Pernik

Keteladanan Kaum Ansor: Jejak Suci Peristiwa Hijrah

Rabu, 20 Agustus 2025 | 17:42 WIB

Keteladanan Kaum Ansor: Jejak Suci Peristiwa Hijrah

Keteladanan Kaum Ansor: Jejak Suci Peristiwa Hijrah (Foto: Tebu Ireng Online)

Sejarah sebagai alarm kehidupan harus diceritakan terus menerus, agar tidak mati obor, seperti kisah kaum Ansor di zaman Nabi saw.  Dalam sejarah Islam, kaum Ansor mendapat posisi yang mulia, bahkan dipuji di dalam Al-Qur’an. Peran mereka sangat vital dalam peristiwa hijrahnya Nabi dari Makkah ke Madinah.

 

Siapakah kaum Ansor?

Secara harfiah, istilah “Ansor” berasal dari bahasa Arab yang berarti “penolong” atau “pendukung”. Dalam konteks sejarah Islam, kaum Ansor adalah masyarakat penduduk Madinah yang dengan sepenuh hati menyambut dan memberikan perlindungan kepada Nabi Muhammad saw beserta para pengikutnya yang melakukan hijrah dari Makkah ke Madinah. Mereka bukan sekadar penduduk biasa, melainkan komunitas yang memiliki semangat gotong-royong yang sangat tinggi serta komitmen kuat terhadap kebenaran dan keadilan.

 

Kaum Ansor, yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj, dikenal dengan solidaritasnya yang tinggi. Mereka tidak hanya membuka pintu rumah dan hatinya untuk menyambut Rasul dan kaum Muhajirin, tetapi juga bersedia berbagi risiko dan tantangan yang ada pada masa itu demi menegakkan dakwah Islam. Keikhlasan dan keberanian kaum Ansor inilah yang kemudian menjadi fondasi kuat bagi terbentuknya masyarakat Islam pertama yang kokoh di Madinah.

 

Sejarah kaum Ansor tidak bisa dilepaskan dari situasi sosial dan politik Madinah sebelum kedatangan Nabi Muhammad saw. Madinah pada masa itu terdiri atas berbagai suku yang saling berseteru, terutama dua suku utama yakni Aus dan Khazraj. Permusuhan yang telah berlangsung lama ini melemahkan kekuatan masyarakat Madinah dan membuat situasi menjadi sangat tidak stabil. Namun, kedatangan Nabi Muhammad saw membawa angin segar dan perubahan yang luar biasa dalam tatanan sosial dan keagamaan masyarakat tersebut.

 

Dengan ajaran Islam yang menekankan persatuan dan ukhuwah Islamiyah, Nabi berhasil menyatukan kaum Ansor dengan kaum Muhajirin yang baru saja hijrah dari Makkah. Peran kaum Ansor sangat vital dalam mengakhiri permusuhan lama dan membentuk komunitas yang harmonis serta kuat secara sosial dan spiritual. Perjanjian Aqabah menjadi tonggak awal yang mengawali ikatan kuat antara Nabi, Muhajirin, dan Ansor. Janji setia yang mereka buat bersama bukanlah sekadar sebuah formalitas, melainkan komitmen hidup yang menjadi dasar bagi berdirinya negara Madinah yang pertama.

 

Lebih dari itu, kaum Ansor dikenal sebagai kelompok masyarakat yang sangat ramah dan berani. Ketika Nabi Muhammad dan kaum Muhajirin tiba di Madinah, kaum Ansor menyambut mereka dengan penuh kasih sayang dan menyediakan tempat tinggal, makanan, serta perlindungan yang sangat dibutuhkan oleh Muhajirin. Sikap ini bukan sekadar keramahan biasa, tetapi merupakan sebuah pengorbanan besar yang menunjukkan betapa mereka mengutamakan kepentingan umat dan agama di atas kepentingan pribadi atau kelompok.

 

Keistimewaan kaum Ansor tidak hanya diakui dalam catatan sejarah Islam, tetapi juga mendapat penghargaan yang sangat istimewa dalam Al-Qur’an. Dalam Surah Al-Hasyr ayat 9, Allah swt secara eksplisit memuji kaum Ansor dengan menyatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang telah menempati Madinah dan telah beriman sebelum kedatangan kaum Muhajirin, mereka mencintai orang-orang yang berhijrah kepada mereka, tidak menghendaki apa pun dari apa yang diberikan kepada mereka, serta mengutamakan orang lain di atas dirinya sendiri walaupun mereka sedang dalam kesusahan. Allah swt menegaskan bahwa barangsiapa yang mampu memelihara dirinya dari kekikiran dan mengutamakan orang lain, maka merekalah orang-orang yang beruntung.

 

Pujian tersebut menegaskan karakter mulia kaum Ansor yang penuh dengan kasih sayang, dermawan, dan solidaritas tinggi. Mereka menunjukkan sikap yang jarang dimiliki oleh banyak orang, yaitu kemampuan mengutamakan kepentingan bersama dan orang lain meskipun dalam kondisi kesulitan pribadi. Ini bukan hanya pujian biasa, melainkan pengakuan ilahi atas sikap mulia yang menjadi fondasi utama dalam membangun masyarakat Islami yang kokoh dan penuh rahmat.

 

Peristiwa Hijrah merupakan titik balik yang sangat penting dalam sejarah Islam. Saat Nabi Muhammad saw dan para pengikutnya di Makkah menghadapi penindasan dan ancaman yang sangat hebat, mereka diarahkan oleh Allah untuk berhijrah ke Madinah, sebuah tempat di mana dakwah Islam dapat berkembang dengan aman dan mendapat dukungan penuh dari masyarakat setempat.
 

Kaum Ansor, sebagai penduduk Madinah, menerima para Muhajirin dengan tangan terbuka, menyediakan tempat tinggal, perlindungan, dan segala bantuan yang dibutuhkan. Mereka tidak hanya bertindak sebagai tuan rumah, tetapi juga menjadi mitra sejati dalam perjuangan dakwah Islam. Sikap ini membuka babak baru dalam sejarah Islam, di mana ukhuwah Islamiyah benar-benar diwujudkan dalam bentuk persaudaraan sejati yang melampaui batas suku, ras, dan latar belakang sosial.

 

Keberanian dan kesetiaan kaum Ansor juga terbukti dalam berbagai pertempuran penting yang melibatkan komunitas Muslim di Madinah, seperti Perang Badar dan Perang Uhud. Mereka rela mempertaruhkan nyawa demi mempertahankan kebenaran dan keadilan. Kesetiaan dan pengorbanan ini menjadi bukti nyata atas pujian Allah terhadap mereka dan menunjukkan bahwa mereka adalah penjaga perjuangan yang sejati.

 

Nilai-nilai kaum Ansor dalam konteks kekinian

Melihat ke masa kini, kaum Ansor sebagai kelompok pemuda Muslim di Indonesia mengambil inspirasi dari jejak sejarah ini dengan meneruskan tradisi nilai-nilai luhur kaum Ansor, yakni solidaritas, keikhlasan, keberanian, dan pengutamaan kepentingan umat di atas kepentingan pribadi. Mereka berperan aktif dalam berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan, menjaga toleransi antarumat beragama, dan memperkuat persatuan bangsa.

 

Spirit yang diwariskan dari Nabi dan kaum Ansor terdahulu menjadi landasan moral dan spiritual yang kokoh dalam membangun masyarakat yang adil, damai, dan beradab. Kaum Ansor modern tidak hanya menegakkan nilai-nilai historis tersebut secara simbolis, tetapi juga mengaplikasikannya dalam berbagai bentuk aksi nyata yang berdampak positif bagi masyarakat luas.

 

Peran kaum Ansor tidak semata-mata soal kekuatan fisik atau politik, melainkan juga tentang kepahlawanan dalam arti yang paling sejati, yaitu pengorbanan tanpa pamrih demi nilai-nilai yang lebih besar. Mereka menunjukkan bahwa kekuatan yang sebenarnya bukan berasal dari kekayaan atau materi, melainkan dari jiwa yang ikhlas, solidaritas yang kuat, dan iman yang teguh kepada Allah.

 

Kaum Ansor mengajarkan kita bahwa keberhasilan suatu komunitas terletak pada kemampuannya untuk saling mendukung, mengutamakan kepentingan bersama, dan tetap teguh pada nilai-nilai kebaikan meskipun menghadapi berbagai kesulitan. Sikap ini sangat relevan untuk menjaga keutuhan bangsa dan umat dalam menghadapi dinamika zaman yang penuh tantangan.

 

Dalam kehidupan sehari-hari, meneladani kaum Ansor berarti berani membuka hati dan tangan bagi sesama, mengutamakan kepentingan umat di atas kepentingan pribadi, serta berani berdiri teguh di atas kebenaran dan keadilan. Dengan spirit yang sama, setiap individu dapat menjadi “Ansor” dalam konteks modern sebagai penolong dan pelopor perubahan yang membawa kebaikan bagi umat dan bangsa.

 

H. Wahyu Iryana, Penulis Buku Historiografi Islam