Syiar

Rindu Naik Haji

Rabu, 7 September 2016 | 17:01 WIB

PANGGILAN Allah SWT: "Dan panggillah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan menunggang unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh" (Q.S. Al-Hajj: 27). Perintah untuk naik haji sudah dimulai sejak Nabi Ibrahim AS. Dan sudah menjadi kewajiban seluruh umat muslim yang telah mampu untuk pergi ke Tanah Suci. Rasulullah SAW bersabda: "Orang-orang yang mengerjakan haji adalah tamu Allah. Allah memanggil mereka, merekapun memenuhi panggilan-Nya" (H.R. Ibnu Majah, lihat Shahihul Jami',  3173). Janganlah ragu untuk berangkat ke Tanah Suci, karena Allah menjamin akan mengganti seluruh biaya yang digunakan untuk naik haji, dengan cara-Nya sendiri. Pada umumnya, kaum muslimin sangat merindukan kunjungan ke Baitullah. Oleh karena itu, perlu diketahui beberapa keutamaan ibadah haji agar semakin menambah kerinduan ke Tanah Suci. Keutamaan tersebut antara lain adalah: 1. Menghapus dosa-dosa. Kata "Haji" itu terdiri dari dua huruf: hâ dan jîm. Huruf hâ singkatan dari hilmun (kemurahan Allah) dan huruf jîm adalah jurhum (dosa). Maka barangsiapa yang berangkat haji, itu berarti dengan kemurahan Allah dosanya akan dihapuskan. Rasulullah SAW bersabda: "dan Haji menghapuskan dosa yang telah terjadi sebelumnya" (H.R. Muslim, no. 112). "Barangsiapa yang berhaji kepada Allah, lalu tanpa berbuat keji dan maksiat, maka ia pulang dalam keadaan seperti baru lahir dari perut ibunya" (H.R. Bukhârî, no. 1521, dan Muslim, no. 1350). 2. Amal utama yang berbuah surga Abu Hurairah menceritakan bahwa, Nabi SAW pernah ditanya tentang amal yang paling utama?, beliau menjawab: "Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya". Beliau ditanya lagi, "kemuadian apa?", beliau menjawab: "Jihad Fi Sabilillah". Beliau ditanya lagi, "kemudiaan apa?", beliau menjawab: "Haji yang Mabrur" (H.R. Bukhârî,. 26, dan Muslim,  83). Sedangkan dalam hadits yang lain, Nabi SAW menegaskan: "Bagi Haji Mabrur tiada lain balasan baginya kecuali surga" (H.R. Bukhârî,  1773, Muslim, 1349, dan Tirmidzi, 933). 3. Menjadi tamu Allah. Allah SWT secara resmi mengundang hamba-hamba-Nya untuk datang ke Baitullah. Maka yakinlah bahwa Allah akan menyambut para tamu-tamunya dengan penuh penghormatan dan kasih sayang. Rasulullah SAW bersabda: "Orang-orang yang mengerjakan haji adalah tamu Allah. Allah mengundang mereka, merekapun memenuhi undangan-Nya. Merekapun berdo'a kepada Allah dan Allah mengabulkan do'a mereka" (H.R. Ibnu Majah, lihat Shahihul Jami', 3173). 4. Jihad yang besar Rasulullah SAW bersabda: "Sebaik-baiknya jihad (saat sekarang) adalah Haji Mabrur" (H.R. Bukhârî,. 1520). 5. Bapaknya segala ibadah Para ulama menyebut haji adalah bapak dari segala ibadah. Ibnu Zaid al-Azdy, mengungkapkan, "Aku melihat shalat hanya memayahkan badan dan tidak mengurangi harta, sedang zakat hanya mengurangi harta dan tidak memayahkan badan. Sedangkan haji menguras habis keduanya, karena itulah ia merupakan amalan yang paling utama" (Hilyatul Auliya', I/419). Alasan Apa Lagi? Setelah memperhatikan beberapa keutamaan di atas, alasan apalagi yang menghalangi kita untuk berangkat haji. Mungkin ada yang beralasan kerana belum panggilan. Bukankah telah kami kemukakan sebelumnya bahwa sejak dahulu kala Allah SWT telah memanggil dan mengundang kita semua. Ada juga yang beralasan karena takut miskin. Karena ongkos naik haji sangat mahal jadi sayang duitnya. Jika ini alasannya, maka kami ingatkan bahwa jangan pernah khawatir jika berbisnis dengan Allah Ta'ala. Siapapun yang berniaga dengan Allah, maka ia tidak akan pernah rugi. Ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya atas semesta alam ini (lihatlah Q.S. Ali 'Imran: 97). Bahkan Nabi Muhammad SAW menjamin orang yang menunaikan haji langsung umrah atau sebaliknya tidak akan pernah miskin hingga meninggalkan dunia ini. Beliau bersabda: "Lanjutkan haji dengan umrah atau sebaliknya. Karena sesungguhnya keduanya dapat menghilangkan kemiskinan dan dosa-dosa sebagaimana api dapat menghilangkan kotoran besi” (Shahih Sunan An-Nasai, 2/558). Atau karena alasan masih sibuk. Kesibukan itu sebetulnya tidak ada habisnya. Semuanya tergantung kita, karena kitalah yang mengaturnya. Mumpung ada kesempatan sebaiknya mari kita segerakan. Rasululllah SAW bersabda: "Barangsiapa yang hendak berangkat haji, maka segerakanlah. Karena (jika ditunda-tunda) mungkin diantaramu ada yang sakit, sulitnya kendaraan atau adanya keperluan lain yang menghalangi" (H.R. Ahmad, Al-Baihaqy dan Ibnu Majah). Enggan Berangkat Haji Khusus bagi yang telah dianugerahi "kemampuan" janganlah "enggan" menunaikan ibadah haji. Karena Rasulullah SAW telah memperingatkan: "Barangsiapa yang telah memiliki bekal dan (lancarnya) kendaraan untuk sampai ke Baitullah, namun ia tidak menunaikan ibadah haji, maka hendaklah ia mati dalam keadaan Yahudi atau Nashrani" (HR. At-Tirmidzi,  812 dan Al-Baihaqy, dalam Sunan Al-Kubra, 4/334). Di dalam kitab Fiqih Sunnah disebutkan bahwa ukuran orang yang mampu menunaikan ibadah haji antara lain adalah: Pertama, sehat badannya tidak dalam keadaan sakit. Kedua, hendaklah jalan yang dilalui aman. Ketiga, memiliki ongkos (bekal) di perjalanan dan meninggalkan bekal yang cukup selama ditinggalkan bagi keluarga yang masih dalam tanggungan. Keempat, adanya kendaraan untuk sampai ke tujuan. Kelima, tidak ada rintangan yang menghalangi kepergian, seperti pemerintah yang zalim melarang umat Islam pergi naik haji. Sekarang tunggu apalagi mari kita menjadi perindu dan sekaligus pengunjung Baitullah, jika telah lewat tahun ini, maka persiapkanlah untuk tahun depan. (Sami'nâ wa atha'nâ). (Sumber Ust. Suparman Abdul Karim, Rujukan: kitab Rihlatul Musytâq, Riyâdhus-Shâlihîn, dan Fiqhus-Sunnah)