Warta

Ada 20 Ribu Santri Meninggal Saat Resolusi Jihad

Sabtu, 22 Oktober 2016 | 08:48 WIB

LAMPUNG TENGAH:  Resolusi Jihad yang dikumandangkan oleh Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945, telah membakar semangat ribuan santri dan ulama untuk  turun langsung mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Peperangan itu terjadi sejak tanggal 23 Oktober dan puncaknya pada 10 November 1945. Demikian disampaikan Katib Syuriah PBNU, KH Mujib Qulyubi, dalam tausyiah usai pembacaan Sholawat Nariyah serentak yang dipusatkan di Pondok Pesantren Darussa’adah, Lampung Tengah, Jumat (21/10) malam.  Pembacaan sholawat  di pesantren milik KH Muhksin Abdillah itu merupakan salah satu dari sembilan titik sentral sholawat nariyah secara nasional. Di sela-sela pertempuran itu, Bung Tomo sempat bertanya pada Hadratus Syekh, apa yang harus diperbuat. Ketika itu, Hadratus Syekh menjawab,” Teruskan Perlawanan.” [caption id="attachment_6659" align="alignnone" width="300"]ribuan santri mengikuti sholawat nariyah ribuan santri mengikuti sholawat nariyah[/caption] “Ada 20 ribu santri yang meninggal dalam pertempuran dalam rangka resolusi jihad tersebut. Itu memang sebuah pertempuran luar biasa, yang melibatkan para santri dan para ulama,” ungkap Dosen STAINU Jakarta itu. Karena itu, sambungnya, sudah selayaknyalah pemerintah menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. “Hari Santri itu adalah milik smeua umat Islam, bukan hanya NAhdlatul Ulama,” tegasnya. Solawat Nariyah yang diselengarakan di Pondok Pesantren Darusssyaadah tersebut dihadiri oleh oleh para pengurus PWNU  Lampung, Ketua MUI Lampung, Danrem 043 Garuda Hitam, Kepala Kantor Kementrian Agama Propinsi Lampung, Kepala BIN Lampung, Kapolres Lampung Tengah, dan sejumlah pejabat lainnya. (Rafa)