Warta

KH. M. Saifuddin Fathoni dan Kegigihan Mendirikan Pondok Pesantren Minhadlul Ulum

Senin, 30 Juli 2018 | 08:24 WIB

LAMPUNG TIMUR- Ba'da Isya, seorang pria terlihat susah payah menarik gerobak berisi penuh bata merah. Ia menarik sendiri gerobak tersebut dengan pundaknya karena saat itu tak ada (hewan) Sapi yang bisa digunakan untuk membantunya. Mulanya, beberapa orang santri membantu mendorong gerobak dari belakang. Tapi kedatangan seekor anjing liar yang tiba-tiba membuat para santri ketakutan dan kemudian malah ikut naik beramai-ramai ke dalam gerobak. Alhasil, pria tersebut terpaksa bekerja sendiri menarik muatan bata tersebut, plus tambahan beban ratusan kilo berat badan para santrinya. Demikian sekelumit kisah sulitnya KH. M. Saifuddin Fathoni saat mendirikan Pondok Pesantren Minhadlul Ulum di Batanghari, Lampung Timur puluhan tahun silam. Muhammad Saifudin Fathoni lahir di Ratnadaya Raman Utara pada 19 Juni 1961. Semasa kecil, putera ketiga dari pasangan Bapak Ahmad Jaiz dan Ibu Sami' belajar mendalami ilmu agama kepada KH. Ahmad Nuruddin An-Nawawi di Pondok Pesantren Riyadlotul Ulum Batanghari Lampung Timur. Selepas di sana, beliau meneruskan mondok/nyantri kepada KH. Busyro Ilyas di Kroya Cilacap Jawa Tengah. Ia juga terus tabarukan kepada beberapa ulama dan kiai sepuh di Pulau Jawa. Kembali ke Lampung, ia menikahi seorang santriwati dari Pondok Pesantren Riyadlotul Ulum Batanghari Lampung Timur. Sebelumnya, santri putri itu pernah nyantri di Pondok Pesantren Al-Hidayat Gerning. Santri putri itu bernama Nyai Hj. Maryam Maulida, putri ke-4 dari pasangan H. Ali Asmuni dan Hj. Lutfiyah. Kegiatan dakwah agama Muhammad Saifudin Fathoni dimulai tahun 1989. Beliau memulai dakwah agama di Desa Trimulyo melalui majelis-majelis taklim yang dirintisnya. Ia juga mengajar ngaji anak-anak di sekitar tempat tinggalnya, yakni di rumah H. Ali Asmuni, mertua beliau di Dusun Wonorejo, Desa Trimulyo. Pada tahun 1994, Kiai Saifuddin diminta untuk tinggal dan mengajar ngaji di Masjid Al-Ikhlas oleh para tokoh masyarakat setempat. Dengan hasil gotong-royong para tokoh dan masyarakat berdirilah sebuah rumah bambu sederhana di halaman masjid Al-Ikhlas, sebagai tempat menetap Kiai Saifuddin dan keluarganya. Pada Agustus 1997, beliau mendirikan Pondok Pesantren Minhadlul Ulum di Dusun Wono Rejo, Desa Trimulyo Kecamatan Tegineneng. Tapi proses mendirikan pondok ini sangatlah sulit dan penuh rintangan. Keterbatasan dana menjadi tantangan yang paling berat. Tapi Kiai Saifuddin selalu menguatkan hati. "Intansurullah Yansurukum." Begitu pesannya semasa hidup. Bersama beberapa sahabat, diantaranya H. Suhadi, Rohmat Cahyono, Imam Bahrudin, H. Lukman, H. Zuhri dan istrinya, Nyai Maryam, upaya membangunan pondok terus dilakukan. Bermula dari perjuangan beliau yang penuh kesabaran dan keikhlasan, akhirnya pada tahun 1999, Allah memberikan sebidang tanah seluas kurang lebih satu hektar melalui almarhum Bapak Sariyo yang merelakan tanahnya dijual seharga Rp12.000.000 dengan cara diangsur selama beberapa tahun. Dan pada akhirnya Pondok Pesantren Minhadlul Ulum bisa berdiri dan diakui eksistensinya oleh pemerintah dan masyarakat luas. Selain mengajar di pesantren, Kiai Saifuddin juga berjuang dan dakwah di dunia pemerintahan dengan terjun ke dunia politik. Ia pernah duduk sebagai anggota DPRD Kabupaten Lampung Selatan periode 2004-2009. Selesai masa jabatannya, Kiai Saifuddin mendapatkan amanah dari Rois ‘Aam Jam'iyyah Ahlith Thoriqoh Al-Mu'thabaroh An-Nahdliyyah, yakni Habib Lutfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya untuk fokus membina jamaah bersama Habib Yahya bin Hamid Assegaf menggawangi organisai Idaroh Wustho Jam'iyyah Ahlith Thoriqoh Al-Mu'thabaroh An-Nahdliyyah Provinsi Lampung, juga para santri dan juga jamaah sekitar. Sejak itulah beliau hari-harinya ada diantara semua golongan, baik pemerintah, para habib, para kiai dan juga masyarakat tanpa pandang bulu. Aktivitas Kiai Saifuddin mulai berkurang saat Allah mengujinya dengan penyakit yang tak kunjung membaik. Meski telah berganti dan berpindah perawatan medis, kesehatannya tak juga membaik. Jumat, 29 Desember 2017 sekitar pukul 11.40 WIB, Kiai Saifuddin Fathoni tutup usia. Ia kembali ke Rahmatullah sebagai salah satu syuhada. (Ditulis oleh Muhammad Candra Syahputra) Â