Warta

Tasyakuran Harlah Ke-71 RMINU, PWNU Lampung Harap Pesantren Jadi Basis Penjaga Nilai Kebangsaan

Kamis, 22 Mei 2025 | 12:25 WIB

Tasyakuran Harlah Ke-71 RMINU, PWNU Lampung Harap Pesantren Jadi Basis Penjaga Nilai Kebangsaan

Plh Ketua PWNU Lampung, Prof Alamsyah saat menyampaikan sambutan pada Tasyakuran Harlah ke-71 RMINU di Pondok Pesantren Al Hidayat, Gerning, Rabu (21/5/2025). (Foto: Istimewa)

Pesawaran, NU Online Lampung 

Pelaksana Harian (Plh) Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Lampung, Prof Alamsyah menaruh harapan besar pada Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) PWNU Lampung atas penyelenggaraan setiap program yang akan dijalankan dan pesantren menjadi basis penjaga nilai ke-Islaman serta ke-Indonesiaan.

 

Hal tersebut disampaikan pada acara tasyakuran Hari Lahir (Harlah) ke-71 RMINU yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Al-Hidayat Gerning, Kabupaten Pesawaran, Rabu (21/5/2025) malam.

 

Ia mengatakan, pondok pesantren adalah tempat mencetak ulama dan kader-kader penerus bangsa, khususnya yang berpaham Ahlussunah wal Jamaah, berharokah An-Nahdliyah serta bernilai berwawasan kebangsaan.

 

"Lembaga pendidikan tertua di Indonesia adalah pondok pesantren. Sebelum Islam masuk ke Indonesia sudah ada sejenis pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan yang pengajarannya dilakukan oleh para pemuka agama lain," ujarnya.

 

Prof Alamsyah menjelaskan setelah Wali Songo masuk maka ditransformasikan dengan pendidikan keagamaan ke-Islaman dengan pengakulturasi budaya Indonesia. Inilah yang mendorong pesantren dapat bertahan hingga sekarang bahkan akan bertumbuh hingga hari kiamat.

 

Wakil Rektor UIN Raden Intan Lampung ini mengatakan, saat ini pondok pesantren yang berada di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU) berjumlah sekitar 27.000 lembaga pesantren.

 

"13.000 pondok pesantren di antaranya yang dengan tegas melabelinya dengan mengatasnamakan NU," tuturnya.

 

Ia melanjutkan, pondok pesantren juga sebagai fondasi kuat dalam merawat keberagaman yang ada di Indonesia. Hal ini menurutnya, karena keberagaman harus dijaga sebaik mungkin dan pesantrenlah sebagai pelopornya.

 

"Pondok pesantren selalu memberikan kekuatan dalam menjaga nilai kebangsaan di tengah keberagaman. Perbedaan inilah yang nantinya membawa kepada rahmatan lil alamin," ungkapnya.

 

Prof Alamsyah menyebut, pada masa dahulu pemberian nama pondok pesantren tidak dengan menggunakan Bahasa Arab tetapi dengan menggunakan nama lokasi dan tempat pendirian pesantren. 

 

"Seperti Pondok Pesantren Tebu Ireng, Langitan, Lirboyo, Sidogiri, dan lainnya. Hal ini sebagai wujud pengakulturasian dengan tidak menghilangkan identitas ke-Indonesiaan untuk menjaga nilai kebangsaan agar tetap lestari," katanya.

 

Menurutnya penggunaan nama dengan tidak menggunakan Bahasa Arab supaya juga tidak terjadi adanya kecurigaan terhadap pondok pesantren sebagai basis penjaga nilai dan laboratorium penguatan nasionalisme.

 

Prof Alamsyah turut memberikan tugas untuk RMI PWNU Lampung agar senantiasa memperhatikan  dan memperkuat citra pondok pesantren.

 

Sebagian besar masyarakat tinggal di perkotaan, sehingga hal ini tentu akan berdampak dengan lembaga pendidikan pondok pesantren dalam menunjukkan eksistensinya di tengah lingkungan masyarakat. 

 

Guru Besar Ilmu Hadits ini menyampaikan pentingnya untuk menjalankan program plangisasi pondok pesantren untuk menunjukkan eksistensi dan jati diri pondok pesantren NU. 

 

"Menurut data, banyak warga NU yang memondokkan anaknya bukan di pesantren NU, dan pemberian nama pondok NU untuk menunjukkan jati diri kepada masyarakat banyak," tuturnya.

 

Ia turut bangga dengan RMI PWNU Lampung dengan segala program yang ditawarkan. Ia menyebut bahwa RMI harus tetap berkoordinasi dengan PWNU Lampung dalam menurunkan program dari RMI PBNU. 

 

"Juga harus membangun kultur dalam menjadikan pondok pesantren sebagai tempat yang teduh dan nyaman dalam mendidik kader generasi penerus bangsa," ungkapnya.

 

Menurutnya, perjuangan khidmah di Nahdlatul Ulama (NU) salah satu jalan yang dapat ditempuh adalah dengan melalui pondok pesantren.

 

"Sewaktu menjadi pelajar melalui IPNU IPPNU, sewaktu menjadi mahasiswa melalui PMII, dan sewaktu purna mahasiswa melalui Ansor," pungkasnya.