
Wakil Sekretaris LF PBNU Marufin Sudibyo saat menyampaikan ikhbar PBNU terkait awal bulan Dzulhijjah 1445 H (Foto: Tangkapan layar Youtube TVNU)
Dian Ramadhan
Penulis
Jakarta, NU Online Lampung
Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) mengikhbarkan bahwa hilal dapat teramati di beberapa daerah di Indonesia. Sehingga awal Dzulhijjah jatuh pada Sabtu, 8 Juni 2024, dan Idul Adha bertepatan dengan Senin 17 Juni 2024.
“Berdasarkan laporan LF PBNU di beberapa daerah dilaporkan dapat melihat hilal maka bulan Dzulqa’dah hanya 29 hari. Atas dasar tersebut dan sesuai Al-Madzhahib Al-Arba’ah dengan ini PBNU mengikhbarkan bahwa 1 Dzulhijjah jatuh pada Sabtu Legi 8 Juni 2024, dan Idul Adha 1445 H bertepatan dengan Senin Kliwon 17 Juni 2024,” ujar Wakil Sekretaris LF PBNU, Muhammad Ma’rufin Sudibyo.
Ia melanjutkan, kepada warga Nahdlatul Ulama dan umat Islam pada umumnya di Indonesia kami mengajak memperbaiki amal saleh, menjaga ukhuwah, dan menjalin silaturahim dengan penuh sukacita kepada sesama. “Semoga kita dapat menjalani amal ibadah dan amaliah di bulan Dzulhijjah dengan baik,” ungkapnya.
Adapun data hilal pada 29 Dzulqa’dah 1445 H atau bertepatan dengan Jumat (7/6/2024), menunjukkan hilal sudah di atas ufuk, yakni +9 derajat 16 menit 26 detik dengan elongasi 12 derajat 43 menit 37 detik dan lama 42 menit 52 detik untuk titik Jakarta dengan markaz Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya Jakarta Pusat (koordinat 6º 11’ 25” LS 106º 50’ 50” BT).
Sementara itu, ijtima (konjungsi) terjadi pada Kamis Wage, 6 Juni 2024 M pukul 19:39:45 WIB. Adapun posisi matahari terbenam terletak pada 22 derajat 49 menit 25 detik utara titik barat dan letak hilal pada 29 derajat 56 menit 43 detik utara titik barat.
Adapun kedudukan hilal pada 7 derajat 07 menit 18 detik utara Matahari dengan keadaan hilal miring ke utara. Hal tersebut menunjukkan bahwa hilal awal bulan Dzulhijjah 1445 H ini sudah memenuhi kriteria imkanurrukyah untuk seluruh wilayah Indonesia.
Tinggi hilal terbesar terjadi di Lhoknga, Aceh dengan ketinggian +11 derajat 08 menit, elongasi hilal haqiqy 13 derajat 16 menit, dan lama hilal di atas ufuk 49 menit 53 detik.
Sementara ketinggian hilal terkecil terjadi di Merauke, Provinsi Papua Selatan dengan ketinggian +7 derajat 53 menit, elongasi hilal haqiqy 11 derajat 37 detik dan lama hilal di atas ufuk 36 menit 37 detik.
Penghitungan ini dilakukan dengan metode falak (hisab) tahqiqi tadqiki ashri kontemporer khas Nahdlatul Ulama. Posisi hilal juga melampaui kriteria Imkanur rukyat Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS), yang mensyaratkan tinggi hilal 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat.
(Dian Ramadhan)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Bulan Dzulhijjah dan Keutamaan 10 Hari Pertamanya
2
Puasa Dzulhijjah: Dalil, Keutamaan, Waktu, dan Tata Caranya
3
Resmi Dilantik, Berikut Susunan Kepengurusan PMII Komisariat Unila Masa Khidmah 2025-2026
4
Khutbah Jumat: Raih Pahala dan Keutamaan Berkurban, di Bulan Dzulhijjah
5
Anjuran Memperbanyak Dzikir pada 10 Hari Pertama Dzulhijjah
6
MWCNU Rebang Tangkas Siap Jadi Tuan Rumah Yaumul Ijtima' dan Pelantikan Pengurus Baru 2025-2030
Terkini
Lihat Semua