Warta

Ketua PBNU: Nahdlatul Ulama Bukan Hanya Jam’iyyah, Tapi Sudah Menjadi Peradaban

Sabtu, 26 Oktober 2024 | 07:09 WIB

Ketua PBNU: Nahdlatul Ulama Bukan Hanya Jam’iyyah, Tapi Sudah Menjadi Peradaban

Ketua PBNU Prof KH Moh Mukri saat memberikan arahan pada Muskerwil PWNU Lampung, JUmat (25/10/2024). (Foto: Rizky)

Bandar Lampung, NU Online Lampung

Hari ini organisasi Nahdlatul Ulama (NU) bukan hanya sebagai Jam’iyyah (keorganisasian) semata, tetapi sudah menjadi peradaban dunia.


Hal tersebut disampaikan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Prof KH Moh Mukri pada Musyawarah Kerja Wilayah (Muskerwil) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Provinsi Lampung di Auditorium Lamban Raden Intan Kompleks Pascasarjana UIN Raden Intan Lampung, Jumat (25/10/2024). 


Ia mengatakan bahwa peradaban yang dibangun NU sudah menjadi identitas khusus, sehingga jika ada yang mengenakannya maka orang akan menyangka bahwa dia NU.


“Mengenakan peci hitam merupakan budaya pakaian di Indonesia, tetapi juga sudah menjadi identitas nasional, terutama kalangan NU, dan mayoritas warga NU mengenakan peci hitam di aktivitas hariannya. Begitu juga dengan sarung,” ujarnya.


Maka dari itu, lanjutnya, kita harus bangga menjadi NU dengan segala atributnya. “Dulu pada tahun 80-an mencari rektor yang NU sulit, sekarang bisa kita saksikan bersama. Di mana-mana akan kita jumpai warga NU, di segala sektor dan bidang,” tuturnya.


Organisasi NU selalu menjadi Jam’iyyah yang menjawab tantangan zaman, sehingga dengan tema meneguhkan kemandirian menjadikan NU selalu berdikari di masyarakat.


“Ukuran orang ber-NU, bukan dari siapa yang memiliki harta, tetapi siapa pun yang senang dengan amaliah NU maka dia NU, meski dia tidak mau mengaku NU. Dan tujuan ber NU juga itu menjadikan amaliah Ahlussunah wal Jama’ah,” kata Rektor UNU Blitar itu.


Menurutnya warga NU harus kompak jangan berjalan individual. “Dalam NU jangan berjalan sendiri-sendiri, harus terstruktur, kolaborasi dan terukur antara lembaga, badan otonom dan juga struktural,” katanya. 


NU juga merupakan organisasi yang selalu relevan dengan dengan pribadinya, relevan dengan jam’iyyah dan relevan dengan jamaah.


Sementara itu, Ketua Panitia Pelaksana, Safari Daud menyatakan bahwa Muskerwil memiliki arti penting yaitu sebagai wadah evaluasi terhadap program kerja yang telah dilaksanakan, serta menyusun rencana strategis ke depannya.


“Acara ini diikuti oleh 246 peserta dari 15 Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama, 18 Lembaga, dan 14 Badan Otonom. Muskerwil I akan berlangsung selama dua hari, 25–26 Oktober 2024,” katanya.