ginanjar, Syeikh Ahmad menceritakan bahwa Syekh Nawawi juga terhitung sebagai satu guru utama dari pendiri Jamiyyah NU yaitu Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari.
“Perkembangan ilmu keislaman yang ada di Pesantren Nahdlatul Ulama (NU), bahwa tradisi keilmuan itu telah menghasilkan beberapa ulama dan karya-karya yang diakui secara internasional,” ungkapnya dikutip dari NU Online.
“Imam Besar Masjid Nabawi banyak memuji tentang tradisi keilmuan yang berkembang di lingkungan pesantren dan NU, ia berkata bahwa tradisi keilmuan pesantren NU memiliki tradisi keilmuan yang sangat dalam, mengakar, dan lama,”
Lebih dari itu, Syekh Ahmad juga merasa kagum atas penamaan kitab Tafsir Al Ibriz yang berartikan emas yang murni yang dikarang oleh KH Bisri Mustofa.
“Di samping itu karangan Kiai Bisri yang lain juga disebutkan terjemah Jawa Pegon atas terjemah Alfiyah Ibnu Malik juga karya-karya yang lain,” tuturnya.
Syekh Ahmad juga mengapresiasi pola keberagamaan yang ada di Indonesia yang bisa berselaras dengan kehidupan yang beragam, kehidupan berbudaya, dan kehidupan kebangsaan Indonesia tanpa menimbulkan konflik berarti
“Beliau mengatakan bahwa Muslim Indonesia dan kehidupan di Indonesia bisa dijadikan cerminan dan contoh bagi umat Muslim di belahan Muslim lain,” katanya.
Dalam pertemuan tersebut Syekh Ahmad nampak memakai baju thobe, datang bersama Duta Besar Kerajaan Arab Saudi Faisal Abdullah Al-Amudi, sedangkan Gus Yahya didampingi oleh Katib Syuriyah PBNU KH Muhammad Faiz Syukron Makmun, Wakil Ketua PBNU Zulfa Mustofa dan Ketua LAZISNU Habib Hasan Al-Bahas.