Syiar

Adab Makan dalam Islam, Berikut Sunnah Rasulullah yang Perlu Ditiru

Sabtu, 16 November 2024 | 15:30 WIB

Adab Makan dalam Islam, Berikut Sunnah Rasulullah yang Perlu Ditiru

Ilustrasi ketika akan makan. (Foto: NU Online)

Makan adalah aktivitas memasukkan makanan ke dalam tubuh melalui mulut untuk memenuhi kebutuhan energi dan nutrisi. Proses ini penting untuk menjaga kesehatan, mendukung pertumbuhan, serta memberikan energi bagi tubuh agar dapat berfungsi dengan baik. 

 

Makan biasanya melibatkan berbagai jenis makanan, seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral, yang semuanya berperan dalam menjaga keseimbangan tubuh.

 

Dalam Islam, makan telah diatur sedemikian rupa, sehingga umatnya akan mengerjakan segala sesuatu sesuai dengan syariat Islam dan norma-norma kehidupan. 

 

Dilansir dari NU Online, Syekh Abdul Basith Muhammad berdasarkan hadits-haditsnya merangkum 23 etika makan Rasulullah saw. Tuntunan ini tercantum dalam kitabnya, Al-I’jazulIlmi fît Tasyri'il Islami, halaman 353-360:

 

Pertama, sebagaimana yang biasa dilakukan oleh Rasulullah saw, saat mengawali buka puasa, kita dianjurkan makan buah kurma. Bila tidak ada, pilihlah buah anggur, delima, minyak zaitun, buah tin, madu, atau susu. Jika tidak ada, maka pilihan terakhir adalah air putih. Setelah itu dilanjutkan makanan lain yang tentunya halal, baik, dan sehat bagi tubuh orang yang berpuasa.      

 

Kedua, Rasulullah saw mengingatkan bahwa perut bukanlah wadah yang siap diisi apa saja sesuai keinginan kita. Sekalipun diisi, ia tidak boleh berlebihan melebihi batas kemampuannya. Sebab, mengisi perut berlebihan dapat menyebabkan rasa kantuk, malas beraktivitas, berat beribadah, bahkan dalam jangka panjang, bisa menimbulkan obesitas. Dalam hadits riwayat Ahmad, beliau menganjurkan agar kita menjadikan sepertiga perut untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk nafas.    

 

Ketiga, Rasulullah saw mengingatkan agar kita tidak menghadiri undangan makan yang kita tidak termasuk orang yang diundang di dalamnya. Kita juga sebaiknya tidak mengajak orang lain untuk memenuhi sebuah undangan makan kecuali seizin orang yang mengundang.    

 

Keempat, saat makan kita dianjurkan untuk berkumpul, mengerumuni makanan, dan tidak berpencar. Diingatkan Rasulullah saw, cara makan demikian menyebabkan kurang keberkahan dan rasa kenyang, sebagaimana hadits riwayat Muslim dari sahabat Wahsyi ibn Harm.     

 

Kelima, jika kita memiliki makanan, sangat dianjurkan yang turut makan makanan kita adalah orang yang saleh, bertakwa, dan orang yang berpuasa. Sebab, sudah barang tentu tenaga yang keluar dari makanan tersebut dipakai orang saleh, takwa, dan berpuasa untuk menjalankan ketaatan.    

 

Keenam, tidak makan sambil tiduran atau telentang. Tidak pula makan di tempat yang tersedia makanan tidak halal.   
 

Ketujuh, tidak bersandar pada saat makan. Cara ini dimakruhkan dan dianggap kurang baik karena memperlihatkan duduknya orang yang sedang lahap dan nafsu makan. Akibatnya kita tidak bisa mengontrol daya tampung perut sendiri. Posisi duduk yang dianjurkan pada saat makan adalah menekuk kedua lutut dan menduduki bagian dalam telapak kaki, atau menegakkan betis dan paha kanan serta menduduki kaki yang kiri.    

 

Kedelapan, duduk dengan rendah hati di hadapan makanan dan makan dari bagian pinggir makanan, serta membasuh kedua tangan sebelum dan setelah makan.    

 

Kesembilan, jangan pernah mencela makanan, meskipun kita tidak menyukainya. Jika tidak suka makanan tertentu, Rasulullah saw mencontohkan cukup meninggalkannya, namun tidak mencela.   

 

Kesepuluh, membaca basmalah sebelum makan. Dan jika lupa membacanya, bacalah di saat ingat, bismillahi  awwalihi wa akhiri. Atau, membaca doa buka puasa yang telah masyhur. Disebutkan Rasulullah saw, doa itu menyambut makanan yang baru dan mencegah keburukan yang menimpa makanan yang masuk. Demikian seperti hadis riwayat Ibnu Hibban.

 

Kesebelas, selalu makan dan minum dengan tangan kanan. Sahabat Al-Akwa‘ menyebutkan, saat ada pria yang makan dengan tangan kiri, Rasulullah saw. langsung menegurnya, sebagaimana hadis riwayat Muslim.    

 

Keduabelas, lebih dianjurkan makan dengan tangan karena lebih mempercepat proses pencernaan makanan dalam perut, bahkan Rasulullah saw. sendiri biasa makan dengan tiga jari, dengan tujuan agar lebih memberikan kenikmatan, cepat memberi rasa kenyang, serta menghindari kesan rakus.    

 

Ketigabelas, tidak mengambil bagian pucuk atau bagian tengah makanan. Rasulullah saw sendiri tidak suka diambilkan pucuk makanan. Demikian yang disebutkan Rasulullah saw dalam hadis Abu Dawud dan At-Tirmidzi, “Keberkahan itu turun di tengah makanan. Maka, makanlah di pinggir-pinggirnya, jangan di tengah-tengahnya.” 

 

Keempatbelas, Rasulullah saw mengajarkan agar menghabiskan makanan yang ada di piring dan mengambil makanan yang terjatuh. Sebab kita tidak tahu pada makanan manakah keberkahan itu berada. Demikian seperti dalam hadits At-Tirmidzi.   

 

Kelimabelas, tidak bersendawa di saat makan dan menunggu makanan yang panas sampai dingin. Tidak mengambil nafas atau mengeluarkannya dalam gelas minum, sebagaimana dalam hadits riwayat Ibnu Majah, “Jika salah seorang kalian minum, maka janganlah bernafas di dalam gelas. Namun, jauhkanlah gelas itu dari mulutnya.”    

 

Keenambelas, Melumat sisa-sia makanan yang masih menempel pada jari-jari. Hal ini sebagaimana yang biasa dilakukan Rasulullah saw sebagaimana riwayat Anas.   

 

Ketujuhbelas, jika kita diberi makanan oleh seseorang, dimasakkan oleh pelayan atau istri, maka tunjukkanlah rasa gembira kepadanya dan mengajaknya makan bersama-sama. Jika ia tidak mau, ambilkan atau sisakanlah untuknya sebagai pengormatan.    

 

Kedelapanbelas, Rasulullah saw. mengajarkan kepada kita untuk selalu berbagi makanan dengan siapa saja, sebagaimana sabdanya, “Jika kalian memasak dalam sebuah wajan, maka perbanyaklah airnya agar tetangga kalian dapat turut menikmatinya.”    

 

Kesembilanbelas, Rasulullah saw. mengajarkan kepada kita agar menghindari makanan-makanan beraroma tidak sedap, seperti bawang, jengkol, petai, kecuali setelah dimasak sempurna sehingga hilang baunya.    

 

Keduapuluh, Rasulullah saw melarang makan atau minum sambil berdiri kecuali dalam keadaan darurat.    

 

Keduapuluh satu, Rasulullah saw. mencontohkan kepada kita untuk menggilir makanan atau minuman kepada orang lain. Beliau mengambil giliran yang terakhir setelah orang lain terbagi.    

 

Keduapuluh dua, Rasulullah saw mengajarkan agar selalu membersihkan sisa-sisa makanan yang ada di mulut dan bersiwak atau menyikat gigi setelah makan.    

 

Keduapuluh tiga, berdoa setelah makan, sebagai bentuk syukur kepada Allah, dan mengundang ampunan-Nya. Setidaknya, membaca doa berikut:

 

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَطْعَمَنِى هَذَا الطَّعَامَ وَرَزَقَنِيهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّى وَلاَ قُوَّةٍ   

 

Artinya: Segala puji hanya milik Allah, Zat yang telah memberikan makanan ini kepadaku dan memberikanya sebagai rezeki bagiku tanpa daya dan kekuatan dariku.

 

Demikianlah 23 etika dalam Islam yang dicontohkan Rasulullah saw. Etika tersebut menjadi landasan bagi umatnya agar selalu mengerjakan segala sesuatu dengan norma-norma dan rambu-rambu syariat. Sehingga apa yang dilakukan umat Islam akan selalu berdampak baik dan membawa kemaslahatan. 


Terkait