ALLAH Taala telah meyakinkan Nabi Saw bahwa umatnya tidak akan binasa karena bencana alam, wabah menular, kemarau, kelaparan dan lain-lain. Tetapi yang sangat dikhawatirkan Nabi Saw adalah ketika umatnya saling membinasakan satu sama lain.
Bercermin pada perang di Timur-Tengah, umat muslim saling membinasakan satu sama lain. Bukannya berjuang melepaskan diri dari dominasi Amerika dan bukan pula mencari jalan keluar untuk mengatasi penjajahan Israel di Palestina. Mereka malah perang saudara berebut kekuasaan antara Penguasa Vs Oposisi, serta antara Sunni vs Syiah.
Perang Timur-Tengah adalah perang paling memalukan. Kerana perang ini dibalut dengan kedok Agama (Jihad). Padahal itu semua hanyalah perebutan kekuasaan yang akan menghancurkan bangsa mereka sendiri.
Islam mengharamkan perpecahan, sampai-sampai Rasulullah SAW melarang kita membaca Al-Qur'an kalau hanya untuk dipertentangkan makna dan penafsirannya.
Sebagaimana hadits yang telah kami sebutkan sebelumnya: "Bacalah Al-Qur'an selama bacaan itu dapat menyatukan hati kalian, tetapi jika kalian berselisih, hentikanlah bacaan itu" (Shahih Al-Bukhari, no. 5062).
Maksudnya pergi dan bubarlah kalian jangan berlarut-larut dalam pertentangan dan perselisihan. Rasulullah SAW juga pernah mengingatkan:
دَبَّ إِلَيْكُمْ دَاءُ اْلأُمَمِ قَبْلَكُمْ الْحَسَدُ وَالْبَغْضَاءُ هِيَ الْحَالِقَةُ, لاَ أَقُولُ تَحْلِقُ الشَّعَرَ, وَلَكِنْ تَحْلِقُ الدِّيْنَ, وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لاَ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوْا, وَلاَ تُؤْمِنُوْا حَتَّى تَحَابُّوْا (سنن الترمذي: 2510, ومسند أحمد: 1338).
Artinya:
"Telah menjangkiti kalian penyakit umat-umat terdahulu sebelum sebelum kalian (yakni): Kedengkian dan Permusuhan. Permusuhan adalah pencukur. Aku tidak mengatakan pencukur rambut, tetapi pencukur agama. Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan kalian tidak akan (dianggap) beriman hingga kalian saling mencintai (sesama muslim)" (Sunan at-Tirmidzî, no. 2510; dan Musnad Ahmad, no. 1415, 1433).
Nabi SAW mengemukakan bahwa saling mendengki yang berhujung pada saling manyalahkan dan bahkan permusuhan adalah sifat dan karakter dasar umat terdahulu sebelum Islam (Yahudi dan Nasrani). Sayangnya tanpa disadari hal ini lambat laun telah menjangkiti umat Islam. Selain karena saling mendengki, sebab lainnya karena mereka merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka masing masing. Ia merasa pemahaman ke-islaman-nyalah yang paling "shahih", sehingga ia berkepentingan untuk menyalahkan yang lainnya. Ingatlah firman Allah SWT yang artinya:
"Sesungguhnya (agama Tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, Maka bertakwalah kepada-Ku. Kemudian mereka (pengikut-pengikut Rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing)" (Q.S. Al-Mukminun: 52-53).
Pada dasarnya terjadinya perpecahan merupakan ujian keimanan. Maksudnya apabila umat ini terjebak dalam perpecahan, kemudian diantara mereka ada orang-orang yang mengupayakan persatuan, saling memahami dan saling toleransi, maka semakin meningkat keimanan mereka. Tetapi apabila diantara mereka ada yang justeru lebih asyik untuk saling menyalahkan dan mencari-cari kelemahan masing-masing, maka rusaklah keimanan mereka.
Untuk itu renungilah riwayat berikut ini, bahwa Imam Ahmad meriwayatkan dari Khabbab bin al-Arat, "Aku pernah menyertai Rasulullah SAW shalat semalam penuh. Setelah fajar beliau mengakhiri shalatnya, lalu aku bertanya, "Wahai Rasulullah, pada malam ini, engkau melakukan shalat tidak seperti hari-hari biasanya?". Rasulullah SAW kemudian menjawab:
سَأَلْتُ رَبِّي ثَلاَثًا فَأَعْطَانِي ثِنْتَيْنِ وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً, (1) سَأَلْتُ رَبِّي أَنْ لاَ يُهْلِكَ أُمَّتِي بِالسَّنَةِ, فَأَعْطَانِيْهَا. (2) وَسَأَلْتُهُ أَنْ لاَ يُهْلِكَ أُمَّتِي بِالْغَرَقِ, فَأَعْطَانِيهَا. (3) وَسَأَلْتُهُ أَنْ لاَ يَجْعَلَ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ فَمَنَعَنِيهَا (صحيح مسلم: 2890).
Artinya:
"Aku meminta kepada Allah tiga hal, lalu Dia mengabulkan dua hal dan menolak satu hal. (Pertama) Aku meminta kepada Allah agar tidak membinasakan ummatku dengan bencana assanah(Kemarau, Wabah menular, kelaparan), lalu Allah mengabulkannya bagiku. (Kedua) Aku meminta kepada Allah agar jangan membinasakan ummatku dengan al-Gharaq (Bencana Alam, Gempa, Tsunami, dll), lalu Dia mengabulkannya. Dan (Ketiga) aku meminta kepada Allah agar umatku tidak saling membinasakan sesama mereka, tetapi Allah masih menahannya" (Musnad Ahmad, no. 1519; dan Shahih Muslim, no. 2890).
Petaka yang terakhir inilah yang sangat dikhawatirkan Nabi Saw jika menimpa ummatnya.
( وَاَللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ )
(H Suparman Abdul Karim/LDNU PWNU Lampung & MUI Komisi Dakwah Lampung/ Khutbah Jumat Masjid Baitul Mukmin, 6 Maret 2020)
Terpopuler
1
Khutbah Idul Adha: Kurban sebagai Aspek Spiritual dan Kepedulian Sosial
2
Bacaan Doa Wukuf di Arafah dari Rasulullah Saw
3
Bacaan Doa dan Dzikir saat Wukuf di Arafah
4
Bacaan Niat Puasa Arafah 5 Juni 2025, Menghapus Dosa 2 Tahun
5
Khutbah Idul Adha: Meneladani Kisah Nabi Ibrahim dan Ketauhidan yang Totalitas
6
Lafal Takbiran Idul Adha dan Waktu Membacanya
Terkini
Lihat Semua