Warta

Qunutan, Sedekah yang Dibalut Tradisi

Selasa, 21 Juni 2016 | 14:44 WIB

ADA sebuah kebiasaan yang dilakukan sebagian masyarakat muslim ketika Bulan Ramadhan memasuki separuh perjalanan atau masuk hari ke-15, yaitu melakukan “Qunutan” atau saling berbagi dengan sesama. Istilah qunutan adalah sebuah sebutan dan juga sebagai pertanda bahwa Bulan Ramadhan sudah dijalankan selama 15 hari. Artinya, separuh bulan lagi akan memasuki Bulan Syawal atau Lebaran. Biasanya saat seperti itu ditandai dengan membaca doa qunut dirakaat terakhir Sholat Witir, setelah Sholat Tarawih. Lalu, bolehkah qunutan dilakukan dan tidakkah melanggar syari`at Islam? Qunutan adalah salah satu  cara masyarakat melakukan perbuatan baik, yakni bersedekah yang dilaksanakan pada tanggal 15 Ramadhan. Qunutan juga disimbolkan dengan ketupat dibelah dua. Itu memiliki makna bahwa perjalanan Bulan Ramadhan sudah melewati paruh pertama, menyisakkan separuh yang terakhir. Dan biasanya pada separuh yang terakhir inilah akan dijalani dengan berat. Begitu dikatakan Katib Syuriah PWNU Lampung, KH.Ihya `Ulumudin. Oleh karenanya, di samping melakukan banyak sedekah, pada malam hari ketika Sholat Tarawih juga ulama fiqh menganjurkan untuk membaca doa qunut. Karena doa qunut bisa digunakan untuk menolak bala` (musibah).  Sebab 15 hari yang terakhir Bulan Ramadhan akan banyak sekali godaan yang dialami oleh umat Islam dalam berpuasa, sehingga diharapkan umat Islam tetap kuat beribadah puasa meskipun berat dan banyak godaan. “Tradisi qunutan adalah merupakan tradisi yang baik dan tidak melanggar syariat, karena hakikatnya di dalamnya itu adalah kegiatan bersedekah. Hanya saja dibungkus dengan sebuah tradisi yang sudah beredar di masyarakat,” jelasnya. (Sunarto)