Pentingnya Keseimbangan Pendidikan
Oleh: Echa ArsyaÂ
DI MULAI sejak Desember 2019, pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) merebak hingga saat ini. Belum bisa dipastikan sampai kapan wabah ini akan berakhir.
Hampir setiap hari kita menerima laporan terkait Covid-19 dari negara dan wilayah yang tersebar di seluruh dunia. Pasien dinyatakan positif dikabarkan selalu meningkat. Begitupun angka kematian ikut bertambah juga, ya walaupun sejujurnya saya merasa kurang percaya akan data yang disebarluaskan. Bisa jadi data yang sebenarnya tidak sebanyak itu, atau bisa juga tidak sesedikit itu. Hanya pihak kesehatan, badan yang bertugas dan pihak pemerintah yang tahu pasti.
Kita sebagai masyarakat yang hanya mengetahui informasi dari media, dari omongan tetangga juga karena penyebarannya lebih cepat ketimbang membaca berita yang lebih akurat. Namun, tidak banyak masyarakat merasa takut dan tidak banyak juga masyarakat merasa tidak takut. Nyatanya, kehadiran media tidak begitu mempengaruhi.Â
Merebaknya Covid-19 ini mengharuskan semua kegiatan yang di luar rumah dilakukan di rumah aja, seperti bekerja, belajar, beribadah tidak terkucuali lebih baik dilakukan di rumah saja. Dilarang melakukan perkumpulan, sampai tradisi mudik juga ditiadakan demi menjaga kebaikan kita semua.
Begitu kata yang terdengar akhir-akhir ini. Hal itu perlu dilakukan guna meminimalisir kontak fisik secara massal sehingga dapat memutus mata rantai penyebaran virus tersebut.
Dampak adanya kebijakan ini mengakibatkan sistem pembelajaran terguncang. Beberapa kegiatan pendidikan seperti ujian nasional, praktek lapangan ditiadakan. Proses belajar yang biasanya dilakukan bertatap muka, kini sepenuhnya diubah menjadi daring. Proses seperti ini menimbulkan kepanikan bagi pelajar. Karena pada masa ini bisa juga dibilang masa ketidakpastian bagi pelajar.
Beberapa pelajar mungkin juga mengalami ketakutan bahwa mereka tidak mendapatkan bekal yang cukup untuk menghadapi ujian, terutama pelajar yang berada di semester akhir, baik di tingkat sekolah menengah atau tingkat mahasiswa.
Beberapa pelajar juga mengalami penurunan motivasi belajar secara signifikan. Kebosanan belajar yang terkesan itu-itu saja, ditambah kepenatan tugas yang terasa melebihi kemampuan pelajar. Banyaknya tugas dari guru seringkali menjadi keluhan dalam pembelajaran daring. Jangan sampai pembelajaran daring hanya menghasilkan peserta didik sebagaimana robot yang hanya melulu mengerjakan latihan soal dengan seabreg tugas-tugas tanpa mampu berpikir dalam level tinggi.Â
Beban belajar peserta didik tentunya harus diperhitungkan, terukur, baik secara materi maupun waktu. Meskipun pembelajaran jarak jauh, sapaan, respon, dan umpan balik atau penghargaan terhadap tugas yang dikerjakan merupakan hal yang tidak boleh dilupakan.
Jangan sampai ada asumsi, peserta didik merasa diperdayai karena banyaknya tugas yang diberikan, tetapi tidak ada umpan balik dari guru, seperti pekerjaan yang sudah dikerjakan maksimal tapi guru tidak mengoreksi.
Ternyata pembelajaran daring yang sudah berjalan, di ranah praksis banyak menimbulkan permasalahan. Tapi alangkah tidak bijak kalau serta merta menyalahkan para guru/dosen. Dalam situasi darurat, guru/dosen sudah bertindak cepat agar pembelajaran bisa berjalan efektif. Ponsel yang semula hanya sebagai media komunikasi, sekarang bermulti fungsi. Termasuk dalam memberikan materi dan tugas dalam durasi yang sangat pendek. Belajar memang tidak selalu mudah, ini saatnya bagi kita untuk berinovasi, bereksperimen dan lebih mendengarkan hati nurani kita.
Perlu dipahami di tengah krisis yang diakibatkan oleh wabah Corona ini, telah memberikan pembelajaran kepada seluruh elemen pendidikan, mulai dari guru, siswa hingga orang tua murid. Melalui situasi dan kondisi saat ini para guru pada akhirnya harus beradaptasi dengan melakukan metode pembelajaran daring (Online). Begitupun untuk murid, mereka juga memahami bahwa proses belajar dapat dilakukan dimana saja.
Di sisi lain, dari situasi ini juga orang tua murid seharusnya menyadari betapa sulitnya menjadi seorang guru, menjadi guru bagi anaknya sendiri itu sulit apalagi jika menjadi guru di sekolah yang bukan anaknya sendiri, tapi ia dituntutut untuk mencerdaskan anak orang lain. Sehingga, penting dengan adanya Covid-19 ini membentuk rasa empati para orang tua kepada guru, dan menyadari bahwa pendidikan anak yang utama itu ada di rumah. (*)
Terpopuler
1
Tata Cara dan Doa Lengkap Menyembelih Hewan Kurban
2
Lafal Takbiran Idul Adha dan Waktu Membacanya
3
Ini 6 Amalan Sunnah pada Hari Raya Idul Adha, 6 Juni 2025
4
Khutbah Jumat: Semua Manusia Sederajat di Hari Raya Kurban
5
Keutamaan Hari Tasyrik dan Amalan yang Dapat Dilakukan
6
Hukum Kurban dengan Hewan Betina
Terkini
Lihat Semua