Bedah Buku Psikologi Pernikahan, Kemenag Lampung Tengah ajak Bina Keluarga Sakinah Mawaddah wa Rahmah
Kamis, 23 Januari 2025 | 14:30 WIB

Bedah Buku Psikologi Pernikahan di Kantor Kementerian Agama Lampung Tengah, Kamis (23/1/2025). (Foto: Istimewa)
Lampung Tengah, NU Online Lampung
Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Lampung Tengah menggelar kegiatan bedah buku Psikologi Pernikahan, Kamis (23/1/2025).
Kepala Kemenag Lampung Tengah, H Maryan Hasan mengatakan, di tengah-tengah hiruk pikuk gejolak pernikahan pada generasi saat ini, seperti LGBT, childfree dan marriage is scary.
"Beberapa hal itu melanda generasi milenial saat ini dan dipromosikan besar-besaran melalui media massa seperti tiktok dan instagram yang dapat meracuni pemikiran dan menjadi lifestyle serta tren baru yang digemari," ujarnya.
Ia melanjutkan, maka penting untuk diselenggarakan sosialisasi ini yang menjadi langkah progresif untuk menyatukan pemikiran dan langkah strategis bagi stakeholder.
"KUA sebagai lembaga yang mengurus pencatatan pernikahan dan lapisan masyarakat di tingkat kecamatan melalui penghulu, penyuluh agama hingga BP4 perlu untuk memahami ini," ungkapnya.
Penulis buku Psikologi Pernikahan, Agus Hermanto menyampaikan pernikahan adalah jalan mulia yang dapat mengangkat harkat dan martabat manusia dalam rangka menjalin hubungan aktif antara laki-laki dan perempuan.
"Pernikahan juga bertujuan mendapatkan ridha Allah dalam sebuah ikatan mitsaqan ghalidzan yang bernilai ibadah untuk mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah, serta meraih kemaslahatan dan mewujudkan generasi yang berkualitas," ungkapnya.
Menurutnya, pernikahan bukan hanya sekadar menghalalkan hubungan biologis antara suami dan istri, namun juga menjalankan perintah Allah dan sunnah Rasulullah yang dianjurkan.
"Sehingga setiap orang yang telah melakukan ikatan perkawinan dalam bentuk akad yang sah dan legal, maka akan secara otomatis di pundaknya memikul tanggung jawab besar yaitu hak dan kewajiban," paparnya.
Ia menjelaskan bahwa ancaman dalam sebuah rumah tangga ada dua, pertama, sulitnya seseorang melupakan keinginan masa lalu dengan asumsi-asumsi indah dalam benaknya, ingin mewujudkan keluarga ideal.
"Sehingga ketika menjalaninya secara nyata perspektif yang terjadi jauh berbeda dengan khayalan sebelumnya, dan kerap kali beranggapan buruk pada pasangan hidupnya," tuturnya.
Kedua, adanya keinginan baru pasca terjadinya perkawinan atau setelah menjalani perjalanan rumah tangga hingga terjadilah kejenuhan. Bahkan adanya prediksi-prediksi buruk pada pasangannya dan ingin mencari pasangan yang diidam-idamkan.
"Perlu diingat bahwa perkawinan adalah perjalanan dan pelajaran hidup, kadang harus mengalah dan pada sisi lainnya juga harus berpegang teguh pada norma ideal," kata Dosen Fakultas Syariah UIN Raden Intan Lampung itu.
Untuk itu, dalam sebuah pernikahan perlu adanya komunikasi baik dan komitmen yang benar agar setiap konflik yang terjadi dalam perjalanan rumah tangga dapat teratasi dengan baik tanpa kekerasan.
"Ada dua prinsip yang harus dibangun dalam sebuah rumah tangga, yaitu kasih sayang (rahmah) dan akhlakul karimah (akhlak yang mulia). Dua hal ini akan dapat mengantarkan keluarga yang maslahat, karena hak dan kewajiban suami istri akan dapat mudah dilakukan oleh keduanya ketika dilandasi dengan kasih sayang," katanya.
Agus Hermanto mengatakan kekerasan dalam sebuah rumah tangga akan sulit terwujud manakala keduanya menjaga nilai-nilai akhlakul karimah yang diajarkan oleh Rasulullah dalam sunnah-sunnahnya dalam membina rumah tangga.