• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Senin, 29 April 2024

Syiar

Rebo Wekasan, Rabu Terakhir di Bulan Safar, Benarkah Hari Sial?

Rebo Wekasan, Rabu Terakhir di Bulan Safar, Benarkah Hari Sial?
Rebo Wekasan, Rabu Terakhir di Bulan Safar, Benarkah Hari Sial? (Foto: NU Online)
Rebo Wekasan, Rabu Terakhir di Bulan Safar, Benarkah Hari Sial? (Foto: NU Online)

Rabu pekan depan, tepatnya tanggal 13 September 2023, adalah hari Rabu terakhir di bulan Safar ini. Bagi sebagian kalangan Rabu terakhir di bulan Safar diyakini sebagai hari sial, atau menjadi hari turunnya bala bencana di bumi. 


Hari Rabu terakhir di bulan Safar itu biasa disebut Rebo Wekasan, atau Rabu Pungkasan. Masyarakat jahiliah kuno, termasuk bangsa Arab, sering mengatakan bahwa bulan Safar adalah bulan sial. Tasa’um (anggapan sial) ini telah terkenal pada umat jahiliah dan sisa-sisanya masih ada di kalangan muslimin hingga saat ini.


Seperti kita ketahui, bulan Safar adalah bulan kedua dalam penanggalan hijriyah Islam. Sebagaimana bulan lainnya, ia merupakan bulan dari bulan-bulan Allah yang tidak memiliki kehendak dan  berjalan sesuai dengan apa yang Allah ciptakan untuknya.


Rasulullah saw bersabda: Tidak ada wabah (yang menyebar dengan sendirinya tanpa kehendak Allah), tidak pula ramalan sial, tidak pula burung hantu dan juga tidak ada kesialan pada bulan Safar. Menghindarlah dari penyakit kusta sebagaimana engkau menghindari singa (HR Imam al-Bukhari dan Muslim).


Dilansir dari NU Online, ungkapan hadits tersebut bermaksud meluruskan keyakinan golongan jahiliah, karena pada masa itu mereka percaya bahwa penyakit itu dapat menular dengan sendirinya, tanpa bersandar pada ketentuan dari takdir Allah.


Sakit atau sehat, musibah atau selamat, semua kembali kepada kehendak Allah. Penularan hanyalah sebuah sarana berjalannya takdir Allah. Namun, walaupun keseluruhannya kembali kepada Allah, bukan semata-mata sebab penularan, manusia tetap diwajibkan untuk ikhtiar dan berusaha agar terhindar dari segala musibah. 


Maksud hadits tidak diperbolehkan meramalkan adanya hal-hal buruk (laa thiyaarata) adalah sandaran tawakal manusia itu hanya kepada Allah, bukan terhadap makhluk atau ramalan. 


Karena hanyalah Allah yang menentukan baik dan buruk, selamat atau sial, kaya atau miskin. Jadi zaman, waktu, bulan, dan juga hari, tidak ada sangkut pautnya dengan pengaruh dan takdir Allah. Ia sama seperti waktu-waktu yang lain, ada takdir buruk dan takdir baik.


Bila seorang Muslim pikirannya disibukkan dengan perkara-perkara kesialan, maka ia akan berada pada dua keadaan. Pertama, menuruti perasaan sialnya itu dengan mendahulukan atau meresponsnya, maka ia telah menggantungkan perbuatannya dengan sesuatu yang tidak ada hakikatnya. 


Kedua, tidak menuruti perasaan sial itu dengan melanjutkan aktivitasnya dan tidak memedulikan, tetapi dalam hatinya membayang perasaan gundah atau waswas. Meskipun ini lebih ringan dari yang pertama, tetapi seharusnya tidak menuruti perasaan itu sama sekali dan hendaknya bersandar hanya kepada Allah.


Atas berkembangnya keyakinan adanya hari sial atau hari naas tersebut, kemudian menjadi salah satu agenda yang dibahas dalam Muktamar Ke-3 NU pada 28 September 1928 di Surabaya.


Keputusannya adalah menetapkan tidak mempercayai adanya hari naas. Keputusan ini didasarkan pada pandangan Syekh Ibnu Hajar al-Haitamy dalam Al-Fatawa al-Haditsiyah berikut:


“Barangsiapa bertanya tentang hari sial dan sebagainya untuk diikuti bukan untuk ditinggalkan dan memilih apa yang harus dikerjakan serta mengetahui keburukannya, semua itu merupakan perilaku orang Yahudi dan bukan petunjuk orang Islam yang bertawakal kepada Sang Maha Penciptanya, tidak berdasarkan hitung-hitungan dan terhadap Tuhannya selalu bertawakal. Dan apa yang dikutip tentang hari-hari nestapa dari sahabat Ali kw adalah batil dan dusta serta tidak ada dasarnya sama sekali, maka berhati-hatilah dari semua itu” (Ahkamul Fuqaha’, 2010: 54).
 


Syiar Terbaru