• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Minggu, 5 Mei 2024

Syiar

Puasa Ramadhan Terhadap Obesitas

Puasa Ramadhan Terhadap Obesitas

Puasa Ramadhan Terhadap Obesitas

Oleh : Dr.dr.Khairun Nisa Berawi, M.Kes, AIFO (*

MENURUT Mohammad Yawar Yakoob, dari department of nutrition harvard school of public health, Boston, USA dalam JPMA (Journal of Pakistan Medical association) dalam studi literaturnya, puasa selama bulan Ramadhan adalah wajib bagi semua muslim dewasa yang sehat dalam Islam, dimana umat muslim diwajibkan menghindari makanan dan asupan cairan dari subuh hingga matahari terbenam.

Banyak penelitian yang dilakukan untuk mengamati efek dari model puasa terhadap indikator profil lipid dan metabolik, terutama pada orang obesitas/gemuk dan untuk melihat apakah ada efek menguntungkan dari pola berpuasa ini, terutama pada pencegahan obesitas.

Obesitas sendiri adalah penyebab kematian yang dapat dicegah yang angka kejadiannya semakin meningkat secara progresif di seluruh dunia. Dengan peningkatan prevalensi pada orang dewasa dan anak-anak, bahkan sekarang peningkatan terjadi baik di negara maju dan negara berkembang. Obesitas telah menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang paling serius di abad ini.

Studi literatur yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh puasa Ramadhan terhadap obesitas didapatkan beberapa hasil.

Studi pertama dengan pemeriksaan sebelum dan sesudah pada 103 individu obesitas di Mesir yang menunjukkan bahwa pada akhir puasa Ramadhan, ada perbaikan yang signifikan dalam profil lemak darah yaitu total kolesterol (TC), trigliserida total (TG), lipoprotein densitas tinggi (HDL), rendah density lipoproteins (LDL), rasio TC / HDL rasio LDL / HDL, kadar lipoprotein a, apolipoprotein A (APA), apolipoprotein B (APB) dan parameter koagulasi lain seperti waktu pembekuan, waktu prothrombin dan waktu tromboplastin parsial teraktivasi yang bertahan selama empat minggu setelah berpuasa.

Pada studi yang lain dengan perbandingan sebelum dan sesudah puasa, 60 wanita gemuk dengan diabetes tipe 2 di Aljazair, Puasa Ramadhan menghasilkan perbaikan yang signifikan dalam homeostasis/keseimbangan gula/glukosa darah, meskipun kadar TC, TG dan LDL juga meningkat secara signifikan.

Penelitian lain metoda sebelum-sesudah oleh penulis yang sama pada 276 wanita obesitas diabetes melaporkan penurunan berat badan yang signifikan, penurunan frekuensi makan, dan penurunan asupan energi tetapi peningkatan konsumsi lemak dan kolesterol diet.

Sebuah studi keempat tentang 24 sukarelawan wanita sehat di Bahrain, terjadi peningkatan kadar serum leptin selama periode puasa pada orang kurus dan obesitas. Leptin adalah hormon protein yang bekerja di hipotalamus otak dan menghambat nafsu makan. Tidak adanya reseptor leptin telah terbukti menyebabkan asupan makanan yang tidak terkontrol dan obesitas.

Secara keseluruhan, penelitian menunjukkan modifikasi perilaku selama puasa Ramadhan  membantu mengurangi komplikasi obesitas dengan mengendalikan atau mencegah atherogenisitas karena dampak positif pada profil lemak darah dan faktor koagulasi/pembekuan.

Karena puasa selama Ramadhan adalah kewajiban agama, tidak ada uji coba studi dengan menggunakan kontrol secara acak yang dilakukan untuk memastikan manfaatnya, dan data yang tersedia dalam literatur tetap bergantung pada studi sebelum-sesudah puasa Ramadan.

Penelitian yang sudah dikaji disimpulkan hipotesis bahwa disiplin dalam asupan makanan, yang dipertahankan selama sebulan penuh Ramadhan dapat bermanfaat dalam hal kontrol dan pencegahan obesitas. Dan ini menguntungkan, mengingat transisi gizi yang terjadi di negara berkembang  sekarang menyebabkan risiko peningkatan prevalensi obesitas di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

*) Penulis adalah Sekretaris Persatuan Dokter Nahdlatul Ulama (PDNU) Lampung/ Akademisi Unila dan Anggota Bidang Kesehatan Dewan Riset Daerah Lampung


Editor:

Syiar Terbaru