Syiar

Hukum Makan Sahur tapi dalam Keadaan Junub

Rabu, 5 Maret 2025 | 13:15 WIB

Hukum Makan Sahur tapi dalam Keadaan Junub

bagaimana hukum orang yang makan sahur, tetapi dia masih dalam keadaan hadat besar (junub). (Ilustrasi: NU Online)

Puasa merupakan ibadah yang menganjurkan umat Muslim untuk makan sahur, terutama puasa Ramadhan. Karena di dalam sahur memiliki banyak keberkahan dan manfaat. Akan tetapi jika ada umat Muslim yang junub (hadats besar) dan belum sempat bersuci (mandi), kemudian langsung makan, apakah diperbolehkan.

 

Jika kita melihat apa yang disampaikan oleh Syekh Al-Qadli Abu Syuja’ dalam Matn al-Taqrib sendiri, bahwa aktivitas yang dilarang bagi orang junub adalah lima hal:

 

   وَيَحْرُمُ عَلَى الْجُنُبِ خَمْسَةُ أَشْيَاءَ اّلصَّلَاةُ وَقِرَاءَةُ الْقُرْآنِ وَمَسُّ الْمُصْحَفِ وَحَمْلُهُ وَالطَّوَافُ وَالُّلبْثُ فِي الْمَسْجِدِ



Artinya: Haram bagi orang junub lima hal: shalat, membaca Al-Qur’an, memegang dan membawa mushaf, thawaf, serta berdiam diri di masjid. (al-Qadli Abu Syuja’, Matn al-Taqrib, Semarang, Toha Putera, tanpa tahun, halaman 11).

 

Hukum Mandi Junub Sebelum Puasa

Makan sahur sebelum mandi junub tidak berpengaruh terhadap keabsahan puasa. Mandi junub sebelum terbit fajar hukumnya hanya sunnah, supaya orang memulai puasa dalam kondisi suci dari hadats besar. Syekh Al-Khatib As-Syirbini dalam kitab Mughnil Muhtaj menjelaskan:

 

   وَيُسْتَحَبُّ أَنْ يَغْتَسِلَ عَنْ الْجَنَابَةِ وَالْحَيْضِ وَالنِّفَاسِ (قَبْلَ الْفَجْرِ) لِيَكُونَ عَلَى طُهْرٍ مِنْ أَوَّلِ الصَّوْمِ  

 

Artinya: Disunnahkan untuk mandi junub, mandi haid dan nifas sebelum fajar supaya ia dalam kondisi suci sejak awal puasa (Al-Khatib As-Syirbini, Mughnil Muhtaj, [Beirut, Darul Ma’rifah: 1997], jilid I, halaman 637).  

 

Hukum Makan dan Minum Orang Junub

Hal perlu dibahas adalah hukum makan dan minum bagi orang junub. Menjawab hal ini, Syekh Zainuddin Al-Malibari dalam Fathul Mu’in, menjelaskan:

 

   ووضوء لنوم وأكل وشرب ويكره فعل شيء من ذلك بلا وضوء  

 

Artinya: Disunnahkan bagi orang junub, haid, dan nifas, setelah darahnya terputus untuk membasuh kemaluannya dan berwudhu jika ingin tidur, makan, dan minum. Dan dimakruhkan melakukan hal tersebut tanpa wudhu (Zainuddin Al-Malibari, Fathul Mu’in, Beirut [Darul Kutub Al-Ilmiyah: 1998] halaman 19). 

 

Berdasarkan penjelasan di atas dipahami, makan dan minum sebelum mandi junub dimakruhkan. Berarti, makan sahur juga dimakruhkan sebelum mandi junub, karena aktivitas sahur juga berisi makan dan minum. 

 

Namun, pendapat ini ditolak oleh Sayyid Abu Bakar Syatha dalam I’anatut Thalibin. Ia mengatakan, orang junub cukup membasuh kemaluannya saja. Jika sudah dibasuh, maka tidak makruh lagi makan dan minum setelahnya. Kemakruhan menurut beliau hanya ada jika orang junub tidak membasuh kemaluan, lalu langsung makan.

 

 ظاهره أنه يكره ذلك ولو مع غسل الفرج، وليس كذلك، بل يكفي غسل الفرج في حصول أصل السنة، كما في التحفة  ونصها: ويحصل أصل السنة بغسل الفرج إن أراد نحو جماع أو نوم أو أكل أو شرب، وإلا كره  

 

Artinya: Lahiriah teks fathul mu’in mengatakan dimakruhkan tidur, makan, dan minum sebelum wudhu, walaupun kemaluannya sudah dibasuh. Tapi hukumnya bukan seperti itu. Untuk menghasilkan kesunnahan cukup dengan membasuh kemaluan, seperti disebut dalam kitab Tuhfah, bahwa, pokok kesunnahan dapat dihasilkan dengan membasuh kemaluan jika ingin kembali jima’, tidur, atau makan dan minum. Jika tidak membasuh kemaluannya maka hukumnya makruh (Abu Bakar Syatha Ad-Dimyati, I’anatut Thalibin, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah: 2007], jilid I, halaman 137).  

 

Walhasil, makan sahur sebelum mandi junub tidak berpengaruh pada keabsahan puasa.

 

Hukum sahur sekadar makruh jika belum berwudhu menurut beberapa ulama.  

 

Menurut Sayyid Bakri di dalam I’anatut Thalibin, makan sahur sebelum mandi junub tidak makruh tanpa wudhu, asalkan sudah membasuh kemaluan.  

 

Karenanya, bagi orang junub jika hendak makan sahur sebaiknya mandi junub terlebih dahulu. Jika tidak mandi junub, sebaiknya wudhu. Tapi jika wudhu tidak memungkinkan, hendaknya membasuh kemaluannya, kemudian baru makan sahur. Penjelasan inj sebagaimana dilansir dari NU Online.

 

Demikian  uraian tentang apakah boleh orang yang masih dalam keadaan junub tapi menyantap makan sahur. Hal ini berdasarkan ajaran Nabi dan berbagai pendapat ulama yang mu’tamad. Sehingga ketika kita menjalankan syariat, maka harus hati-hati, seperti harus bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits, serta dikaji oleh ulama yang benar-benar ahli dalam bidang tersebut. Sedangkan perbedaan para ulama adalah rahmat.