Warta

Ramadhan, Bulan Turunnya Alquran

Senin, 12 Juni 2017 | 17:08 WIB

Ramadhan, Bulan Turunnya Alquran Oleh: Nindia Puspitasari (Alumnus Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta) “Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alquran sebagaI petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petujuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)”. (QS. Al Baqarah : 185) Ramadhan merupakan bulan yang selalu identik dengan Alquranul Karim, karena kenyataanya pada bulan Ramadhan inilah Alquran diturunkan atau yang sering kita sebut dengan Nuzulul Quran. Istilah Nuzulul Quran berasal dari bahasa Arab, yang terdiri dari dua kata, yaitu Nuzul dan Qur’an. Nuzul mempunyai arti “turun” atau “maqam yang tinggi sedangkan al-Qur’an yaitu “bacaan”. Jadi secara harfiah Nuzulul Qur’an adalah turunnya Alqur’an. Pengertian secara harfiah ini dinisbatkan kepada peristiwa penting penurunan wahyu Allah Swt pertama kepada Nabi sekalian Rasul Muhammad Saw. Secara simbolik Nabi Muhammad Saw mengilustrasikan bahwa Alqur’an untuk pertama kali diturunkan dari “Lauhul Mahfudz” (batu tulis yang terjaga) sampai ke “Baytil ‘Izzah” (langit dunia) yaitu pada malam “Lailatul Qadr” di bulan Ramadhan. Mayoritas para ulama telah bersepakat bahwa dari “Baytil Izzah” ini malaikat Jibril As kemudian mengantarkannya kepada nabi Muhammad Saw secara bertahap, step by step, selama kurun waktu sekitar 23 tahun. Terdapat beberapa pendapat mengenai tanggal turunnya Alqur’an. Ada yang mengatakan di hari-hari ganjil pada sepuluh hari terakhir (‘asyrul awakhir) di bulan Ramadhan. Ada pula yang mengatakan persisnya pada 27 Ramadhan. Dan ada lagi  pendapat mengatakan pada tanggal 17 Ramadhan yang direlevansikan dengan Lailatul Qadr. Relevansi ini berkaitan dengan isyarat Allah Swt antara surat al-Qadr ayat 1 dan surat al-Anfal ayat 41 : “...jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan (Alqur’an) kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan”. Maksud dari Furqan atau hari bertemunya dua pasukan ini adalah terjadinya pertempuran Badr. Pertempuran yang terjadi pada tanggal 17 Ramadhan 02 H, yang persisnya jatuh pada hari Selasa 13 Maret 624 M. Sementara bagi kebanyakan orang Indonesia khususnya umat Islam, Nuzulul Qur’an  diperingati pada tanggal 17 Ramadhan. Karena itu, setiap tanggal 17 Ramadhan, umat Islam di Indonesia menjadikannya seolah sebagai tradisi yang lestari dengan mengadakan berbagai acara keislaman. Ada yang mengadakan khataman Alquran, menggelar tabligh akbar dengan bertemakan Nuzulul Quran, berdzikir secara berjamaah dan lain sebagainya. Hal itu dimaksudkan untuk memperingati hari turunnya Alqur’an (Nuzulul Qur’an). Bersamaan dengan peringatan Nuzulul Quran, sudah saatnya bagi kita umat muslim menjadikan momentum Ramadhan sebagai momentum untuk memperbaiki dan meningkatkan interaksi kita dengan Alquran.  Sebagaimana dinyatakan dalam sebuah hadist Ibnu Mas’ud “Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Alqur’an dan mengajarkannya”. Mempelajari dan mengajarkan disini tidak terbatas dalam konteks bacaannya saja, akan tetapi lebih dari itu. Mempelajari dan mengajarkan nilai-nilai ajaran Alqur’an secara utuh dan menyeluruh. Alqur’an merupakan firman Allah Swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai pedoman bagi manusia dalam menata kehidupan demi mencapai kebahagiaan lahir dan batin di dunia maupun di akhirat. Konsep-konsep yang dibawa Alquran selalu relevan dengan problem yang dihadapi manusia, karena itu Alqur’an turun untuk mengajak manusia berdialog dengan penafsiran sekaligus memberikan solusi terhadap problem yang dihadapi manusia dimanapun berada. Posisi Alquran bagi umat muslim, di samping menjadi penawar bagi segala penyakit ruhani dan jasmani juga menebar rahmat bagi diri dan lingkungan sekitarnya. Dengan turunnya Alquran kita perlu membaca, menghayati dan mengamalkan segala titah Alquran demi meraih hidup yang penuh ridha dan maghfirah Allah Swt. Tanpa itu semua, Alquran tidak akan menjadi pedoman apa-apa bagi para pembacanya. Dengan demikian, tidak berlebihan untuk kita mulai membangun pribadi Qur’ani yang akan berlanjut kepada membangun keluarga Qur’ani yang mudah-mudahan dari sini akan lahir masyarakat Qur’ani dan generasi Qur’ani yang mutamayyiz dan farid (unik dan berbeda) karena mereka adalah kekasih Allah Swt dan orang pilihan-Nya. Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya bagi Allah kekasihnya dari manusia. Mereka adalah para pembawa (penghafal) Alqur’an. Merekalah kekasih Allah dan orang pilihan-Nya”. Semoga kita semua termasuk kedalam orang-orang pilihan Allah Swt, yang benar-benar memahami al-Qur’an, menjadi pengamal al-Qur’an dan selalu istiqomah di jalan yang diridhoi Allah Swt. Aminnn (*)