Warta

Peluncuran Program Padat Karya LPBINU kerjasama dengan Menteri Ketenagakerjaan RI

Selasa, 16 November 2021 | 23:10 WIB

Peluncuran Program Padat Karya LPBINU kerjasama dengan Menteri Ketenagakerjaan RI

Ketua LPBINU M Ali Yusuf sedang memaparkan konsep padat karya

Jakarta, NU Online Lampung 
Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) bekerjasama dengan Kementerian Ketenagakerjaan (Menaker) melalui program padat karya. Kegiatan ini dilaksanakan di Jakarta, Senin (15/11).

 

Pemilihan program ini berdasarkan analisis sanitasi lingkungan dan dampak kekeringan, banjir, dan longsor yang sering terjadi. Sehingga nantinya program ini tidak hanya menyerap tenaga kerja yang terdampak Covid-19, namun juga pelestariaan jangka panjang. 

 

Dalam kegiatan yang juga disiarkan di kanal Youtube TVNU
itu dihadiri Wakil Sekretaris Jendral PBNU H Andi Najmi Fuaidi yang juga sebagai pembina dan penasehat LPBINU, Menteri Ketenagakerjaan yang diwakili oleh Staf Khusus Titi Mashudah, perwakilan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU), Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU), dan berbagai stakeholder pemerintahan.

 

Ketua LPBINU, M Ali Yusuf mengatakan bahwa air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui yang artinya banyak dan melimpah. "Tetapi keadaan yang banyak ini, membuat kebanyakan orang tidak mampu mengelolanya secara baik. Sehingga dapat menimbulkan berbagai mudharat seperti banjir, kekeringan, dan sebagainya," ungkapnya.

 

Dengan melimpahnya sumber daya air yang ada di Indonesia, diperlukan untuk pengelolaan yang baik untuk dapat dimanfaatkan. Namun defisit air juga dapat terjadi jika populasi manusia tinggi, menurunnya daya dukung lingkungan, dan dampak perubahan iklim. 

 

"Program kerjasama yang dilakukan LPBINU dan Menaker ini merupakan salah satu upaya dalam menyelamatkan keberadaan air dengan instalasi permanen air hujan, sumur resapan, penghijauan, biopori, dan pemanfaatan bekas air wudhu menjadi air bersih di pondok pesantren, "paparnya.

 

Ali Yusuf melanjutkan, penyelamatan air bersih ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, dengan vegetasi melalui banyak menanam dan tidak melakukan ahli fungsi lahan hijau.

 

Kedua, konstruksi seperti program yang sedang dijalankan ini yaitu permanenan air hujan dalam wujud menabung air hujan. Jika sebagian orang banyak membiarkan begitu saja air hujan, namun pihaknya justru menabungnya untuk dapat dimanfaatkan. 

 

Kemudian pemanfaatan bekas air wudhu dimana air merupakan air yang penuh keberkahan karena di dalamnya dibacakan doa. Selanjutnya, pembuatan lubang biopori yang dimanfaatkan sebagai upaya penabungan air hujan agar tidak terbuang sia-sia begitu saja.

 

"Program-program ini dilaksanakan di 7 provinsi dan di 15 kabupaten/kota yang selama ini mengalami dampak kebanjiran di musim hujan, dan kekeringan di musim kemarau, " tambah Ketua LPBINU itu. 

 

(Dian Ramadhan)